Kamis, 22 Februari 2018

MAKALAH SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR INDUSTRI



MAKALAH
SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR INDUSTRI

DOSEN PENGAMPU : H. FATHURRAHMAN, M.Si
Hasil gambar untuk ugr





   







NAMA KELOMPOK :
1.      OLI AGLITA
2.      ROYAN APRIANTA
3.      SUKRONNUL HAKIM
4.      WELLY AYUN NABILA

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTASI
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
TP 2017/2018







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomi yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Hal ini berarti bahwa antara sektor pertanian (dan kehutanan) dan sektor industri diperlukan adanya keterkaitan yang kuat baik keterkaitan kedepan maupun keterkaitan ke belakang dalam mencapai tujuan masing-masing sektor tersebut. Adanya keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan pengolahan hasil pertanian dan industri agro (agroindustry). Agroindustri adalah suatu kegiatan lintas disiplin yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian) untuk industri.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang industrial tidak
dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan
ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia menunjukkan, bahwa sukses
pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan perbaikan
produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian. Selain menyediakan
kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga
merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil
devisa.
Di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pada tahap pertama pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari sektor pertanian?
2.      Apa yang dimaksud dengan nilai tukar petani?
3.      Apa pengertian dari sektor industri?
4.      Bagaimana hubungan antara sektor pertanian dan sektor industri di Indonesia?

C.    Tujuan
1.      Untuk mempelajari tentang pengertian sektor pertanian.
2.      Untuk mempelajari tentang nilai tukar petani.
3.      Untuk mempelajari tentang pengertian sektor industri.
4.      Untuk mengetahui hubungan antara sektor Pertanian dan sektor Industri.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sektor Pertanian Indonesia
1.      Definisi Pertanian
Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses
produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha,
dimana biaya dan penerimaan adalah penting.Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17)
membagi definisi pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian
dalam arti luas  mencakup :
1.   Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2.   Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3.   Kehutanan.
4.   Peternakan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat. Pertanian rakyat merupakan usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian), dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

2.      Kontribusi Sektor Pertanian bagi Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia. Sampai tahun 1991 sektor pertanian menyumbang 17,66 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 49,24 persen tenaga kerja nasional. Di samping itu sektor pertanian juga menyangga kehidupan sekitar 77,74 persen penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, serta merupakan pendukung utama sektor agroindustri dalam mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

3.      Peranan Pertanian bagi Pendapatan Nasional
Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang juga tertuang dalam Program Repelita VI era Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor pertanian bagi Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Mensejahterakan petani
Sektor pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani. Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2.      Menyediakan pangan
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah
penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah 220 juta jiwa. Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3.      Sebagai wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4.      Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Indonesia mempunyai sumber daya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak memakan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan dominan. Dan jika sektor pertanian terus ditingkatkan maka diharapkan sektor ini mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.
5.      Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-komoditas tersebut adalah untuk diekspor. Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya mencapai US$ 4 milyar per tahun. Sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari sektor ini. Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I (Pembangunan Jangka Panjang) adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada masa tersebut Indonesia mampu mengekspor beras ke beberapa negara miskin sehingga dapat menambah devisa. Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, kualitas gizi, serta penghematan devisa. Selain itu, swasembada pangan juga telah meningkatkan kestabilan ekonomi nasional.
4.      Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia
Dalam pengembangan sektor pertanian  masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:
Pertama, lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan. Salah satu faktor produksi penting dalam usaha tani adalah modal. Secara umum pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini biasanya bersumber dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk memodali usaha tani selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif  lain, yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara ekonomi merugikan pihak petani. Kedua, ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah sebagai faktor produksi utama dalam pertanian makin menurun. Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku petani dalam berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian penggunaan tanah untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh petani. Ketiga, terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi. Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu. Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang diperlukan dalam proses tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Petani yang bertindak sebagai manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan usaha tani, sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha yang dilakukan.

B.     Pengertian Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indicator yang biasa digunakan untuk menilaitingkat kesejahteraan petani di pedesaan pada tahun tertentu di bandingkan dengan kondisi pada tahun dasar (Setiani, et-al, 2007). Nilai tukar petani adalah salah satu indicator produksi untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani, sebagai persentase dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (Karmiati, 2006). Yang dimaksud dengan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dalam persentase. Nila tukar petani juga merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan atau kemampuan daya beli petani (BPS, 2006). Secara konsepsional nilai tukar petani adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan termasuk penangkapan ikan, dan pemungutan hasil laut (Hernanto,1991). Petani yang dimaksud disini adalah orang yang mengusahakan usaha pertanian (tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat) atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil) (BPS, 2006). Harga yang diterima petani adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum ditambahkan biaya transportasi atau pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya atau disebut Fram Gate (harga di sawah/ladang setelah pemetikan). Pengertian harga rata-rata adalah harga yang bila dikalikan dengan volume penjualan petani akan mencerminkan total uang yang diterima petani tersebut.
Harga yang dibayar petani adalah rata-rata harga eceran barang atau jasa yang dikonsumsi atau dibeli petani, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk keperluan biaya produksi pertanian. Pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara penjualan dan pembelian atau tempat yang biasanya terdapat penawaran dan permintaan. Harga eceran pedesaan adalah harga transaksi antar penjual dan pembeli secara eceran di pasar setempat untuk tiap jenis barang yang dibeli dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kepada pihak lain.
1.      Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
It merupakan suatu indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan, sedangkan Ib dari sisi kebutuhan petani baik untuk konsumsi maupun produksi.
Arti Angka Nilai Tukar Petani
Secara umum ada tiga macam pengertian
NTP, yaitu:
·         NTP>100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluaran nya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
·         NTP = 100, berarti petani mengalami impas/ break even. Kenaikan atau penurunan harga barang produksinya sama dengan persentase kenaikan atau penurunan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
·         NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani periode sebelumnya.
Arti Penting Nilai Tukar Petani
Secara teori, kesejahteraan petani akan meningkat apabila selisih antara hasil penjualannya dan biaya produksinya bertambah besar, atau nilai tambahnya meningkat. Jadi besar kecilnya nilai tambah petani ditentukan oleh besar kecilnya nilai tambah petani ditentukan oleh besar kecilnya nilai tukar petani (NTP). NTP ditunjukkan dalam bentuk rasio antara indeks harga yang diterima petani, yakni indeks harga jual outputnya, terhadap indeks harga yang dibayar petani, yakni indeks harga inputinput yang digunakan untuk bertani, misalnya pupuk, pestisida, tenaga kerja, irigasi, bibit, sewa traktor, dan lainnya. Berdasarkan rasio ini, maka dapat dikatakan semakin tinggi NTP semakin baik profit yang diterima petani, atau semakin baik posisi pendapatan petani.

1.       Faktor – factor  yang Mempengaruhi  Nilai  Tukar  Petani (BPS, 2006):
a.       Indeks harga yang diterima petani (It). It digunakan untuk mengetahui fluktuasi hargakomoditas pertanian yang dihasilkan petani ini terdiri dari:
·         Indeks sub sektor tanaman bahan makanan (TBM), yang terdiri dari indeks kelompok tanaman padi, indeks kelompok tanaman palawija, indeks kelompok tanaman sayur-sayuran, dan indeks kelompok tanaman buah-buahan.
·         Indeks sub sektor tanaman perkebunan rakyat (TPR) dengan komoditi a.l. cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, tebu, tembakau, the, serta tanaman perkebunan lainnya).
b.      Indeks harga yang dibayar petani (Ib), digunakan untuk melihat fluktuasi harga komoditas yang dikonsumsi oleh petani dan harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian, terdiri dari Indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) yang meliputi:
1). Indeks sub kelompok makanan, yang meliputi: padi-padian dan penggantinya, yaitu:
·         daging, ikan dan unggas
·         susu, telur, dan minyak
·         sayur-sayuran
·         buah-buahan
·         kacang-kacangan
·         lain-lain bahan makanan dan minuman
2)      Indeks sub kelompok perumahan, yang meliputi:
·         biaya tempat tinggal
·         bahan bakar dan penerangan
·         alat-alat rumah tangga
·         lain-lain keperluan rumah tangga
3)      Indeks sub kelompok pakaian, yang meliputi:
·         pakaian jadi dan alas kaki
·         barang- barang pribadi
·          bahan pakaian
3) Indeks sub kelompok barang dan jasa, yang meliputi:
·         perawatan kesehatan
·         perawatan pribadi
·         pendidikan
·          tembakau dan rokok
·         lain-lain
2.      Rumus Menghitung Nilai Tukar Petani
Rumus untuk penghitungan Nilai TukarPetani (NTP) adalah (BPS, 2006) :
Keterangan:
NTP : Nilai tukar petani
It : Indeks harga yang diterima petani
Ib : Indeks harga yang dibayar petani.




C.    Sektor Industri
Keputusan Indonesia untuk membuat pertanian menjadi landasan perencanaan pembangunan negara memang tidak sejalan dengan kebijaksanaan konvensional. Di tengah penekanan pembangunan pertanian itu tentu saja pemerintah sadar sepenuhnya bahwa Indonesia tidak  bisa terus menerus bergantung pada pertanian untuk menjadi negara modern. Pada akhir decade enam puluhan, ketika pemerintah Orba meluncurkan rencana pembangunan ekonominya, sebagian besar literature dalam bidang ekonomi mengidentikkan pembangunan dengan industrilisasi. Hal ini terlihat lebih nyata lagi misalnya dalam penanaman negara yang sudah mencapai standar hidup yang tinggi bagi penduduknya sebagai negara industry. Meskipun Indonesia telah mengadopsi kebijakan yang mendahulukan pertanian, tim ekonomi negara tetap punya komitmen besar terhadap industrilisasi sebagai sebuah pilar bagi strategi pembangunan ekonomi negara. Mereka juga sadar bahwa program yang keliru untuk mencapai industrilisasi secara terburu-buru bisa menjadi boomerang yang menyebabkan disalokasi ekonomi, investasi terbuang percuma, dan penghamburan kekayaan negara yang langka.

D.    Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri. Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri. Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini. Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam proses pembangunan tersebut. Mengingat, sampai dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya. Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam bukunya Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut :
1.      Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik. Ketahanan pangan  berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan sosial dan politik.
2.      Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood, khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama penggerak industrialisasi.
3.      Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif.
4.      Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di pedesaan. Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

  








BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Bahwa perkembangan perekonomian Indonesia dalam sector pertanian maupun sector industri mengalami peningkatan maupun penurunan dalam tahun 1986-2011. Kedua sector tersebut saling berkaitan dalam perkembangan perekonomian Indonesia, karena  sector pertanian menunjang sector industry dan sebaliknya.
Dalam pelaksanaannya, pengembangan sektor industri akan dilakukan secara sinergi dan terintegrasi dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian, pertambangan, kehutanan, kelautan, perdagangan, pendidikan, riset dan teknologi dan sebagainya. Konsep daya saing internasional merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral maka sinergi dengan seluruh pelaku usaha serta seluruh pemerintah daerah merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, dukungan aspek kelembagaan yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan keberhasilan pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.













DAFTAR PUSTAKA
















KATA PENGANTAR

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.



















DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sektor Pertanian Indonesia
B.     Pengertian Nilai Tukar Petani (NTP)
C.    Sektor Industri
D.    Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI PROSES PENGUATAN MENTAL ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi. Di China, Hong Kong dan T...