MAKALAH
PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM
Disusun Oleh:
NAMA KELOMPOK
1.
M. PAOZI
2.
MAWARDI
3.
DINTA MAULANA
4.
AHMAD RIZKI PATONI
5.
TAUFIK HIDAYATULLAH
KELAS : XII IPS
MA. YADINU MASBAGIK
TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah
dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya.
Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis
harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian
pembaharuan islam .................................................................
B.
Latar belakang munculnya pembaharuan
pada islam ...............................
C.
Tokoh-tokoh pembaharu dalam islam ......................................................
D.
Tahapan pembaharuan islam .....................................................................
E.
Upaya-upaya pembaharuan di dunia islam ...............................................
F.
Pemikiran islam modern............................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dari kata tajdid ini selanjutnya muncul
istilah-istilah lain yang pada dasarnya lebih merupakan bentuk tajdid. Diantaranya adalah reformasi,
purifikasi, modernisme dan
sebagainya. Istilah yang bergam itu mengindikasikan bahwa hal itu terdapat
variasi entah pada aspek metodologi, doktrin maupun solusi, dalam gerakan tajdid yang muncul di dunia
Islam.
Secara
geneologis, gerakan pembaharuan Islam dapat ditelusuri akarnya pada doktrin
Islam itu sendiri. Akan tetapi, ia mendapatkan momentum ketika Islam berhadapan
dengan modernitas pada abad ke-19. pergumulan antara Islam dan modernitas yang
berlangsung sejak Islam sebagai kekuatan politik mulai merosot pada abad ke-18
merupakan agenda yang menyita banyak energi dikalangan intelektual muslim.
Kaitan agama dengan modernitas memang merupakan masalah yang pelik, lebih pelik
dibanding dengan masalah-masalah dalam kehidupan lain.
B.
Rumusan
Masalah
G.
Apa pengertian pembaharuan islam ?
H.
Apa latar belakang munculnya pembaharuan
pada islam ?
I.
Sebutkan tokoh-tokoh pembaharu dalam
islam !
J.
Bagaimana tahapan
pembaharuan islam ?
K.
Apa saja upaya-upaya
pembaharuan di dunia islam ?
L.
Bagaimana pemikiran
islam modern ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian pembaharuan islam
2.
Mengetahui latar belakang munculnya
pembaharuan pada islam
3.
Menyebutkan tokoh-tokoh pembaharu dalam
islam
4.
Mengetahui tahapan pembaharuan islam
5.
Mengetahui upaya-upaya pembaharuan di dunia islam
6.
Mengetahui pemikiran islam modern
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembaharuan Islam
Pembaharuan
Islam adalah upaya-upaya untuk
menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi madern. Dalam
bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdîd, secara harfiah tajdîdberarti pembaharuan dan
pelakunya disebut mujaddid.
Dalam pengertian itu, sejak awal sejarahnya, Islam sebenarnya telah memiliki
tradisi pembaharuan karena ketika menemukan masalah baru, kaum muslim segera
memberikan jawaban yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab dan sunnah. Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa
“sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada
permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki –memperbaharui-
agamanya” (HR. Abu Daud). Meskipun demikian, istilah ini baru terkenal dan
populer pada awal abad ke-18. tepatnya setelah munculnya gaung pemikiran dan
gerakan pembaharuan Islam, menyusul kontak politik dan intelektual dengan
Barat. Pada waktu itu, baik secvara politis maupun secara intelektual, Islam
telah mengalami kemunduran, sedangkan Barat dianggap telah maju dan modern.
Kondisi sosiologis seperti itu menyebabkan kaum elit muslim merasa perlu uintuk
melakukan pembaharuan.
B.
Latar
Belakang Munculnya Pembaharuan Pada Islam
Dalam usaha pembaruan ala barat (sekulerisme), usaha
pembaruan malah menjadi usaha pendangkalan dan pemusnahan ajaran Islam.
Sedangkan pembaruan dimaksud Islam adalah kembali kepada ajaran Islam yang
murni dengan tetap menjaga esensi dan karakteristik ajaran Islam.
Periode modern (1800 M dan seterusnya) adalah zaman
kebangkitan bagi umat islam. Ketika mesir jatuh ketangan barat (Perancis)
serentak mengagetkan sekaligus mengingatkan umat islam bahwa ada peradaban yang
maju di barat sana (eropa) dan merupakan ancaman bagi islam. Sehingga
menimbulkan keharusan bagi raja-raja islam dan pemuka-pemuka islam itu untuk
melakukan pembaharuan dalam islam.
Dalam kenyataanya (ironis memang) selain radiasi
modernisasi yang kuat dari luar, kekeroposan di dalam islam sendiri juga
terjadi. Mengakibatkan gerakan-gerakan perlunya pembaharuan dalam islam. Namun,
dalam perjalanannya di dalam islam terjadi perbedaan pandangan tentang
bagaimana menyikapi dan menindaklanjuti pembaharuan dan atau modernisasi dalam
islam.
Hal sedemikian itu menyebabkan munculnya istilah kaum
medernis dan kaum tradisionalis. Basis Islam tradisional dan legitimasi
masyarakat kaum Muslim perlahan-lahan berubah sejalan dengan makin
disekularkannya ideologi, hukum dan lembaga-lembaga negara. Secara kasat mata
terjadi dua sudut pandang yang berbeda, lambat laun terlihat adanya benang
merah yang bisa ditarik (muncul titik temu) dari dua pandangan tersebut yang
bisa ditarik (tentunya masih menyisakan pandangan yang berbeda pula),Yaitu,
yang dimaksud dengan pembaharuan dalam islam, bukan mengubah Al-quran dan
Al-hadis, tetapi justru kembali kepada Al-quran dan Al-hadis, sebagai sumber
ajaran islam yang utama. Dengan pengamalan-pengamalan yang murni tanpa
terkontaminasi paham-paham yang bertentangan dengan Al-quran dan Al-hadis itu
sendiri.
C.
Tokoh-Tokoh
Pembaharu
Adapun
tokoh-tokoh gerakan pembaharuan dalam Islam adalah :
1) Mesir :
1. Muhammad Ali Pasya dengan
usahanya menterjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
2. Al-Tahtawi yang berpendapat
bahwa penterjemahan buku-buku Barat ke dalam bahasa Arab penting, agar umat
Islam dapat mengetahui ilmu-ilmu yang membawa kemajuan Barat. Dia juga aktif
mengarang dan menerbitkan surat kabar resmi " الوقا ئع المصرية" dan mendirikan majallah "
روضة المدارس" yang
bertujuan memajukan bahasa Arab dan menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan modern
kepada khalayak ramai. Dia berpendapat bahwa ulama harus mengetahui ilmu-ilmu
modern agar mereka dapat menyesuaikan syari’at dengan kebutuhan-kebutuhan
modern. Ini mengisyaratkan bahwa pintu ijtihad masih terbuka, tapi dia belum
berani mengatakan secara terang-terangan. Dia juga
mencela paham fatalisme. Menurutnya, disamping orang harus percaya pada qadha
dan kadar Tuhan, ia harus berusaha
3. Jamaluddin
Al Afghani dengan usahanya mendirikan perkumpulan “Urwatul Wusqo”
. Pemikirannya : Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua
keadaan.Pintu ijtihad masih terbuka, kemunduran Islam karena
meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Paham qadha dan kadar dirusak oleh paham
fatalisme yang membawa umat Islam pada keadaan statis, lemahnya rasa
persaudaraan umat Islam.
4. Muhammad
Abduh dengan pemikirannya bahwa, kemunduran-kemunduran disebabkan
oleh paham jumud di kalangan umat Islam yaitu keadaan membeku, statis,
tidak ada perubahan, dan juga masuknya bid’ah dalam Islam yang membuat umat
Islam lupa akan ajaran Islam yang sebenarnya, pintu ijtihad perlu dibuka
kembali, memerangi taklid, merubah cara pandang/faham jumud/fatalisme menjadi
faham dinamika (kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan).
5. Rasyid
Ridha dengan usahanya menerbitkan majalah “ Al Manar” yang
bertujuan mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi,
memberantas takhayul, bid’ah, menghilangkan paham fatalisme. Pemikirannya bahwa
umat Islam mundur sebab tidak mengamalkan ajaran yang sebenarnya. Perlu dihidupkan paham jihad,
persatuan umat Islam, ijtihad.
2) Turki
1. Sultan Mahmud II dengan
mengadakan perubahan : dalam organisasi pemerintahan, bidang pendidikan antara
lain menambahkan pengetahuan umum ke dalam kurikulum madrasah, mendirikan
sekolah militer, sekolah teknik, kedokteran dan sekolah pembedahan, mengirim
siswa-siswa ke Eropa.
2. Tanzimat yaitu pembaharuan
sebagai lanjutan dari usaha-usaha sultan Mahmud II, dengan tokohnya
Mustafa Rasyid Pasya.
3. Usmani muda yaitu golongan
intelegensia kerajaan Usmani yang banyak menentang kekuasaan absolut Sultan,
dengan tokohnya Ziya Pasya.
4. Turki muda
5. Mustafa Kemal
Pasya dengan ide westernisme, sekularisasi, nasionalisme.
3) India-Pakistan
1. Gerakan mujahidin dengan
tokohnya sayyid Ahmad Syahid dengan pemikirannya : bahwa umat Islam India
mundur karena agama yang mereka anut tidak lagi murni, tetapi bercampur dengan
faham dari Persia dan India, Animisme dan adat istiadat Hindu. Yang boleh
disembah hanya Tuhan tanpa perantara dan tanpa upacara yang berlebihan, tidak
boleh memberikan sifat yang berlebihan pada makhluk, sunnah yang diterima
hanyalah sunnah Nabi dan sunnah Khalifah yang empat, dan larangan bid’ah,
menentang taklid.
2. Sayyid Ahmad Khan dengan
pandangan bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti
perkembangan zaman, harus menghargai kekuatan akal, menentang paham fatalisme,
menolak taklid, pendidikan merupakan satu-satunya jalan bagi umat Islam India
untuk mencapai kemajuan.
3. Gerakan Aligarh, Sayyid Amir Ali. Muhammad Iqbal, Muhammad Ali Jinnah, Abul Kalam Azad, dll.
4) Indonesia
Salah satunya
adalah Muhammadiyah, dengan pemimpinnya KH. Ahmad Dahlan
D.
Tahapan Pembaharuan Islam
Gerakan pembaharuan Islam telah melewati sejarah panjang.
Secara historis, perkembangan pembaharuan Islam paling sedikit telah melewati
empat tahap. Keempatnya menyajikan model gerakan yang berbeda. Meski demikian,
antara satu dengan lainnya dapat dikatakan sebuah keberlangsungan (continuity)
daripada pergeseran dan perubahan yang terputus-putus. Hal ini karena gerakan
pembaharuan Islam muncul bersamaan dengan fase-fase kemoderenan yang telah
cukup lama melanda dunia, yaitu sejak pencerahan pada abad ke-18 dan terus
berekspansi hingga sekarang.
Tahap-tahap gerakan pembaharuan Islam itu, dapat
dideskripsikan sebagai berikut:pertama, adalah tahap gerakan yang
disebut-sebut dengan revalisme pramodernis (premodernism revivalish)
atau disebut juga revivalis awal (early revivalish). Model gerakan ini
timbul sebagai reaksi atas merosotnya moralitas kakum muslim. Waktu itu
masyarakat Islam diliputi oleh kebekuan pemikiran karena terperangkap dalam
pola tradisi yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Ciri
pertama yang menandai gerakan yang bercorak revivalisme pramodernis ini adalah
perhatian yang lebih mendalam dan saksama untuk melakukan transormasi secara
mendasar guna mengatasi kemunduran moral dan sosial masyarakat Islam.
Transformasi ini tentu saja menuntut adanya dasar-dasar yang kuat, baik dari
segi argumentasi maupun kultural. Dasar yang kelak juga dijadikan slogan
gerakan adalah “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw”.
Reorientasi semacam ini tentu saja tidak hanya menghendaki
adanya keharusan untuk melakukan purifikasi atas berbagai pandangan keagamaan.
Lebih dari itu, pemikiran dan praktek-praktek yang diduga dapat menyebabkan
kemunduran umat juga harus ditinjau kembali. Upaya purifikasi ini tidak hanya
membutuhkan keberanian kaum intelektual muslim, tetapi juga mengharuskan adanya ijtihad.
Tak heran jika seruan untuk membuka embali pintu ijtihad yang
selama ini diasumsikan tertutup diserukan dengan gegap gempita oleh kaum
pembaharu. Ciri lain gerakan ini, adalah digunakannya konsep jihad dengan
sangat bergairah. Wahhabiyah berangkali merupakan contoh yang paling
refresentatif untuk menggambarkan model gerakan ini dalam realitas.
Model kedua, dikenal dengan istilah modernisme
klasik. Di sini pembaharuan Islam termanifestasikan dalam pembaharuan
lembaga-lembaga pendidikan. Pilihan ini tampaknya didasari argumentasi bahwa
lembaga pendidikan merupakan media yang paling efektif untuk mensosialisasikan
gagasan-gagasan baru. Pendidikan juga merupakan media untuk “mencetak” generasi
baru yang berwawasan luas dan rasional dalam memahami agama sehingga mampu
menghadapi tantangan zaman. Model gerakan ini muncul bersamaan dengan
penyebaran kolonialisme dan imperialisme Barat yang melanda hampir seluruh
dunia Islam. Implikasinya, kaum pembaharu pada tahap ini mempergunakan ide-ide
Barat sebagai ukuran kemajuan. Meskipun demikian, bukan berarti pembaru
mengabaikan sumber-sumber Islam dalam bentuk seruan yang makin senter untuk
kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Pada tahap ini juga populer ungkapan yang mengatakan bahwa
Barat maju karena mengambil kekayaan yang dipancarkan oleh al-Qur’an, sedangkan
kaum muslim mundur karena meniggalkan ajaran-ajarannya sendiri. Dalam hubungan
ini, model gerakan melancarkan reformasi sosial melalui pendidikan,
mempersoalkan kembali peran wanita dalam masyarakat, dan melakukan pembaharuan
politik melalui bentuk pemerintahan konstitusional dan perwakilan. Jelas pada
tahap kedua ini, terjadi kombinasi-kombinasi yang coba dibuat antara tradisi
Islam dengan corak lembaga-lembaga Barat seperti demokrasi, pendidikan wanita
dan sebagainya. Meski kombinasi yang dilakukan itu tidak sepenuhnya berhasil,
terutama oleh hambatan kolonialisme dan imprealisme yang tidak sepenuhnya
menghendaki kebebasan gerakan pembaharuan. Mereka ingin mempertahankan status
quo masyarakat Islam pada masa itu agar tetap dengan mudah dapat
dikendalikan.
Tahap ketiga, gerakan pembaharuan Islam
disebut revivalisme pascamodernis (posmodernist revivalist), atau
disebut juga neorevivalist (new revivalist). Pada tahap itu
kombinasi-kombinasi tertentu antara Islam dan Barat masih dicobakan. Bahkan
ide-ide Barat, terutama di bidang sosial politik, sistem politik, maupun
ekonomi, dikemas dengan istilah-istilah Islam. Gerakan –gerakan sosial dan
politik yang merupakan aksentusi utama dari tahap ini mulai dilansir dalam
bentuk dan cara yang lebih terorganisir. Sekolah dan universitas yang dianggap
sebagai lembaga pendidikan modern –untuk dibedakan dengan madrasah yang
tradisional- juga dikembangkan. Kaum terpelajar yang mencoba mengikuti
pendidikan universitas Barat juga mulai bermunculan. Tak heran jika dalam tahap
ini, mulai bermunculan pemikiran-pemikiran sekularistik yang agaknya akan
merupakan benih bagi munculnya tahap berikutnya.
Sejalan dengan itu, pada tahap ini muncul pandangan
dikalangan muslim, bahwa Islam di samping merupakan agama yang bersifat total,
juga mengandung wawasan-wawasan, nilai-nilai dan petunjuk yang bersifat
langgeng dan komplit meliputi semua bidang kehidupan. Tampaknya, pandangan ini
merupakan respons terhadap kuatnya arus “pemBaratan” di kalangan kaum muslim.
Tak heran jika salah satu corak tahap ini adalah memperlihatkan sikap apologi
yang berlebihan terhadap Islam dan ajaran-ajarannya.
Dalam ketiga tahap itulah muncul gerakan tahap keempat yang
disebut neomodernisme. Tahap ini sebenarnya masih dalam proses pencarian
bentuknya. Meskipun demikian, Fazlur Rahman sebagai “pengibar bendera”
neomodernisme menegaskan bahwa gerakan ini dilancarkan berdasarkan krtik
terhadap gerakan-gerakan terdahulu. Menurut Fazlur Rahman, gerakan-gerakan
terdahulu hanya mengatasi tantangan Barat secara ad hoc. Karena
mengambil begitu saja istilah Barat dan kemudian mengemasnya dengan
simbol-simbol Islam tanpa disertai sikap kritis terhadap Barat dan warisan
Islam. Dengan sikap kritis, baik terhadap Barat maupun warisan Islam sendiri,
maka kaum muslim akan menemukan soludi bagi masa depannya.
E.
Upaya-Upaya Pembaharuan Di Dunia Islam
Tanggapan kaum muslim terhadap kemajuan yang diberikan oleh
negara barat yang sering disebut modern itu berbeda-beda. Karena tidak bisa di
pungkiri lagi kemajuan Barat dalam segala bidangnya sebagai indikasi sederhana
bahwa “genderang” modernisasi yang “ditabuh” di dunia Islam tidak dapat
dipisahkan dari mata rantai dan tranmisi terhadap prestasi kemajuan yang diukir
oleh dunia Barat. Baik modernisasi yang dilakukan hari ini sebagai
langkah negara barat yang ingin menguasai negara dan meyebarkan ideologinya.
Sebagaimana contoh dalam pendidikan , modern dianggap
sebagai sesuatu yang asing, berlebihan dan mengancam kepercayaan agama.
Kaum Muslim tidak perlu jauh-jauh dalam menemukan orang-orang Eropa yang
mempunyai pendapat yang memperkuat rasa takut mereka. Seorang penulis
Inggris yaitu William Wilson Hunter berkata: “Agama-agama di
Asia yang begitu agung akan berubah bagaikan batang kayu yang kering jika
berhubungan dengan kenyataan dinginnya ilmu-ilmu pengetahuan Barat”.
Bagi banyak orang, kenyataan akan keungulan Eropa harus
diakui dan dihadapi dari pelajaran-pelajaran yang harus diperhatikan demi
kelangsungan hidup. Seperti contoh para pengusaha Muslim zaman kerajaan
Utsmaniyah, Mesir dan Iran berpaling ke Barat mengembangkan program-program
modernisasi politik, ekonomi dan militer yang berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi Eropa.
Meraka berusaha menyaingi kekuatan Barat, mengembangkan
militer dan birokrasi yang modern dan piawai dan mencari ilmu pengetahuan yang
menyangkut persenjataan modern. Guru-guru Eropa didatangkan, misi-misi pendidikan
dikirim ke Eropa, dimana kaum Muslim belajar bahasa, ilmu pengetahuan dan
politik. Biro-biro penerjemah dan penerbit didirikan untuk menerjemahkan dan
menerbitkan karya-karya Barat.
Generasi elite intelektual pun lahir-modern, terpelajar dan
terbaratkan, keadaan inilah yang mengakibatkan perubahan tersebut, dan kelompok
kecil kaum elite-lah yang melaksanakan hal ini serta merupakan pewaris utama
perubahan. Hasilnya adalah sederetan reformasi militer, administrasi,
pendidikan ekonomi, hukum dan sosial, yang sangat dipengaruhi dan diilhami oleh
Barat untuk “Memodernkan” masyarakat Islam.
Modernisasi melalui model-model Barat yang diaplikasikan
oleh penguasa Muslim terutama motivasinya adalah keinginan untuk memperkuat dan
memusatkan kekuasaan mereka, bukan untuk berbagi. Akibat utama modernisasi
adalah timbulnya kaum elite baru dan perpecahan umat Islam, yang tampak dalam
sistem-sistem pendidikan dan hukum.
Di kalangan orientalis sendiri (Gibb dan Smith), menilai
reaksi modernisasi yang dilakukan di dunia Islam lebih cenderung bersifat “Apologetis”
terhadap Islam dari berbagai tantangan yang datang dari kaum kolonial dan
misioneris. Kristen dengan menunjukkan keunggulan Islam atas peradaban barat,
dan juga modernisasi dipandang sebagai “Romantisisme” atas kegemilangan
peradaban Islam yang memaksa Barat untuk belajar di dunia Islam.
Akan tetapi, sesudah itu Barat bangun dan maju, bahkan dapat
mengalahkan dan mengusai dunia Islam sehingga menarik perhatian ulama dan
pemikiran Islam untuk mengadopsi kemajuan Barat tersebut termasuk
modernisasinya.
Dari data historis inilah nampaknya di kalangan sarjana
Muslim tidak sepakat kolektif atau meminjam istilah Yusril “acapkali digunakan
secara tidak seimbang dan jauh dari sikap netral”, kalau modernisasi itu
dikaitkan apalagi dikatakan sesaui dengan ajaran Islam karena alasan sejarah
bahwa lahirnya modernisasi pada awalnya bukan berasal dari “rahim” ajaran Islam
melainkan muncul dan perkembangan keagamaan di kalangan Kristen, sehingga tidak
mengherankan kalau umpamanya kalangan fundamentalis, seperti Maryam Jameelah
menganggap modernisasi adalah usaha “Membaratkan” dan “Mensekulerkan”
dengan menuduh tokoh modernis, seperti Afghani (1838-1897), Abduh (1849-1905)
hingga Thaha Husayn sebagai agen Barat.
Demikian juga sebaliknya di kalangan tokoh-tokoh yang
menyebut dirinya sebagai modernis menuduh kalangan yang menolak modernisasi
sebagai “orang-orang yang dangkal dan anti intelektual, bahkan menurut
kesimpulan ‘Ali Syariati “kemacetan pemikiran yang diakibatkan kalangan fundamental
menghasilkan Islam dekaden”, sehingga dapat dikatakan konotasi modernisasi
sangat tergantung kepada siapa yang menggunakan dan dalam konteks apa digunakan
modernisasi tersebut.
Penetrasi dan Perkembangan Modernisasi di Dunia Islam Dapat
dipastikan bahwa penetrasi dan perkembangan modernisasi di dunia Islam terjadi
setelah adanya koneksasi dengan Barat dalam rentang waktu yang sangat panjang.
Koneksasi yang diduga kuat mengilhami lahirnya modernisasi
di dunia Islam dengan dikenalnya seperangkat gagasan Barat pada permulaan abad
ke-XIX yang dalam sejarah Islam disebut sebagai permulaan periode modern.
Koneksasi ini juga membawa fenomena baru bagi dunia Islam seperti
diperkenalkannya rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya yang
semuanya menimbulkan “Goncangan Hebat” bagi para pemimpin dunia Islam,
bahkan diantara sebagiannya ada yang tertarik dengan gagasan yang “dihembuskan”
Barat tersebut yang secara pelan-pelan mulai mempelajarinya dan pada akhirnya
berubaha untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan umat Islam.
F.
Pemikiran Islam Modern
Pemikiran dan pembaharuan Islam di Mesir pada periode modern
ditokohi oleh cukup banyak pemikir, antara lain: Muhammad Ali Pasya (1765-1849)
yang bermodel reformisme Barat. Dia mempertautkan ekonomi Mesir dengan Eropa.
at-Tahtawi (1801-1873) memiliki pandangan bahwa rahasia pertumbuhan Eropa
terletak pada pikiran orang-orangnya yang bebas untuk berfikir secara kritis,
mengubah kebijakan lama dan menerapkan ilmu dan teknologi modern untuk
menyelesaikan masalah. Jamaluddin al-Afgani (1839-1897)yang mencoba
menanamkan kembali kepercayaan kepada kekuatan sendiri dengan melepas baju
apatis dan putus asa, Muhammad Abduh (1849-1905) yang mengumandangkan panggilan
jihad melawan penjajah , dan muridnya Rasyid Ridha (1865-1935) yang
membangkitkan ruh jihad dan ijtihad, mengumandangkan kembali kepada Quran dan
Sunnah, sebagai satu-satunya jalan untuk keluar dari kelemahan dan kehinaan
posisi.
Secara garis besar isi pemikiran mereka diantaranya
mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, social, dan ekonomi, memberantas
tahayul dan bid’ah yang masuk kedalam ajaran Islam, menghilangkan faham
fatalisme yang terdapat dikalangan umat Islam, menghilangkan faham salah yang
dibawa oleh tarekat tasawwuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat
Islam terhadap permainan politik Negara Barat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesaimpulan
Pembaharuan
Islam adalah upaya-upaya untuk
menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi madern. Dalam
bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdîd, secara harfiah tajdîdberarti pembaharuan dan
pelakunya disebut mujaddid.
Tokoh-Tokoh
Pembaharu
1. Mesir :
·
Muhammad
Ali Pasya
·
Al-Tahtawi
·
Jamaluddin Al Afghani
·
Muhammad Abduh
·
Rasyid Ridha
2. Turki
·
Sultan Mahmud II
·
Tanzimat
·
Usmani
muda
·
Turki
muda
·
Mustafa Kemal
Pasya
3. India-Pakistan
4. Gerakan mujahidin
5. Sayyid Ahmad Khan
6. Gerakan Aligarh, Sayyid Amir Ali. Muhammad Iqbal, Muhammad Ali Jinnah, Abul Kalam Azad, dll.
4. Indonesia
Muhammadiyah,
dengan pemimpinnya KH. Ahmad Dahlan
DAFTAR
PUSTAKA
http://bigg0st.blogspot.com/2013/02/pembaharuan-islam_25.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar