BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kata Globalisasi berasal dari bahasa
inggris, yaitu Globalization
yang merupakan gabungan dari kata global
yang berarti mendunia sedangkan lization
yang berarti proses. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang
terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek
kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi,
termasuk kemunculan telegraf dan internet, merupakan faktor utama dalam
globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi
dan budaya. Menurut Achmad Suparman, globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah. Menurut Edison A. Jamli, globalisasi ditandai oleh
ambivalensi yaitu berada pada kebingungan, tampak sebagai “berkah” di satu sisi
tetapi sekaligus menjadi “kutukan” di sisi lain dan tampak sebagai
“kegembiraan” pada satu pihak tetapi sekaligus menjadi “kepedihan” di pihak
lainnya.
Globalisasi yang kian hari semakin
memanas, memiliki dampak yang sangat signifikan dan sangat berpengaruh terhadap
lingkungan kita. Seperti halnya yang kita ketahui perubahan cuaca yang sangat
ekstrim terjadi disebabkan karena globalisasi. Sikap manusia yang tidak peduli
dengan lingkungan sekitar adalah penyebab awal meluasnya dampak globalisasi.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengaruh globalisasi terhadap perkembangan mental generasi muda di Indonesia?
2. Mengapa terjadi globalisasi terhadap
perkembangan mental generasi muda di Indonesia?
3. Bagaimana antisipasi pengaruh
globalisasi terhadap perkembangan mental generasi muda di Indonesia?
C. Tujuan
Masalah
1.
Menjelaskan
pengaruh globalisasi terhadap perkembangan mental generasi muda di Indonesia.
2. Menjelaskan terjadi globalisasi
terhadap perkembangan mental generasi muda di Indonesia.
3. Mengetahui dan diterapkan antisipasi
untuk pengaruh globalisasi terhadap perkembangan mental generasi muda di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Mental Generasi Muda
Arus globalisasi
yang begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda ini
membawa pengaruh yang cukup kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat
banyak kalangan muda kehilangan kepribadian dan jati diri mereka sebagai bagian
dari bangsa Indonesia. Kehilangannya mental kepribadian dan jati diri ini
ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak
muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang berdandan
berlebihan yang cenderung mengarah ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian
yang minim bahannya yang memperlihatkan bentuk lekuk tubuh yang seharusnya
tidak untuk diperlihatkan. Cara berpakaian tersebut sebenarnya bukan cara
berpakaian yang sesuai dengan kebudayaan kita, itu sangat melenceng jauh dengan
kebudayaan kita. Tak ketinggalan pula gaya rambut yang dicat dengan beraneka
warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Ditambah dengan
berkembangnya teknologi di Indonesia yang memiliki dampak positif dan dampak
negatif juga bagi remaja. Teknologi internet contohnya, teknologi internet
merupakan teknologi yang memberikan informasi secara luas dan tanpa batas dan
juga dapat diakses oleh siapa aja dan dimana saja. Dan sudah bukan hal yang
mustahil juga bagi kalangan remaja, ini sudah menjadi santapan mereka
sehari-hari. Jika digunakan dengan semestinya tentu memperoleh dampak positif
dan manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak digunakan dengan semestinya ini
berarti berdampak negatif dan akan mendapatkan kerugian juga. Sekarang ini
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan internet dengan tidak semestinya. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan
wajib mereka yaitu handphone.
Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi berkurang karena mereka lebih memilih
sibuk dengan gadget mereka masing-masing. Dilihat dari sikap, banyak anak muda
sekarang yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak
ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan
keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka tanpa memperdulikan
orang lain di sekitar mereka. Contohnya adalah adanya geng motor anak muda yang
melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan
masyarakat.
B.
Perkembangan Psikososial pada Remaja
Masa
remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek
biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya
berbagai dishamornisasi yang membutuhkan penyimbangan sehingga remaja dapat
mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan
tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukan
perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu
menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungan.
Ada
tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;
- Faktor individu, yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen)
- Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja.
- Faktor lingkungan, yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.
Setiap remaja sebenarnya memiliki
potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka
dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun
potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang
oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.
C.
Perubahan Psikoseksual
Produksi hormon testosteron dan estrogen mempengaruhi fungsi
otak, emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan
seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut,
dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam
bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olahraga, musik, penyanyi, bintang film,
pahlawan, dan sebagainya.
Remaja
sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan
dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda
dengan teman sebayanya maka hal ini dapat memicu terjadinya peraaan malu atau
rendah diri.
D.
Pengaruh Teman Sebaya
Kelompok
teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang
remaja. Interaksi sosial dan afilasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar
dalam mendorong terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah
adalah landasan dasar sedangkan dunianya adalah sekolah. Pada fase perkembangan
remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi
figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua
temannya, olahragawan, dsb. Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting
bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan
seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat
peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga
dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak
orang lain, serta membolos, dsb.
E.
Perilaku Berisiko Tinggi
Remaja
kerap hubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai tahun dikatakan pernah
menunjukan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut,
seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku
antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan dari 50% remaja tersebut juga
menunjukan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam
keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku
kriminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukan bahwa 50%
remaja pernah menggunakan merijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba
menggunakan alkohol. Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan
bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok
sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi merupakan
kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan. Walaupun demikian, sebagian remaja
juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan
cara mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka untuk
mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini
berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.
F.
Kegagalan Pembentukan Identitas Diri
Menurut
Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara
berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan. Remaja
mulai menunjukan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olahraga,
dan keagamaan. Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa
tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap yang
didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih
terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam
lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti
teman, minat, ataupun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu
perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna
perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta
memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil. Secara perlahan, remaja
mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai
sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah
superego yang khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga
terjawab pertanyaan siapakah aku? Dan kemanakah tujuan hidupku? Bila
terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuklah
kondisikebingungan peran (role
confusion). Role confusion
ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme
seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara
untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak kuat akibat
dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.
G.
Gangguan Perkembangan Moral
Moralitas
adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima
secara bersama, apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersama
tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan untuk memilih apa
yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya, remaja
mengambil nilai etik dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan
perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi
masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi
suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi
orangtua sendiri tidak berbuat demikian.
Secara
moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal
itu tidak membahayakan kesahatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak
asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa,
terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika
pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukan berbagai pola perilaku
antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja
tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.
H.
Stres di Masa Remaja
Banyak hal dan kondisi yang dapat
menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapan dengan
berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan
yang harus dicapai sesuai dengan usinya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan
dengan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran
sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian. Tantangan ini
tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya
tekanan yang nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi
kondisi tantangan tersebut. Penelitian menunjukan bahwa remaja merupakan masa
‘storm and stress’ sehingga memicu terjadinya gangguan depresi yang bermakna.
I.
Antisipasi dari Dampak Negatif Globalisasi
- Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
- Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya.
- Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
- Menumbuhkan kembangkan cara berpikir kritis. Karena hal tersebut menjadikan kita lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
- Mewujudkan supermasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
Dengan adanya langkah-langkah
antisipasi tersebut, diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat
mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan
kehilangan kepribadian bangsa. Selain itu, kita bisa melihat dan mempertanyakan
segala sesuatu yang secara logis tidak benar, sehingga kita tidak dapat
diindoktrinasi untuk mengatur suatu pandangan tertentu saja. Sebaliknya kita
dapat berpartisipasi untuk bersama menentukan cara mengatur dan mengelola
sesuatu dengan segala resikonya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keberhasilan
remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan pembentukan
kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam
kehidupannya saat ini dan juga masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya
mendapatkan asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk berkembangannya self confidence, role anticipation, role
experimentation, dan apprenticeship yang sudah dimulai sejak masa anak
dan pra-remaja sehingga masa kritis yang dijumpai di tahap perkembangan
remaja ini dapat dilalui dengan mulus. Walaupun secara rasional selalu dapat
dilakukan koreksi dan kompensasi terhadap defek perkembangan kepribadian dan
masalah psikososial yang dihadapi, namun hal ini tentunya membutuhkan usaha
yang lebih besar. Dengan demikian, lebih baik mencegah dengan memperkuat
berbagai faktor protektif dan mengurangi sebanyak mungkin faktor risiko yang
ada yang sudah dimulai sejak masa konsepsi hingga individu mencapai masa
remaja.
B.
Saran
Arus
globalisasi memang sudah sangat kuat mempengaruhi bangsa ini. Dan perubahan
yang signifikan dapat kita lihat pada prilaku remaja yang akhir-akhir ini
seperti berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika hal tersebut memberi efek
baik bagi mereka tentu itu takkan jadi masalah. Tapi terkadang, sesuatu takkan
bernilai baik apabila terletak di tangan yang salah. Oleh sebab itu, untuk
menganggapi dan mengantisipasi dampak buruk yang dapat dibawa oleh globalisasi
perlu ditanamkan sikap berikut :
- Selektif dalam memilih pergaulan karena bisa merubah mental anak remaja yang masih rentan.
- Dibutuhkan pengawan dari berbagai pihak dalam menannggulangi efek buruk yang akan timbul pada mental remaja.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Mental Generasi Muda
B.
Perkembangan Psikososial pada Remaja
C.
Perubahan Psikoseksual
D.
Pengaruh Teman Sebaya
E.
Perilaku Berisiko Tinggi
F.
Kegagalan Pembentukan Identitas Diri
G.
Gangguan Perkembangan Moral
H.
Stres di Masa Remaja
I.
Antisipasi dari Dampak Negatif
Globalisasi
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH PENJAS
TENTANG MEMBANGUN MENTAL GENERASI
OLAHRAGA
DISUSUN OLEH :
NAMA : KHALISMIA RIZKI
PRODI : PENDIDIKAN EKONOMI
KELAS : I B
UNIVERSIRTAS HAMZAN WADI
TP. 2017/2018
TP. 2017/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar