Pengaruh Iklim dan Cuaca pada Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.)
Oleh
Nama : MUHAMMAD
FAJRUL FALAK
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
2018
Sembah sujud penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak
ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung
merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi
hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya
maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat
konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan
menyempurnakan makalah ini.
KATA PENGATAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A.
Latar Belakang..............................................................................................
B.
Rumusan Masalah.........................................................................................
C.
Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A.
Cuaca
dan Iklim ...........................................................................................
B.
Suhu
atau Temperatur Udara.....................................................................
C.
Tekanan
Udara ............................................................................................
D.
Angin..............................................................................................................
E.
Kelembapan
Udara.......................................................................................
F.
Curah
Hujan .................................................................................................
G.
Radiasi
Matahari...........................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A.
Kesimpulan ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back)
merupakan sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia, berasal
dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, kemudian
dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis. Umbi bawang dapat
dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat
dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengaruh cuaca dan iklim terhadap tanaman bawang merah ?
2.
Apa
pengaruh suhu atau temperatur udara terhadap tanaman bawang merah ?
3.
Apa
pengaruh tekanan udara terhadap tanaman bawang merah ?
4.
Apa
pengaruh angin terhadap tanaman bawang merah ?
5.
Apa
pengaruh kelembapan udara terhadap tanaman bawang merah ?
6.
Apa
pengaruh curah hujan terhadap tanaman bawang merah ?
7.
Apa
pengaruh radiasi matahari terhadap tanaman bawang merah ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengaruh cuaca dan iklim terhadap
tanaman bawang merah
2.
Mengetahui
pengaruh suhu atau temperatur udara
terhadap tanaman bawang merah
3.
Mengetahui
pengaruh tekanan udara terhadap tanaman
bawang merah
4.
Mengetahui
pengaruh angin terhadap tanaman bawang
merah
5.
Mengetahui
pengaruh kelembapan udara terhadap
tanaman bawang merah
6.
Mengetahui
pengaruh curah hujan terhadap tanaman
bawang merah
7.
Mengetahui
pengaruh radiasi matahari terhadap
tanaman bawang merah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Cuaca
dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan
di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat.
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam
waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (±
minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Iklim dapat terbentuk karena adanya:
a.
Rotasi
dan revolusi bumi sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari dan tahunan;
dan
b.
Perbedaan
lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya
penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya terhadap
kehidupan di bumi.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim
suatu daerah atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan
udara, sinar matahari (radiasi matahari), angin, kelembaban udara, dan
curah hujan, disini akan berusaha fokus untuk membahas ataupun mengupas
tentang salah satu unsure yang mempengaruhi iklim, yaitu: sinar matahari
(radiasi matahari). Tetapi, untuk membahas radiasi matahari tersebut, kita
harus membahas unsur-unsur iklim yang lain terlebih dahulu. Pada akhirnya kita
akan masuk kedalam pokok bahasan mengenai sinar matahari (radiasi matahari).
B.
Suhu
atau Temperatur Udara
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari
aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur
udara atau derajat panas disebut Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur
udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang
diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a.
Sudut
datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan
arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin
sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak
lurus.
b.
Lama
waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas
yang diterima bumi.
c.
Keadaan
muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
d.
Banyak
sedikitnya awan dan ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin
banyak atau makin tebal awan, maka akan semakin sedikit pula panas
yang diterima bumi.
C.
Tekanan
Udara
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim
yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang
timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap
tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari
permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin
berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara diukur dengan barometer
dan dinyatakan dengan milibar (mb).
Tekanan udara dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Tekanan udara tinggi, lebih dari
1013 mb.
2) Tekanan udara rendah, kurang dari
1013 mb.
3) Tekanan di permukaan laut, sama
dengan 1013 mb.
D.
Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin
adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui
tentang angin, yaitu meliputi:
a)
Kecepatan
Angin
b)
Kekuatan
Angin
c)
Arah
Angin
d)
Macam-macam
Angin
E.
Kelembapan
Udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan
iklim di suatu tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah
banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat
tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer atau
hygrometer.
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu:
Ø Kelembaban mutlak atau kelembaban
absolut, yaitu kelembaban yang menunjukkan berapa gram berat uap air yang
terkandung dalam satu meter kubik (1 m3) udara.
Ø Kelembaban nisbi atau kelembaban
relatif, yaitu bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara
jumlah uap air yang terkandung dalam udara dan jumlah uap air maksimum yang
dapat ditampung oleh udara tsb.
Kelembaban mutlak udara
Kelembaban Nisbi = –––––––––––––––––––––– x 100 %
Nilai jenuh udara
F.
Curah
Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu
daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut
Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan
yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
o
Bentuk
medan atau topografi;
o
Arah
lereng medan;
o
Arah
angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
o
Jarak
perjalanan angin di atas medan datar.
G.
Radiasi
Matahari
Radiasi surya (surya = matahari) adalah merupakan sumber
energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer yang menentukan keadaan
cuaca dan iklim di atmosfer bumi. Radiasi matahari adalah factor essensial
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya memegang peranan penting dalam
proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi.
Di dalam hal ini, matahari berfungsi sebagai mengatur fotosintesis pada tanaman
dan mendorong evapotranspirasi. Sedangkan untuk lahan itu sendiri, matahari
berfungsi sebagai penaik suhu permukaan lahan dan membantu evaporasi. Cahaya
yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan
transpirasi.
Ada 3 hal yang menentukan besarnya Radiasi Matahari ke Bumi,
yaitu:
Ø Sudut datang matahari (dari suatu
titik tertentu di bumi) atau dapat disebut juga sebagai jarak dari Matahari ke
Bumi
Ø Panjang hari
Ø Keadaan atmosfer (kandungan debu dan
uap air) atau dapat juga disebut dengan intensitas radiasi matahari. Hal ini
tergantung kepada jumlah, tipe, dan tebal awan yang menghalangi lintasan atau
sinaran radiasi matahari.
Dalam hal ini kita harus mengaitkan seluruh informasi yang
kita dapat denga bahan penelitian kita, yaitu: Bawang Merah (Allium
ascalonicu). Dari data yang saya dapatkan di berbagai web-site dan beberapa
jurnal maupun skripsi yang berbentuk format pdf, maka saya mendapatkan
informasi tentang kehidupan Bawang Merah dalam suatu iklim dan dapat tumbuh dan
berkembang dangan sangat baik pada iklim dan cuaca tersebut beserta dengan
factor-faktor iklim dan cuaca tersebut.
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun
dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut (dpl).
Meskipun demikian, ketinggian optimalnya adalah 0 – 400 m dpl saja. Secara umum,
tanah yang tepat ditanami bawang merah ialah tanah yang bertekstur remah,
sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan
pH-nya antara 5,6 – 6,5.
Pada tanah-tanah yang becek, pertumbuhan tanaman bawang
merah akan kerdil dan sering menyebabkan umbi-umbinya mudah menjadi busuk. Di
samping itu, tanaman ini sangat tanggap (responsif) terhadap pH tanah. Bila pH
kurang dari 5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam-garam
Aluminium (Al). Sebaliknya, bila pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat
diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan hasilnya menjadi rendah.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering
dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah (suhu antara 25o –
32o C). Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut, dan angin yang sepoi-sepoi
dan tidak terlalu kuat. Suhu yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya
30o C, Angin merupakan faktor iklim yang juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Angin kencang yang berhembus
terus-menerus secara langsung menerpa tanaman bawang merah akan dapat
menyebabkan kerusakan tanaman karena sistem perakaran yang terjadi pada tanaman
bawang merah yang sangat dangkal.
Tanaman bawang merah itu sendiri sangat rentan terhadap
curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang
merah adalah antara 300 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara (nisbi) yang sesuai
adalah antara 80 – 90 %. Intensitas sinar matahari penuh, lebih dari 14
jam/hari. Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh.
Hindari tanaman bawang merah ini dari curah hujan yang
tinggi dan kelembaban yang terlalu tinggi, karena itu akan memudahkan jamur
untuk hidup di tanaman bawang merah tersebut. Contohkan saja Penyakit Layu
Fusarium (Fusarium oxysporum). mengatakan bahwa penyakit layu Fusarium (F.
oxysporium).
Koloni pada media OA atau PDA (25oC) mencapai diameter 3,5 –
5,0 cm. Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian
menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan
yang tampak lebih kuat dekat permukaan medium. Sporodokhia terbentuk hanya pada
beberapa strain. Koloni berwarna kekuningan hingga keunguan. Konidiofor dapat
bercabang dapat tidak, dan membawa monofialid.
Mikrokonidia bersepta 0 hingga 2, terbentuk lateral pada
fialid yang sederhana, atau terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor
bercabang pendek, umumnya terdapat dalam jumlah banyak sekali, terdiri dari
aneka bentuk dan ukuran, berbentuk avoid-elips sampai silindris, lurus atau
sedikit membengkok, dan berukuran (5,0 – 12,0) x (2,2 – 3,5) μm.
Makrokonidia jarang terdapat pada beberapa strain, terbentuk
pada fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam sporodokhia,
bersepta 3 – 5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua
ujungnya dengan sel kaki berbentuk pediselata, umumnya bersepta 3, dan
berukuran (20) 27 – 46 (50) x 3,0 – 4,5 (5) μm. Khlamidospora terdapat dalam
hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar,
berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0 sampai 15 μm, terletak terminal atau
interkalar, dan berpasangan atau tunggal.
Serangan adalah dasar dari umbi lapis Akibatnya
baik pertumbuhan akar maupun umbi lapis terganggu. Gejala visual adalah daun
yang menguning dan cenderung terpelintir (terputar). Tanaman sangat mudah
tercabut karena pertumbuhan akar terganggu bahkan membusuk
Pada dasar umbi terlihat cendawan yang berwarna
keputih-putihan, sedangkan apabila umbi lapis dipotong, membujur terlihat
adanya pembusukan berawal dari dasar umbi meluas baik ke atas maupun ke
samping, Serangan lanjut akan mengakibatkan tanaman mati, dimulai dari
ujung daun dan dengan cepat menjalar ke bagian bawahnya.
Gejala penyakit layu Fusarium adalah ujung daun layu
dan menguning, melinting dan nekrosis, akar berwarna hitam dan rapuh, dasar
akar membusuk. Fusarium dapat juga menyerang umbi bawang yang telah dipanen
yang terdapat dalam gudang penyimpanan. Jika terinfeksi melalui bibit,
gejala serangan mulai terlihat pada umur 7 – 14 hari setelah tanam. Sedangkan
jika terinfeksi melalui tanah, gejala serangan mulai terlihat pada umur > 30
hari sesudah tanam.
Fusarium dapat bertahan lama sebagai saprofit dalam tanah.
Di dalam tanah jamur ini dapat bertahan selama 3 tahun. Tanah dianggap sebagai
sumber infeksi yang terutama. Populasinya akan meningkat jika di situ ditanam
tanaman yang sesuai. Jamur ini menginfeksi melalui akar, terutama melalui
luka-luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Pengangkutan air dan
hara tanah terganggu yang menyebabkan tanaman menjadi layu. Jamur membentuk
polipeptida, yang disebut likomarasmin, yang dapat mengganggu permeabilitas
membran plasma dari tanaman. Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara
lembab jamur akan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang
terinfeksi.
Jamur dapat menginfeksi tanaman melalui bermacam-macam luka
pada akar, misalnya luka yang terjadi karena pemindahan bibit, karena
pembumbunan, atau luka karena serangga dan nematode.
Penyakit layu fusarium atau di daerah Brebes dikenal dengan
penyakit ”ngoler” disebabkan oleh cendawan (Fusarium oxysporum). Penyakit ini
dapat ditularkan melalui umbi bibit, udara, tanah, dan air. Penyakit ini
berkembang pada suhu tanah 21-33o C. Suhu optimumnya adalah 28o C.
Sedangkan curah hujan (1.500-2.500 mm/tahun) dan kelembaban udara yang membantu
tanaman (70-90%), ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Seperti
kebanyakan Fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada pH tanah yang
luas variasinya. Walaupun begitu, patogen akan tumbuh dengan baik pada pH 3,6 –
8,4 pada media kultur. Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak
nitrogen tetapi miskin akan kalium.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
menyemprotkan fungisida berbahan
aktif karbendenzim atau mankozeb. Apabila serangan belum terlalu
banyak, langkah lain dapat ditempuh dengan mencabut dan membuang/membakar
segera tanaman yang terserang. Untuk menghindari terjadinya hal seperti
tersebut, sebaiknya sebelum anda melakukan penanaman, ada baiknya jika anda
meneliti atau meninjau keadaan daerah tempat anda menanam. Meninjau dari segala
factor. Termasuk juga faktor-faktor perubahan iklim seperti yang kita bahas
sebelumnya. Mungkin anda bias melihat keadaan lahan saat siang hari,
mendapatkan sinar mataharikah lahan tersebut atau tidak, curah hujannya tinggi
atau tidak, terpaan angin yang cukup kuat atau tidak, dan lain sebagainya.
Itu semua harus kita perhatikan demi berlangsungnya
kehidupan tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) yang anda tanam di
lahan anda tersebut, Itulah beberapa faktor yang telah saya tuliskan dalam
jurnal ini dan beberapa dampak negatifnya bila kita tidak memperhatikan
faktor – faktor iklim tersebut. Semua penyajian yang saya berikan ini mungkin
masih jauh dari sempurna. Jika ada kesalahan dalam penulisan jurnal ini, saya
meminta maaf.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bawang merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back)
merupakan sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia, berasal
dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, kemudian
dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis.
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan
di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat.
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam
waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (±
minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun
dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut (dpl).
Meskipun demikian, ketinggian optimalnya adalah 0 – 400 m dpl saja. Secara
umum, tanah yang tepat ditanami bawang merah ialah tanah yang bertekstur remah,
sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan
pH-nya antara 5,6 – 6,5.
Pada tanah-tanah yang becek, pertumbuhan tanaman bawang
merah akan kerdil dan sering menyebabkan umbi-umbinya mudah menjadi busuk. Di
samping itu, tanaman ini sangat tanggap (responsif) terhadap pH tanah. Bila pH
kurang dari 5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam-garam
Aluminium (Al). Sebaliknya, bila pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat
diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan hasilnya menjadi rendah.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering
dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah (suhu antara 25o –
32o C). Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut, dan angin yang sepoi-sepoi
dan tidak terlalu kuat. Suhu yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya
30o C, Angin merupakan faktor iklim yang juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Angin kencang yang berhembus
terus-menerus secara langsung menerpa tanaman bawang merah akan dapat
menyebabkan kerusakan tanaman karena sistem perakaran yang terjadi pada tanaman
bawang merah yang sangat dangkal.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah
http://rahmawaty01.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-iklim-dan-cuaca-pada-bawang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar