MAKALAH
KEUTAMAAN
– KEUTAMAAN
MAULID
NABI BESAR MUHAMMAD SAW
DISUSUN
OLEH
NAMA :
KELAS :
SMA
MARDHATILLAH
TAHUN
2018
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya.
Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis
harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.........................................................................................
A.
Latar
Belakang..............................................................................................
B.
Rumusan
Masalah.........................................................................................
C.
Tujuan
...........................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN..........................................................................................
A.
Pengertian
Maulid Nabi ...............................................................................
B.
Dalil
Menyambut Maulid Nabi ...................................................................
C.
Sejarah
Maulid Nabi ....................................................................................
D.
Keutamaan
Maulid Nabi .............................................................................
BAB
III PENUTUP..................................................................................................
A.
Kesimpulan
...................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ketika cahaya tauhid padam di muka bumi, maka kegelapan yang
tebal hampir saja menyelimuti akal. Di sana tidak tersisa orang-orang yang
bertauhid kecuali sedikit dari orang-orang yang masih mempertahankan
nilai-nilai ajaran tauhid. Maka Allah SWT berkehendak dengan rahmat-Nya yang
mulia untuk mengutus seorang rasul yang membawa ajaran langit untuk mengakhiri
penderitaan di tengah-tengah kehidupan. Dan ketika malam mencekam, datanglah
matahari para nabi. Kedatangan Nabi tersebut sebagai bukti terkabulnya doa Nabi
Ibrahim as kekasih Allah SWT, dan sebagai bukti kebenaran berita gembira yang
disampaikan oleh Nabi Isa as.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Maulid Nabi ?
2. Sebutkan
Dalil Menyambut Maulid Nabi !
3. Bagaimana
Sejarah Maulid Nabi ?
4.
Apa Keutamaan Maulid Nabi ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian
Maulid Nabi
2. Untuk mengetahui Dalil
Menyambut Maulid Nabi
3. Untuk mengetahui Sejarah
Maulid Nabi
4.
Untuk mengetahui Keutamaan Maulid Nabi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Maulid Nabi
Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid
Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي, Mawlid an-Nabī), adalah
peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang
di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir.
Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh
setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan
dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
B. Dalil- Menyambut Maulid Nabi
Merayakan hari kelahiran Nabi s.a.w. termasuk perkara yang
membesarkan dan memuliakan baginda. Bagi setiao orang yang merayakan dan
memperingatinya akan diberikan kejayaan dunia dan akhirat. Firman Allah Taala:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ
النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوباً عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَالإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ وَيَضَعُ
عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ
آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ
مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٥٧
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak
bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka
dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka.** Adapun orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang beruntung.” (Q.S. al-A’araf: 157).
C. Sejarah
Peringatan
Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang),
bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir
dalam kitab Tarikh berkata:
Sultan
Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang
yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya.
Dijelaskan
oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan
Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai
disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang
ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak
tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai
persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang
akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu
membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar
tersebut. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi
yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Ibn
Khallikan dalam kitab Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn
Dihyah datang dari Marokomenuju Syam dan
seterusnya ke Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia
mendapati Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya
terhadap perayaan Maulid Nabi. Oleh karena itu, Al-Hafzih Ibn Dihyah kemudian
menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul “Al-Tanwir Fi Maulid
Al-Basyir An-Nadzir”. Karya ini kemudian dia hadiahkan kepada Sultan
Al-Muzhaffar.
Para
ulama, semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai
sekarang ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik.
Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian. Di antara
mereka seperti Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H), Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H),
Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H), Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H), SyeIkh Ibn
Hajar Al-Haitami (w. 974 H), Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H), Al-Imam Al-Izz ibn
Abd Al-Salam (w. 660 H), mantan mufti Mesir yaitu
Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H), mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu
Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H), dan terdapat banyak lagi para ulama besar
yang lainnya. Bahkan Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid
yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”. Karena itu perayaan Maulid
Nabi, yang biasa dirayakan pada bulan Rabiul
Awal menjadi
tradisi umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke masa dan dalam setiap
generasi ke generasi.
Para
ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh
Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa
orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan
Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang
pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat
perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah
padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masaPerang Salib.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
صَلَاحِ
الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ
الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ
Artinya:
“Sholahuddin-lah
yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran
Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang
menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”[2]
Dalam
perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
فَتَحَهَا
مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ
الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ
Artinya:
“Negeri
Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu
Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran
Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah).
Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam semakin
terbesar luas.”[3]
D.
Keutamaan
Maulid Nabi
1. Ungkapan Kecintaan Kepada Nabi
Muhammad
Peringatan maulid Nabi Muhammad
adalah sebuah ungkapan kecintaan dan kegembiraan dengan beliau. Bahkan orang
kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiran it.
فقد جاء في البخاري أنه يخفف عن أبي
لهب كل يوم الإثنين بسبب عتقه لثويبة جاريته لما بشّرته بولادة المصطفى صلى الله
عليه وسلم. وهذا الخبر رواه البخاري في الصحيح في كتاب النكاح معلقا ونقله الحافظ
ابن حجر في الفتح. ورواه الإمام عبد الرزاق الصنعانيفي المصنف ج ٧ ص ٤٧٨
Dalam hadits di atas yang
diriwayatkan Imam al-Bukhori. dikisahkan ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu
lahab, paman nabi , menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang jabang
bayi yang sangat mulia , Abu Lahab pun memerdekan Tsuwaibah sebagai tanda cinta
dan kasih. Dan karena kegembiraannya, kelak di hari kiamat siksa atas dirinya
diringankan setiap hari senin tiba.
2. Meneguhkan Kembali Kecintaan kepada Beliau
Meneguhkan kembali kecintaan kepada
Nabi Muhammad. Bagi seorang mukmin, kecintaan kepada Nabi adalah sebuah
keharusan, salah satu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Kecintaan
kepada nabi harus berada diatas segalanya, bahkan melebihi kecintaan kepada
istri, anaknya, bahkan kecintaan diri sendiri.
لا
يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين.
Artinya:
“Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga
aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.”
(HR. Bukhori Muslim).
3. Mendapatkan Rahmat Allah SWT
Mendapatkan rahmat Allah berupa
taman surga dan dibangkitkan bersama-sama golongan orang yang jujur, orang yang
mati syahid dan orang yang sholeh. Imam Sirri Saqathi Rahimahullah
berkata:
من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى
الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع إلا لمحبة
النبي صلى الله عليه وسلم : وقد قال صلى الله عليه وسلم: من أحبني كان معي في
الجنة.
Artinya:
“Barang siapa
menyengaja (pergi) ke suatu tempat yang dalamnya terdapat pembacaan maulid
nabi, maka sungguh ia telah menyengaja (pergi) ke sebuah taman dari taman-taman
surga, karena ia menuju tempat tersebut melainkan kecintaannya kepada baginda
rasul. Rosulullah bersabda: barang siapa mencintaku, maka ia akan
bersamaku di syurga.
Sedangkan Imam Syafi’i Rohimahullah
berkata:
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه
وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم
القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ، ويكون في جنات النعيم.
Artinya :
“Barang siapa yang mengumpulkan
saudara-saudara untuk memperingati Maulid nabi, kemudian menyediakan makanan,
tempat, dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas
dibacakannya maulid nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang
yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan dia akan
dimasukkan dalam syurga na’im.”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid
Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي, Mawlid an-Nabī), adalah
peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang
di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir.
Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh
setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi
kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Keutamaan Maulid Nabi
1.
Ungkapan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad
2.
Meneguhkan Kembali Kecintaan kepada Beliau
3.
Mendapatkan Rahmat Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA
https://tebuireng.online/dalil-dan-keutamaan-maulid-nabi-muhammad-saw/
https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad
https://syamsul14.wordpress.com/2014/01/19/dalil-dalil-keutamaan-maulid-nabi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar