Kamis, 07 September 2017

MAKALAH NILAI NILAI BUDAYA MASYARAKAT PRA AKSARA



BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Mempelajari dan meneliti kehidupan pada masa lalu memang hal yang menarik, manusia hidup didunia selalu melakukan perubahan-perubahan baik itu dibidang sosila budaya atau bahkan kepercayaan. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dimasa lalu sebagai contoh adalah masa prasejarah para peneliti atau ilmuan menggunakan fosil dan artefak untuk menggali informasi tentang kehidupan dimasa lalu. Kehidupan di masa prasejarah adalah kehidupan yang sangat sederhana, manusia purba selalu hidup berpindah pindah dan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka selalu berburu dan meramu

Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini baik bumi maupun kehidupan didalamnya selalu mengalami perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, perkembangan tersebut terbagi dalam setiap zaman seperti arkaezoikum, paleozoikum, mesozoikum dan neozoikum. Dibawah ini akan dijelaskan sedikit mengenai zaman-zaman tersebut.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa saja hasil budaya masyarakat pra aksara
2.      Apa saja nilai budaya masyarakat pra aksara

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui hasil budaya masyarakat pra aksara
2.      Untuk mengetahui nilai budaya masyarakat pra aksara


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasil Kebudayaan Masyarakat Pra aksara

Masa praaksara atau nirleka (nir; tidak ada, leka; tulisan) adalah sebutan terhadap suatu masa ketika manusia belum mengenal aksara atau tulisan. Di sebut juga masa prasejarah.

Meski belum mengenal tulisan, masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya sedemikian rupa sehingga kita sekarang dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.

Kurun waktu masa praaksara di awali sejak manusia ada pada kala Pleistosen yaitu sekitar 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu, dan berakhir ketika manusia mengenal tulisan (masa sejarah). Dengan demikian, batas antara masa praaksara/prasejarah dan masa sejarah adalah mulai di kenalnya tulisan.

Berakhir masa prasejarah atau di mulainya masa sejarah untuk setiap bangsa tidak sama, tergantung tingkat peradabannya. Bangsa Mesir, isalnya sudah mengenal tulisan sekitar tahun 4.000 SM itu berarti bangsa mesir pada waktu itu sudah memasuki masa sejarah. Bangsa Cina mengenal tulisan sejak tahun 2.000 SM, dan masa sejarah Cina di mulai sejak saat itu.

Masa praaksara indonesia di perkirakan mulai dari kala Pleistosen sampai sekitar abad ke-5 M. sebagian ahli berpendapat periodenya tidak sepanjang itu, tetapi mulai dari 1,7 juta tahun yang lalu sampai abad ke-5. Mulai abad ke-5 indonesia memasuki masa sejarahhal ini di tunjukan dengan penemuan prasasti berbentuk Yupa di tepi sungai Mahakam, Kuati, Kalimantan Timur.

Prasasti tersebut tidak berangka tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang di pakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu di buat sekitar tahun 400-an. Meski demikian,  tidak semua wilayah nusantara sudah mengenal tulisan pada sekitar abad tersebut. Berakhirnya masa prasejarah dan di mulainya masa sejarah untuk tiap wilayah di indonesia berbeda-beda.

1.      Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat sederhana

a)      kehidupan manusia terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas.

b)      Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan sekitarnya, karena cara mendapatkan makanan secara langsung dari alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.

c)      Ada beberapa 4 jenis manusia purba di Indonesia pada masa berburu dan meramu pada tingkat sederhana yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Sapiens, dan Wajak (Homo Wajakensis).

d)     Teknologi hanya mengutamakan segi praktis sesuai tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk. Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih, serta pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.

e)      Kehidupan sosial

1)      menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam di daerah sekitar tempat tinggalnya yang dapat memberikan persediaan makanan dan air serta menjamin kelangsungan hidupnya.

2)      hidup berkelompok dengan pembagian tugas yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil.

3)      hidup bekerjasama dalam menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.

4)      alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk sesuai perkembangan alam pikiran mereka.

2.      Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat lanjut

Pada masa praaksara tingkat lanjut (menjelang berakhirnya masa praaksara), hasil-hasil budaya nenek moyang kita semakin kaya berupa munculnya banyak hasil budaya yang bersifat nonfisik (nonmaterial). Memang padamasa bercocok tanam telah satu bentuk hasil budaya nonfisik berupa kepercayaan, namun hasil-hasil budaya yang bersifat fisik tetap dominan.

Menjelang berakhirnya masa praaksara itu, kepercayaan akan roh-roh nenek moyang dan kekuatan yang melampaui kehidupan manusia semakin matang dan menjadi ritus, upacara menghormati roh-roh yang telah  mati dan bahkan menyembah kekuatan supranatural menjadi praktik yang rutin. Mereka juga sadar akan keberadaan mereka di dunia yang bersifat sementara, serta tujuan hidup mereka.

Kesadaran sebagai sebuah komunitas juga membuat mereka melembagakan aturan-aturan yang sudah ada, dan bahkan muncul nilai-nilai baru yang harus di hayati semua anggota. Singkat kata mereka sadar hidup ini harus bermakna dan dimaknai, tidak sekedar mencari makan dan menunggu mati. Karena itu perlahan-lahan terbentuk semacam pandangan hidup atau falsafah hidup ditengah-tengah mereka, yang terejawantah dalam nilai-nilai, etos, norma, sikap-prilaku, dan ritual-ritual keagamaan. Ini emua merupakan bentuk hasil-hasil budaya yang bersifat nonfisik.

Mereka ingin nilai dan pandangan hidup itu tidak hanya menjadi milik mereka, tetapi juga milik generasi-generasi berikut. Maka, hasil-hasil bedaya yang bersifat nonfisik ini mereka wariskan kepada generasi baru. Mereka belum mengenal tulisan, dan karena itu proses pewarisan dilakukan secara lisan. Hal ini di dukung semakin berkembangnya kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa. Melalui bahasa, mereka mewariskan nilai-nilai dan pandangan hidup mereka ke generasi-generasi berikutnya. Tokoh-tokoh penting dalam proses sosialisasi atau pewarisan itu adalah keluarga, masyarakat dan para tetua.

Ada dua cara menyampaikan nilai-nilai dan pandangan hidup komunitas tersebut, yaitu secara langsung melalui nasehat-nasehat dan petuah-petuah, dan secara tidak langsung melalui contoh hidup dan folklor (mitos, legenda, dongeng, upacara, nyanyian rakyat, dan lain-lain). Nasehat dan petuah yang disampaikan orang tua biasanya juga merupakan nasehat dan petuah leluhur mereka.

Folkllor itu bukan sebuah cerita dan/atau aktivitas tanpa makna, di dalamnya terkandung pandangan hidup, etos, sistem kepercayaan, kebiasaan, atau adat-istiadat masyarakat praaksara. Dalam kajian sejarah folklor  itu juga di sebut tradisi lisan. Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang tradisi lisan dalam bentuk folklor itu. Namun, sebelumnya kita perlu tahu apa itu tradisi lisan.

a)      Di Indonesia sudah ada usaha-usaha bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
b)      Keadaan lingkungan
1)      Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup untuk memasak makanan, penghangat tubuh, dan menghalau binatang buas pada malam hari.
2)      Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial ke-4 maka terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, sehingga terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
3)      Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
c)      Keberadaan manusia
1)      Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
2)      Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit dipengaruhi unsur-unsur Mongoloid. Di Nusa Tenggara, terdapat Austromelanesoid.
d)     Teknologi
1)      Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
2)      Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
3)      Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
e)      Kehidupan Masyarakat
1)      mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya.
2)      mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya,dan kepercayaan masyarakat pada saat itu.

3.      Masa bercocok tanam dan beternak

a)      perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam membutuhkan waktu sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi.
b)      pada masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok.
c)      mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
d)     Manusia
1)      manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi ras Austromelanesoid.
2)      kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, karena dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak.
e)      Teknologi
1)      masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah.
2)      alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
f)       Kehidupan masyarakat
1)      masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan, karena mereka sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan memelihara hewan.
2)      proses perubahan tata kehidupan ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.
3)      tempat tinggal dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk lebih maju dengan daya tampung lebih banyak untuk menampung keluarga mereka.
4)      gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam.
5)      masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan, maka mereka meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan.
6)      mereka sudah tidak lagi tergantung pada alam dan sudah mengadakan perubahan-perubahan dengan menganggap sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.
g)      Pemujaan roh nenek moyang
1)      pemujaan roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu yang disebut animisme dan dinamisme.
2)      sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.
3)      tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati, terutama karena adanya pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

4.      Masa perundagian

a)      pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu menghasilkan bahan makanan sendiri di bidang pertanian maupun peternakan.
b)      pada masa perundagian semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan dengan mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.
c)      pada perkembangan berikutnya, terdapat golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan, dan lain sebagainya.
d)     Penduduk
1)      manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur.
2)      pada masa perundagian terdapat perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian, dan mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
e)      Teknologi
1)      Pada masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu termasuk perkembangan perdagangan dan pelayaran.
2)      Teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, menyangkut dan melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia.
3)      Di Indonesia, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi.
4)      Secara berangsur-angsur dan bertahap, penggunaan kapak batu diganti dengan logam, Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.
f)       Kehidupan sosial budaya
1)      seni ukir dan seni hias diterapkan pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan pesat.
2)      pada masa perundagian, kepercayaan kepada arwah nenek moyang sangat menonjol karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya, sehingga arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara.
3)      kehidupan masyarakat masa perundagian adalah hidup penuh rasa setia kawan dan perasaan solidaritas tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan nenek moyang.

B.  Nilai-Nilai Peninggalan Budaya Masa Prasejarah

1.   Pengertian Nilai.

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, benar atau berharga bagi seseorang. Setiap masyarakat atau setiap budaya memiliki nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Bahkan budaya dan masyarakat itu merupakan nilai yang tak terhingga bagi orang yang memilikinya. Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan, motivasi dalam segala perbuatan karena nilai itu mengandung kekuatan yang mendorong manusia meyakini untuk berbuat dan bertindak.

Sedangkan yang dimaksud dengan nilai penggalan budaya adalah penggalan budaya yang diyakini baik, benar dan berguna bagi masyarakat.

Untuk itu bila masyarakat atau bangsa Indonesia masa kini meyakini kebenaran nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah, maka akan dapat menumbuhkan kesadaran untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan warisan budaya bangsa.

2.   Nilai-Nilai Peninggalan Budaya Masa Prasejarah

Dari penjelasan di atas, tentu Anda ingin tahu lebih jauh tentang nilai apa yang dapat diwariskan dari peninggalan budaya masa prasejarah ini.

Untuk itu simaklah uaraian materi tentang nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah ini yang terdiri dari:

a.    Nilai Religius/Keagamaan
Nilai ini mencerminkan adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang berkuasa atas mereka, dalam hal ini mereka berusaha membatasi perilakunya. Dari uraian tersebut, sikap yang perlu diwariskan adalah sikap penghormatan kepada yang lain, mengatur perilaku agar tidak semaunya dan penghormatan serta pemujaan sebagai dasar keagamaan.
b.   Nilai Gotong Royong
Masyarakat prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja untuk kepentingan kelompok bersama, membangun rumah juga dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya bangunan-bangunan megalith yang dapat dipastikan secara gotong royong/bersama-sama.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpbiIsvdROpGJ6yALZy574mebRUHSLqshp6EYqCvzD2y6FBWqZ70DnhLJbi0uT7TlEen85YJx7emxz_4Lp1RMdl8-F_wf1he1uWP9H2SiYo5kNYtwm2pHk9SKgo4HSyP-YkjKkwB5vkqo/s320/manusia+purba+sedeng+membuat+tempat+tinggal.jpg
Dengan demikian patutlah ditiru bahwa hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama hendaklah dilakukan secara bersama-sama (gotong royong) dengan prinsip berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
c.    Nilai musyawarah
Nilai ini sudah dikembangkan oleh masyarakat prasejarah dalam hidupnya seperti dalam pemilihan pemimpin masyarakat dalam usaha pertanian dan perburuan. Dari perilaku tersebut menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya asas demokrasi.
d.   Nilai Keadilan
Sikap ini sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat prasejarah sejak masa berburu yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan tenaga dan kemampuannya sehingga tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Sikap keadilan ini berkembang pada masa perundagian, yaitu pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Dari nilai tersebut mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak yang sama/tugas yang sama apabila didukung oleh kemampuannya.
Demikianlah nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah yang patut untuk dibanggakan dan ditiru dalam kehidupan masyarakat pada masa sekarang.
Dalam rangka menambah wawasan berpikir Anda, maka diskusikanlah dengan teman-teman Anda untuk mencari contoh-contoh perilaku pada masa sekarang yang mencermikan niali religius, nilai gotong-royong dan nilai musyawarah serta nilai keadilan seperti yang dikembangkan oleh masyarakat prasejarah.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, benar atau berharga bagi seseorang. Setiap masyarakat atau setiap budaya memiliki nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Bahkan budaya dan masyarakat itu merupakan nilai yang tak terhingga bagi orang yang memilikinya. Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan, motivasi dalam segala perbuatan karena nilai itu mengandung kekuatan yang mendorong manusia meyakini untuk berbuat dan bertindak.

Sedangkan yang dimaksud dengan nilai penggalan budaya adalah penggalan budaya yang diyakini baik, benar dan berguna bagi masyarakat.

Untuk itu bila masyarakat atau bangsa Indonesia masa kini meyakini kebenaran nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah, maka akan dapat menumbuhkan kesadaran untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan warisan budaya bangsa.

Nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah ini yang terdiri dari:

1.      Nilai Religius/Keagamaan
2.      Nilai Gotong Royong
3.      Nilai musyawarah
4.      Nilai Keadilan
















DAFTAR PUSTAKA

http://usaha321.net/hasil-kebudayaan-masyarakat-praaksara.html
http://ikhwanartmy.blogspot.co.id/2010/01/nilai-nilai-peninggalan-budaya-masa.html


KATA PENGANTAR

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.




DAFTAR ISI

KATA PENGATAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A.    Latar Belakang...............................................................................................
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................
C.    Tujuan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A.    Hasil Kebudayaan Masyarakat Pra aksara..................................................

B.     Nilai-Nilai Peninggalan Budaya Masa Prasejarah ......................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................
A.    Kesimpulan .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................


MAKALAH
NILAI-NILAI BUDAYA MASYARAKAT PRA AKSARA










Disusun Oleh

NAMA KELOMPOK
1. MUHAMMAD HARIS HIDAYAT
2. RULI PEBRIANTI
3. NANA HAPSARI
4. ERNI ELYA PATMADILA
5. HARIADI FAJRI
KELAS   : X-IPS 3

SMAN 1 MASBAGIK
2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI PROSES PENGUATAN MENTAL ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi. Di China, Hong Kong dan T...