BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ssungguhnya merupakan nikmat Allah
Swt yang terbesar adalah diutusnya Nabi Muhammad Saw dan diturunkanya al-Qur’an
kepadanya untuk dijadikan petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan
mereka tentang segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Atas
dasar inilah Allah Swt memuliakan umat Islam
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt
baik huruf maupun maknanya dan dia bukan mahluk. Dari Allah Swt al-Qur’an
berasal dan kepada-Nya dia akan kembali. Al-Qur’an sebagaimana ia di turunkan
oleh Allah mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa
dibandingkan kitab suci lainnya. Ia adalah kitab ilahi, kitab suci yang menjadi
mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan di mudahkan untuk di pahami, kitab
suci yang dijamin pemeliharaan keauntetikannya, kitab suci bagi agama
seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh manusia.
Al-Qur’an merupakan kitab yang
universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk bangsa jin,untuk memberikan kabar
gembira dan peringatan kepada mereka. Ia juga bertujuan untuk menghubungkan
manusia dengan Rabbnya agar manusia hanya menyembah-Nya dan bertakwa kepada-Nya
dalam segala urusan.Al-Qur’an juga bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia.
Sebab jika jiwa itu tekah besih, niscaya baiklah seluruh masyarakat.Dan jika
jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakaat seluruhnya.
1.2.Rumusan Masalah
Apa saja
urgensi diturunkannya al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan ?
1.3.Tujuan Penulisan
Mengetahui
urgensi diturunkannya al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Al-Qur’an Sebagai Petunjuk
Allah Swt menurunkan pesan-pesanya
melalui al-Qur’an kepada manusia, untuk dijadikan pegangan dan pedoman, way
of life, agar manusia sukses menjalankan hidup di dunia dan bahagia di
akhirat nanti. Allah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw melalui
perantara malaikan Jibril alaihissalam, menggunakan bahasa Arab, dan di belahan
bumi pilihan Allah Swt, yakni Makah al-Muqarramah dan Madinah al-Munawarah,
sebagai umat yang juga terpanggil untuk menjalankan pesan-pesan Allah Swt, maka
sudah wajib bagi kita menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam
hidup dan kehidupan, yakni memasyarakatkan isi, bacaan, dan mengamalkan
al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Allah SWT telah berfirman yang
artinya “…Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, , petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa …”(QS.al-Baqarah : 1-2). Dan juga Allah telah
berfirman di pertengahan surat al-Baqarah, (Beberapa hari yang telah
dirtentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan
(permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).”(QS.al-Baqarah:185)
Di awal surat al-Baqarah Allah telah
berfirman al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa , sedangkan di
tengah al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia , dan ini sifatnya umum baik
bagi orang yang bertaqwa maupun yang tidak bertaqwa.adapun petunjuk bagi orang
yang bertaqwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan
mengambil faedah dari al-Qu’ran itu, serta mereka mampu menjadikan cahaya
al-Qur’an sebagai penerang bagi mereka.
“Alif Laam Raa…(ini adalah) kitab yang kami
turunkan kepadamu (Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya terang benderang yang di izinkan Tuhan,(yaitu) menuju jalan Tuhan
yang maha perkasa lagi maha terpuji…”(QS:Ibrahim:1).
Dari ayat di atas, jelas bahwa
fungsi al-Quran adalah untuk membebaskan manusia dari kegelapan-kegelapan
menuju cahaya terang-benderang.Pada ayat ini Allah SWT menyebutkan kegelapan
menggunakan jamak mu’annas salim dari isim mufrad artinya
kegelapan-kegelapan.Mengandung makna kegelapan di dunia ini banyak macam raga
dan bentuk.Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa tafsir, baik itu (at-Tabari),
(Jalalain), (Ibnu Kasir), dan (al-Kurtubi) disebutkan bahwa makna
kegelapan-kegelapan mempunyai makna, kekafiran, kebodohan, dan
kesesatan.Sementara dalam ayat ini cahaya menggunakan isim mufrad tidak menggunakan
bentuk jamak, itu membuktikan atau menunjukan bahwa cahaya itu satu, yakni
cahaya iman, petunjuk dan hidayah Allah SWT.
Pada saat Nabi Muhammad SAW yang
begitu semangat-semangatnya mempelajari al-Quran hingga malaikat Jibril
alaihissalam belum menuntut, Nabi Muhammad SAW sudah menirukanya. Allah
melarang Nabi Muhammad SAW, menurukan bacaan Jibril kalimat demi
kalimat,sebelum malaikat Jibril alaihissalam membacakanya sampai selesai. Hal
ini dilakukan agar Nabi Muhammad SAW benar-benar faham dan hafal ayat yang
diturunkan.Artinya tanamkanlah kegemaean membaca al-Quran, pelajari secara
bertahap, dan siapapun yang ingin mempelajarinya haruslah ada pembimbingnya,
agar ketika terjadi kesalahan ada yang mengoreksinya.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Qiyamah
ayat 16-21 yang artinya :”… Janganlah kamu gerakan lidahmu untuk
(membaca) al-Quran karna hendak cepat-cepat (menguasai)nya(16) Sesungguhnya
atas tanggungan kalimah mengumpulkanya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya (17). Apabila kami telah selesai membacakanya maka
ikutilah bacaanya itu (18).Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan
kalimah penjelasanya (19).Sekali-kali jangan demikian, sebenarnya
kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia (20).Dan meninggalkan
(kehidupan) akhirat (21)…” (QS;al-Qiyamah : 16-21)
Pada ayat diatas Allah Swt
memerintahkan dengan fi’il amar maka ikutilah bacaan itu artinya, setelah gemar
membaca dan mengamalkan al-Qur’an kita tidak hanya tinggal diam. Kita disuruh
mengikuti al-Qur’an,mengikuti amalan syariat dan hokum-hukumnya, sesuai dengan
kapasitas diri masing-masing. Pelestarian dan pengakulturasian nilai-nilai
al-Qur’an dalam kehidupansehari-hari sangatlah penting. Dengan kecintaan
membaca ayat-ayat al-Qur’an, merupakan akan lahir suatu motivasi untuk
mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan terhadap al-Quran tidak
lahir terhadap spontanitas, selain upaya yang sungguh-sungguh dari diri
sendiri, keluarga dan para ulama dalam meningkatkan tulis baca al-Qur’an, namun
yang tidak kalah pentingnya adalah faktor apresiasi dari pemerintah.Jikalau
kita seorang pejabat, tiada salahnya membuat peraturan daerah yang berhubungan
dengan al-Qur’an, misalnya setiap anak yang ingin melanjutkan studinya
ketingkat SLTP atau SLTA hendaknya memiliki sertifikat tulis baca al-Quran.
Dengan demikian, TPA-TPA yang ada disekitar kita tidak akan sepi seperti
sekarang ini.
Jadi al-Quran merupakan petunjuk
dialah dan irsyad (penjelas dan bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk
taufiq bagi orang yang bertaqwa, khususnya mereka yang memenuhi pnggilan
al-Quran. Jadi hidayah itu ada dua macam yaitu hidayah taufiq wal ‘amal (respon
dan aksi). Ini khusus bagi yang beriman , dan hidayanh dialah wa irsyad
(bimbingan dan penjelas )yang bersifat informatif bagin seluruh umat manusia.
Allah SWT juga befirman yang
artinya, sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus, dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang mu’min yang
mengerjakan amal-amal soleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan
sesungguhnya orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, kami sediakan bagi
mereka azab yang pedih,”(QS. Al Israa:9-10). Allah SWT menyebutkan al-Quran
sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada jalan yang paling
lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah SWT. JIka kita menghendaki untuk
sampai kepada Allah Azza wa Jalla dan surga-Nya maka kita harus
berama dengan al-Quran Karim
Petunjuk al-Quran itu ada dua
macam.Pertama, petunjuk berupa larangan, perintah dan berita baik.Kedua,
petunjuk bagaimana mengambil manfaat dari landasan yang dikenal. Bgian pertama,
bahwa sebagian besar petunjuk yang terdapat di dalam al-Quran itu terkait
dengan masalah-masalah kebaikan , termauk masalah hukum.Sedangkan bagian kedua,
inilah yang akan kita bahas kali ini. Allag Swt mengajak mahluk-Nya dalam
banyak ayat untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi, serta isinya.Allah Swt
menjelaskan, bahwa Dia menundukan langit dan bumi itu untuk kepentingan
manusia. Allah Swt mengingatkan orang-orang yang memiliki akal untuk
menggunakanya, dengan memikirkan apa-apa yang ada di langit dan di
bumi,kemudian mengeksplorasi kekayaan yang ada di dalamnya. Jika kita
memikirkan apa yang ada didalam keduanya, melihat fenomena dan keteraturan yang
ada padanya, untuk apa ini semua diciptakan dan manfaat apa yang terkandung
didalamnya, niscaya kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari
semua ini. Yaitu, pertama kita dapat melihat bukti nyata kesempurnaan dan
keagungan yang dimiliki oleh Allah Swt. Sedangkan yang kedua, kita vdapat
memikirkan fenomena-fenomena alam kemudian menggali manfaat yang ada
didalamnya. Allah Swt telah menundukan alam semesta kepada manusia , lalu
menyerahkan seluruhnya kepada manusia agar manusia dapat menggali manfaat yang
amat sangat besar di dalamya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Semua ini Allah Swt beritqahukan
kepada manusia, agar mereka semua bisa mengambil menfaat dan dapat mengingat
pencipta di balik semua penciptaan ini.Allah Swt memaparkan jalan yang penuh
petunjuk agar manusia mengikutinya, dan juga menggambarkan jalan kesesatan agar
mereka semua dapat menghindar darinya.
2.2.Al-Qur’an Sebagai Pembeda
Allah Swt juga menyifati al-Qur’an sebagai Furqaan (pembeda)
sebagaimana firmanya :
“…Maha suci Allah yang telah
menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur’an) kepada hamba-hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam…” (QS. Al-Furqaan:1)
Artinya al-Qur’an membedakan antara yang hak dengan yang batil, antara yang
lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dengan yang berbahaya. Dia menyuruh kita
untuk berbuat kebaikan dan melarang kita untuk berbuat yang buruk dan dia
memperlihatkan segala apa yang kita butuhkan untuk urusan di dunia maupun di
akhirat kekal, maka dia adalah Furqaan dalam arti membedakan antara yang hak
dengan yang batil.
Al-Qur’an juga menetapkan hak-hak
manusia, al-Qur’an menegaskan kemulian manusia atau yang didengungkan oleh
manusia pada era kontemporer ini sebagai hak-hak asasi manusia (HAM) semenjak
empat belas abad lalu.Sementara orang yang jahil menyangkanya sebagai pencapaian
zaman modern.
Hak-hak manusia yang dijamin oleh
Al-qur’an itu dapat kita lihat pada beberapa firman Allah berikut ini
1.
Hak
berfikir, meneliti, dan mengkaji dengan bebas.
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi...”(Yunus: 101)
2.
Hak
menentukan keyakinan.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (islam)...”(al-Baqarah:
256)
3.
Hak
berekspresi, memberi perintah, dan mengeluarkan larangan.
“Dan orang-orang yang beriman,
laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
mungkar...” (at-Taubah:
71)
4.
Persamaan
dengan manusia lainnya yang berbeda ras, warna kulit, dan keturunan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
ciptakan kamu dari seorang laki-laki san seorang rezeki yang baik dari
Allahperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwadi antara kamu..”(al-Hujurat: 13)
5. Hak untuk menikmati rezeki yang baik
dari Allah SWT.
“Katakanlah, siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang
baik...?” (al-A’raf:
32)
6. Hak untuk menikah dan membina rumah
tangga.
“Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepada-Nya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(ar-Rum: 21)
7. Hak untuk melahirkan keturunan.
“Allah menjadikan kamu istri-istri
dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu,
anak-anak dan cucu-cucu...”(an-Nahl:
72)
8. Hak untuk hidup.
Islam memberikan hak kepada manusia untuk hidup.Itulah
sebabnya Al-qur’an sangat mempersalahkan orang-orang jahiliyah yang mengubur
hidup-hidup anak perempuan mereka, dan membunuh anak-anak mereka karena takut
kelaparan.Al-qur’am menilai hal itu sebagai kesalahan dan dosa yang amat besar.
Allah SWT berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada
merekn dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.”(al-Isra:
31)
9. Hak untuk hidup selama tidak
melakukan kejahatan.
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu sebab yang benar.”(al-An’am: 51 dan al-Isra: 33)
10. Hak untuk bekerja dan bepergian.
“Dialah yang menjadikan bumi ini
mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian
dari rezeki-Nya.” (al-Mulk:
15)
2.3.Al-Qur’an Sebagai Obat Penawar
Allah Swt juga menyebutkan al-Qur’an
sebagai Syifa’ (obat penawar) Allah Swt berfirman artinya :“…Hai manusia
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman….” (QS. Yunus :57)
Dia obat bagi penyakit mereka yang
bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang bersifat maknawi (yang
menimpa hati). Merupakan obat yang menimpa badan, dengan cara membacakanya
untul orang yang sakit atu terkena ain (hinotis), kesurupan jin dan semisalnya.
Dengan seizing Allah Swt orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan
tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila
keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakanya dengan yang
dibacakan untuknya maka Allah Swt memberikan kesembuhan bagi yang si sakit.
Al-Qur’an juga merupakan obat bagi
penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak), syubhat (keracunan), kufur
dan nafik.Penyakit ini lebih berbahaya dari penyakit-penyakit badan.Penyakit
hati lebih berbahaya dari penyakit badan karna penyakit badan ujung
penghabiskanya adalah mati sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin
dapat di tolak. Penyakit hati apabila dibiarkan terus-menerus maka akan
menyebabkan matinya hati, rusak secara total sehingga hati condong kepada keburukan,
fasik dan tidak ada obat baginya keciali al-Qur’an yang telah diturunkan oleh
Allah Swt sebagai obat penawar.
2.4.Membersihkan Jiwa Manusia
Diantara tujuan di turunkannya
Alqur’an adalah membersihkan jiwa manusia.Jiwa mempunyai fitrah untuk menjadi
kotor apabila manusia melakukan kejahatan. Namun, jiwa juga siap membawa
manusianya untuk bertaqwa dengan cara ia senantiasa di bersihkan dan
di sucikan. Manusia dengan akal dan kemauannya harus memilih jalan bagi jiwanya
ke jalan yang bersih atau kejalan yang kotor.
Tazkiah ‘pembersihan’ bersal dari
kata zaka-yazku-zakatan.Ia adalah kata yang mengandung dua makna
atau dua unsur, yaitu pemebrsihan dan pertumbuhan.
Oleh karena itu, tugas Nabi saw.
Terhadap bangsa arab ada dua. Pertama, membersihkan akal mereka dari
kemusyrikan dan kebatilan, membersihkan hati mereka dari kekerasan jahiliah,
membersihkan keinginan mereka dari syahwat binatang, dan membersihkan mereka
dari perbuatan-perbuatan kotor.
Kedua, mengembangkan akal mereka
dengan ilmu pengtahuan dan hati mereka dengan keimanan sehingga kehendak hati
mereka menngarah pada amal sholeh, kebaikan , dan akhlak mulia.
Inilah yang dilakukan oleh nabi saw.
Beliau mengajarkan bengsa arab Al-qur’an dan hikmah, membersihkan jiwa sehingga
mereka dapat menghancurkan dari dalam diri mereka pemikiran-pemikiran paganisme
dan penyelewengan jahiliah, dan membangun keutamaan keimanan.
Sehingga mereka benar-benar menjadi umat yang terbaik
“kamu adalah umat yang terbaik yang di
lahirkan untuk manusia...”. (Ali
Imron:110) Pembersihan jiwa hanya dapat terlaksana berkat anugrah
dari Allah SWT dan taufik-Nya. Seperti firman Allah SWT
“... Sekiranya tidaklah karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih
(dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya...” (an-Nur:21)
Hal yang tidak dapat diragukan
adalah bahwa kebaikan umat dan bangsanya ditentukan oleh kebaikan
individu-individunya.Dan, kebaikan individu-individu itu ditentukan oleh
kebaikan jiwanya. Dengan kata lain, dengan memebrsihkan jiwa maka jiwa mereka
akan berubah dari nafsu ammarah bissuu ‘jiwa yang
memerintahkan untuk berbuat jahat’ kepada an nafsul lawwamah‘ jiwa
yang mendorong untuk dan mencela dari keburukan ‘, dan kemudian menjadi an
nafsul muthmainnah ‘jiwa yang tenang’.
2.5.Meluruskan Aqidah dan Kepercayaan
Al-qur’an mengatakan bahwa
kemusyrikan merupakan dosa yang paling besar yang dilakukan oleh manusia karena
dalam kemusyrikan itu terkansung penzhaliman terhadap hakikat, pemalsuan fakta,
dan menurunkan manusia dari tingkat penguasa dunia-seperti dikehendaki Allah
SWT-ketingkat perbudakan dan ketundukan kepada makhluk biasa; baik makhluk itu
benda mati, pepohonan, hewan, manusia, atau yang lainnya. Oleh karena itu Allah
SWT berfirman,.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengamouni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya...”(an-Nisa : 48)
Karena kemusyrikan adalah sarang
kebatilan dan khufarat, maka Al-qur’an mengajak untuk menyembah Allah SWT
semata, dan mendeklarasikannya sebagai prinsip utama bersama risalah para nabi
seluruhnya.Seluruh nabi mengajak kaumnya untuk menyembah Allah.
Dakwah tauhid adalah pokok kebebasan
yang sebenarnya karena orang yang menyakralkan dan menyucikan manusia atau
menyembah batu, sama sekali tidak mempunyai kebebasan.
Ia adalah pokok persaudaraan dan
persamaan karena ia berdiri di atas keyakinan bahwa manusia seluruhnya adalah
hamba Allah SWT, dan mereka adalah anak-anak dari bapak dan ibu yang satu.
Mereka bersaudara satu sama lain, dan satu orang tidak menjadi tuhan bagi yang
lainnya.
Al-qur’an dari awal hingga akhir
adalah ajakan kepada tauhid, mengingkari kemusyrikan, menjelaskan balasan yang
baik bagi orang yang bertauhid di dunia dan di akhirat, dan alasan yang buruk
bagi orang-orang yang musyrik di dunia dan di akhirat.
2.
Meluruskan
Akidah tentang Kenabian dan Risalah
1.
Menjelaskan kebutuhan
manusia kepada kenabian dan risalah kenabian.
2.
Menjelaskan
tugas para rosul dalam memberikan kabar gembira dan ancaman Tuhan
“(mereka kami utus) selaku
rosul-rosul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan...”(an-nisa’:165)Dan para Rosul
bukanlah tuhan-tuhan atau anak-anak tuhan namun mereka hanyalah
meanusia-manusia yang di berikan wahyu.
Para
nabi dapat mengajak manusia untuk tidak manyekutukan Allah SWT, namun mereka
mempunyai wewenang untuk memberikan hidayah kedalam hati manusia serta tidak
pula dapat menguasai hati mereka.
“maka berilah peringatan karena
sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi eringatan. Kamu bukanlah otrang
yang berkuasa atas mereka”.(al
ghasiyah:21-22)
3.
Menjawab
tuduhan-tuduhan yang dilontarkan manusia dari dahulu tentang keberadaan rosul,
seperti ucapan mereka,
“...kamu tidak lain hanyalah manusia
seperti kami juga..”(Ibrahim:10)
3.
Al-qur’an
menjawab tuduhan-tuduhan mereka itu denganfirman Allah.[6]
“Rasul-rasul mereka berkata kepada
mereka,”kami tadak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah
memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya...” (Ibrahim:11)Menjelaskan
balasan-balasan orang-orang yang membenarkan para rosul dan akibat yang
dirasakan oleh orang-orang yang mendustakan mereka.Banyak sekalimkisah para
rosul bersama umat mereka, yang selalu berakhir dengan kebinasaan orang-orang
mendustakan mereka da keselamatan bagi kalangan yang beriman
“Kemudian Kami selamatkan
rosul-rosul Kami dan oarang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban
atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (Yunus:103)
4.
Menguatkan
Akidah Keimanan tentang Akhirat dan Balasan Amal Perbuatan.
Perbuatan yang diberikan perhatian
Al-qur’an dan diulang-ulang dalam surat-surat Makiyah dan Madaniyah adalah
keimanan terhadap akhirat dan balasan yang akan didapatkan terhadap amal
perbuatan manusia, perhitungan amal perbuatan itu, serta surga dan neraka.
Dalam menetapkan akidah ini dan
pelurusannya, Al-qur’an menggunakan berbagai cara.[7]
1.
Memberikan
dalil-dalil tentang kebangkitan manusia dengan menjelaskan kekuasaan Allah SWT
untuk mengembalikan penciptaan makhluk sebagaimana pertama kali dicptakan.
“Dan Dialah yang menciptakan
(manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan
menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya...(ar-Rum:27)
2.
Mengingatkan
tentang penciptaan benda-benda besar yang jika dibandingkan penciptaan semua
itu dengan penciptaan manusia , maka penciptaan manusia adalah hal yang sangat
mudah dan sederhana.
3.
Menjelaskan
hikmah Allah SWT dalam memberikan balasan terhadap amal perbuatan manusia,
sehingga orang yang berbuat baik (shaleh) pada akhirnya tidak sama nasibnya
dengan orang yang berbuat jahat. Jika tidak ada balasan itu, maka
kehidupan ini menjadi sia-sia dan tak berharga .Allah SWT tidak menciptakan
dunia ini untuk kesia-siaan.
“Maka apakah kamu mengira bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?”(al-Mu’minun: 115)
“Apakah manusia mengira bahwa ia
akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”(al-Qiyamah:36)
4.
Menjelaskan
balasan baik dan keridhaan yang menunggu kaum mukminin di akhirat kelak nanti,
serta kerugian dan siksa yang menanti orang-orang yang kafir. Oleh karena itu,
Al-qur’an banyak berbicara tentang hari kiamat dan kepedihannya, tentang
catatan amal perbuatan yang tidak sedikitpun meninggalkan catatan atas
perbuatan manusia, yang besar maupun yang kecil, tentang neraca penimbang
kebaikan dan keburukan manusia, sehingga tidak ada yang tercecer sedikit pun
dari amal manusia, walaupun sebesar atom. Al-qur’an juga membicarakan tentang
penghitungan yang amat teliti yang tidak menzhalimi siapapun sehingga satu
orang tidak menanggung dosa orang lain. Membicarakan tentang surga dan apa yang
disediakan didalamnya, dari berbagai kenikmatan materi dan ruhani, juga tentang
neraka dan isinya dari bermacam azab yang pedih, baik indrawi maupun maknawi.
Sebab manusia di akhirat nanti adalah juga manusia ynag pernah hidup di dunia.Oleh
karena itu, balasan dan siksaan harus mencakup kedua hal itu, indrawi dan
maknawi.
Membatalkan khayalan yang dihasilkan kemusyrikan dan
orang-orang musyrik; bahwa tuhan-tuhan mereka itu akan memberikan bantuan
kepada mereka di hadapan Allah SWT pada hari kiamat nanti. Demikian juga yang
dipercayai oleh kalangan Ahli Kitab terhadap bantuan orang-orang
suci mereka dan lainnya. Ini semua ditolak oleh Al-qur’an dan dibatalkannya
dengan amat keras.Tidak ada syafaat kecuali dengan izin Allah SWT, dan syafaat itu
hanya diberikan kepada individu mukminyang bertauhid.Manusia hanya diberikan
manfaat oleh amal perbuatannya.Ia juga tidak menanggung dosa orang lain,
seperti firman Allah:
“Orang-orang yang zalim tidajk mempunyai teman
setia seorang pun dan tidak (pula) mempunya pemberi syafaat yang diterima
syafaatnya.”(al-Mu’min:
18)
“Tiada yang dapat memberi syafaat
disisi Allah tanpa izin-Nya...”(al-Baqoroh: 255)
2.6.Al-Quran Sebagai Sumber Dari Segala
Sumber Hokum Islam
Al-Quran juga berfungsi sebagai
sumber segala macam aturan tentang hokum, social, ekonomi, kebudayaan,
pendidikan, moral dan sebagainya yang harus dijadikan way of life bagi
semua umat manusia untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Sebagai hakim
yang diberi wewenang oleh tuhan memberikan keputusan terakhir mengenai beberapa
masalah yang diperselisihkan dikalangan pemimpin-pemimpin agama dari
berrmacam-macam agama dan sekaligus sebagai korektor yang mengoreksi
kepercayaan-kepercayaan/pandangan-pandangan yang salah di kalangan umat
beragama, termasuk kepercayaan-kepercayaan yang salah yang terdapat di dalam
kitab lain yang dipandang suci oleh pemeluknya.
Ajaran-ajaran atau anggapan-anggapan
dari agama lain yang salah kemudia di koreksi al-Qur’an antara lain sebagai
berikut :
1. Ajaran trinitas dalam Byble
2. Kepercayaan bangsa Arab pada masa
pra-Islam yang mempunyai anggapan bahwa Tuhan memiliki anak-anak perempuan
yaitu para malaikat (surat al-Najm: 27)
3. Sejumlah Nabi-Nabi dan Rasul yang
terhormat dan merupakan manusia pilihan Allah Swt yang di jadika sauri tauladan
bagi umatnya, di ungkapkan dalam Byble sebagai orang-orang yang melakukan
perbuatan hina dan tercela. Misalnya Nabi Ibrahim digambarkan sebagai orang
yang pendusta atau pembohong.Nabi Luth diungkapkan sebagai orang yang pernah
berbuat sexs dengan putri-putrinya.Nabi daud diceritakan sebagai orang yang
bermain serong dengan istri Uria. Nabi Sulaiman digambarkan sebagai orang yang
pernah menyembah berhala ubtuk menyenangkan isteri-isterinya
Menurut pandangan Islam, bahwa Nabi
dan Rasul adalah ma’sum, artinya mereka pasti terhindar dan terprlihara dari
perbuatan-perbuatan yang hina dan tercela, seperti berdusta, berzina, dan
menyembah berhala.
Al-Qur’an juga sebagai pengukuh dan
penguat yang mengukuhkan dan menguatkan kebenaran adanya kitab-kitab suci yang
pernah diturunkan sebelum al-Qur’an dan kebenaran adanya Nabi dan Rasul sebelum
Nabi Muhammad Saw.Hanya saja ajaran-ajaran dari para Nabi sebelum nabi Muhammad
Saw beserta kitab-kitab sucinya sudah tidak orisinil lagi, sebab tidak sedikit
yang telah diubah oleh pemimpin mereka.[8]
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Jadi
fungsi al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan adalah sebagai berikut :
1.
Al-Qur’an
berfungsi sebagai petunjuk
2.
Al-Qur’an
berfungsi sebagai pembeda antara yang hak dengan yang batil
3.
Al-Qur’an
berfungsi sebagai obat penawar bagi manusia (as-Syifa’)
4.
Al-Qur’an
berfungsi membersihkan jiwa manusia
5.
Al-Qur’an
berfungsi untuk meluruskan aqidah dan kepercayaan
6.
Al-Qur’an
berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hokum Islam
3.2.Saran
Penulisan makalah ini tentulah
banyak sekali kekurangannya, sehingga diharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah Study Qur’an maupun dari
rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Al-Qaradhawi
yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press.
Ø Syaikh
Abdurrahman As-Sa’id, Bacalah Al-Qur’an Seolah-Olah Ia Diturunkan Kepadamu,
Hikmah Production
Ø Drs.
Masjfuk zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, PT Bina Ilmu
[1] Yusuf Al-Qardhawi,
Berinteraksi dengan Al-Qur’an, hal.8
[2] Syaikh Abdurrahman
As-Sa’id, Bacalah Al-Qur’an Seolah-Olah Ia Diturunkan Kepadamu, hal 10-11
[3] Yusuf Al-Qardhawi,
Berinteraksi dengan Al-Qur’an, hal. 118-124
[4] Yusuf Al-Qardhawi,
Berinteraksi dengan Al-Qur’an, hal.109-111
[5] Yusuf Al-Qardhawi,
Berinteraksi dengan Al-Qur’an, hal.111-113
[7] Yusuf Al-Qardhawi,
Berinteraksi dengan Al-Qur’an, hal.113-115
[8] Drs. Masjfuk Zuhdi,
Pengantar Ulumul Qur’an, hal 22-23
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala
rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah
SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”URGENSI TURUNNYA
AL-QUR’AN BAGI MANUSIA DAN KEMANUSIAAN”.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih
yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan
semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan
tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini
tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
1.2.
Rumusan
Masalah
1.3.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Al-Qur’an Sebagai Petunjuk
2.2.Al-Qur’an Sebagai Pembeda
2.3.Al-Qur’an Sebagai Obat Penawar
2.4.Membersihkan Jiwa Manusia
2.5.Meluruskan Aqidah dan Kepercayaan
2.6.Al-Quran Sebagai Sumber Dari Segala
Sumber Hokum Islam
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar