BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima
dasawarsa terakhir ini. Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau
kendaraan pembawa sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaannya, alat
dan analisis data, dan jumlah pengguna serta bidang penggunaannya.
Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan
sumber daya telah dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat
ini telah beredar banyak jenis satelit sumber daya. Mulai dari negara maju
seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Rusia, hingga negara-negara
besar namun dengan pendapatan per kapita yang rendah seperti India dan Republik
Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya yang diluncurkan itu menawarkan
kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter (QuickBirth milik
Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga milik Amerika
Serikat). Berbagai negara di Eropa, Amerika Utara, Amerika
Latin, Asia dan bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan
satelit itu untuk pembangunan.
B.
Rumusan
Masalah
1)
Apa
yang dimaksud dengan penginderaan jauh ?
2)
Apa
manfaat penginderaan jauh ?
3)
Bagaimana
penginderaan jauh dapat dilakukan ?
4)
Mengapa
penginderaan jauh sangat berperan penting dalam berbagai hal ?
5)
Apa
saja komponen penginderaan jauh ?
6)
Bagaimana
cara menginterpretasi citra ?
C.
Tujuan
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah penginderaan jauh, juga diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai penginderaan jauh dan interpretasi citra serta manfaatnya yang
diperlukan dalam berbagai bidang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data
yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek,
daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979). Sedang menurut
Lindgren, Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk
perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus
berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari
permukaan bumi.
Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi
tentang obyek atau gejala di permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui
kontak langsung. Karena tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya obyek
atau gejala tersebut dapat diamati dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini
berupa citra (image atau gambar). Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek
(biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik,
elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia digunakan bila
radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek
tidak langsung direkam pada film. Citra dihasilkan dari sensor yang dipasang
pada wahana.
B.
Manfaat
Penginderaan Jauh
Manfaat Penginderaan Jauh Secara
Umum
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk
mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Penginderaan jauh makin
banyak dimanfaatkan karena berbagai macam alasan sebagai berikut :
·
Citra
dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui
daratan, contohnya hutan, rawa dan pegunungan.
·
Citra
menggambarkan obyek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip dengan
sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas dan sifat
gambar yang permanen
·
Citra
tertentu dapat memberikan gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan
stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan karena menyajikan
model obyek yang jelas, relief lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda
tinggi, pengukuran lereng dan pengukuran volume.
·
Citra
dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan
pengenalan obyeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah
tanah
·
Citra
sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Adapun manfaat penginderaan jauh
dibidang geologi adalah
a.
Melakukan
pemetaan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan
menggunakan aplikasi GIS.
b.
Menentukan
struktur geologi dan macam batuan.
c.
Melakukan
pemantauan daerah bencana (kebakaran), pemantauan aktivitas gunung berapi,
aktivitas tektonik dan pemantauan persebaran debu vulkanik.
d.
Melakukan
pemantauan distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi, macam, kepadatan,
dan perusakan), bahan tambang
C.
Komponen
Penginderaan Jauh
1. Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan
data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa data tentang
obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 cara dengan
variasi sebagai berikut:
a.
Distribusi
daya (force). Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya
tarik bumi.
b.
Distribusi
gelombang bunyi. Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang
suara dalam air.
c.
Distribusi
gelombang electromagnetik. Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang
berkaitan dengan pantulan sinar.
Dalam
penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber
utama tenaga elektromagnetik alami yang digunakan pada teknik pengambilan data
obyek dalam penginderaan jauh. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga
alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif. Sedangkan sumber tenaga buatan
digunakan dalam penginderaan jauh sistem aktif.
Tenaga ini
mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Ia juga
dapat berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor. Jumlah tenaga
matahari yang mencapaui bumi (radiasi) dipengaruhi oleh waktu (jam, musim),
lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih
banyak bila dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan
matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim.
2. Atmosfer
Atmosfer bersifat
selektif terhadap panjang gelombang, sehingga hanya sebagian kecil saja tenaga
elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk
penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer
dan dapat mencapai permukaan bumi disebut “jendela atmosfer”. Jendela atmosfer
yang paling dulu dikenal orang dan paling banyak digunakan dalam penginderaan
jauh hingga sekarang ialah spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 µm
hingga 0,7 µm.
Panjang
gelombang “Special Band” spektrum elektromagnetik dan saluran yang digunakan
dalam penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978).
Tenaga
elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat mencapai permukaan bumi
secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami hambatan oleh atmosfer.
Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti
debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan,
pantulan dan hamburan.
3. Interaksi Tenaga dengan Objek
Tenaga
dalam penginderaan jauh merupakan tenaga penghubung yang membawa data tentang
objek ke sensor dapat berupa bunyi, daya magnetik, gay berat, dan tenaga
elektromagnetik.
4. Sensor atau Alat Pengindera
Sensor
adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu obyek
dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri
terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar
terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh
sensor semakin baik kualitas sensor itu dan semakin baik resolusi spasial dari
citra.
Jenis sensor dan sifatnya
Berdasarkan
proses perekamannya, sensor dibedakan:
a. Sensor Fotografi
Proses
perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan
direkam pada emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto. Kalau
pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, fotonya disebut
foto udara. Tapi bila pemotretan dilakukan dari antariksa, fotonya disebut foto
orbital atau foto satelit.
b. Sensor Elektrik
Sensor ini
menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan
perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya. Sinyal elektrik yang
direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses menjadi data visual maupun
menjadi data digital yang siap dikomputerkan. Pemerosesannya menjadi citra
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
1) dengan memotret data yang direkam
dengan pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada layar monitor.
2) dengan menggunakan film perekam
khusus. Hasilnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamnya, tapi film di
sini hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, maka hasilnya disebut citra
penginderaan jauh.
5. Pengolahan Data
Pengolahan
data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi secara
visual, dan dapat pula dengan cara numerik atau cara digital yaitu dengan
menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual, sedangkan
data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasi secara
manual maupun secara numerik.
6. Pengguna Data
Penggunaan
data (orang, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam
penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat menentukan diterima atau
tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup
wilayah, sumber daya alam suatu negara yang merupakan data sangat penting untuk
kepentingan orang banyak, maka data ini penting dijaga penggunaannya.
data sangat penting untuk kepentingan orang banyak, maka data ini penting
dijaga penggunaannya.
D.
Sistem
Penginderaan Jauh
Sensor penginderaan jauh mendapatkan informasi tentang obyek
dari jarak jauh. Informasi yang didapatkan ini berasal dari sejumlah energi
yang datang dari obyek dan diterima oleh sensor. Energi terrekam oleh sensor
satelit dengan nilai yang bervariasi antar satu obyek dengan obyek lainnya
ataupun pada sebuah obyek namun dengan kondisi yang berbeda.
Energi merupakan unsur yang sangat penting sebagai
penghantar informasi dalam penginderaan jauh. Tanpa adanya energi ini maka
informasi tidak akan dapat diperoleh oleh sensor satelit. Dengan demikian
keberadaan energi yang masuk ke sensor adalah hal pokok dari perolehan
informasi tentang obyek di muka bumi. Dengan mendasarkan pada bentuk energi
ini, penginderaan jauh dapat dibedakan menjadu dua bentuk yaitu penginderaan
jauh system pasif dan penginderaan jauh system aktif.
Penginderaan jauh sistem pasif adalah penginderaan jauh yang
menggunakan energi yang berasal dari obyek. Energi dapat berupa pantulan dari
sumber lain, yang dalam hal ini umumnya adalah matahari. Energi bersumber dari
matahari. Energi dari matahari dipancarkan ke obyek dan kemudian terpantulkan
menuju sensor. Energi dapat pula berasal dari pancaran suatu obyek seperti
sumber-sumber thermal, misal lokasi kebakaran hutan, sumber panas bumi, dan
lain-lain. Sensor satelit sistem ini tidak membangkitkan energi sendiri.
Berbagai satelit sumber daya seperti Landsat, QuickBird, Ikonos, dan lain-lain
adalah termasuk pada system penginderaan jauh pasif ini. Kelemahan penginderaan
jauh sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang
gelombangnya semakin besar.
Penginderaan jauh system aktif adalah penginderaan jauh yang
menggunakan energi yang berasal dari sensor tersebut. Sensor membangkitkan
energi yang diarahkan ke obyek, kemudian obyek memantulkan kembali ke sensor.
Energi yang kembali ke sensor membawa informasi tentang obyek tadi. Serangkaian
nilai energi yang tertangkap sensor ini disimpan sebagai basis data dan
selanjutnya dianalisis. Penginderaan jauh aktif dapat dilakukan pada siang
ataupun malam hari. Sistem penginderaan jauh aktif tidak tergantung pada adanya
sinar matahari, karena energi bersumber dari sensor. Contoh dari system
penginderaan jauh aktif ini adalah system kerja radar. Radar membangkitkan
energi yang diarahkan ke obyek. Energi yang sampai pada obyek sebagian
terpantul dan kembali ke sensor. Sensor radar kembali menangkap energi
tersebut, energi yang telah melakukan perjalanan menuju obyek. Pada umumnya
sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga menggunakan spektrum
tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif
dan sistem aktif untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer.
Atmosfer mempengaruhi tenaga elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap
panjang gelombang, karena itu timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian
spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Adapun jendela atmosfer yang
sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah spektrum tampak yang memiliki
panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer. Spektrum
elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya sebagian kecil saja
yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya atmosfer disebut
bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena sebagian gelombang
elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh butirbutir yang ada di
atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam
bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan
seperti peta tematik, data statistik dan data lapangan. Hasil nalisa yang
diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi
lokasi dan kondisi sumberdaya lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna
dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam
mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan proses mulai dari pengambilan data,
analisis data hingga penggunaan data tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh
(Purwadhi, 2001)
E.
Hasil
Penginderaan Jauh
Dalam penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil
observasi yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang
tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman
suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang
berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut. Menurut Simonett (1983):
bahwa citra sebagai gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa suatu
gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik
mekanik atau elektronik. Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang
berarti citra dalam bahasa Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi
istilah imagery dirasa lebih tepat penggunaannya (Susanto, 1986). Agar dapat
dimanfaatkan maka citra tersebut harus diinterpretasikan atau diterjemahkan/
ditafsirkan terlebih dahulu.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara
dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti
pentingnya objek tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Singkatnya interpretasi
citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk
digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi,
Geodesi dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu:
·
Deteksi
ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.
·
Identifikasi
ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
·
Analisis
ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.
Hasil proses rekaman data penginderaan
jauh tersebut berupa:
·
Data
digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.
·
Data
visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk dianalisis
dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data
non citra berupa garis atau grafik.
Citra dapat dibedakan atas citra
foto (photographic image) atau foto udara dan non citra
1.
Citra
Foto
Citra foto
adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto
dapat dibedakan berdasarkan:
a.
Spektrum
Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1.
Foto
ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet
dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2.
Foto
ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
3.
Foto
pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.
4.
Foto
infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat
dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9
mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat)
dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.
b.
Sumbu
kamera
Foto udara
dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
1. Foto vertikal atau foto tegak (orto
photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap
permukaan bumi.
2. Foto condong atau foto miring
(oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut
terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10
derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya masih berkisar antara 1
- 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal.
Foto condong masih dibedakan lagi
menjadi:
a. Foto agak condong (low oblique
photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.
b. Foto sangat condong (high oblique
photograph), yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya.
c.
Warna
yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan,
citra foto dapat dibedakan atas:
1.
Foto
berwarna semua (false colour).
Warna
citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohonpohon yang
berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak
berwarna merah.
2.
Foto
berwarna asli (true colour).
Contoh:
foto pankromatik berwarna.
d.
Wahana
yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan,
ada 2 (dua) jenis citra, yakni:
1) Foto udara, dibuat dari pesawat
udara atau balon
2) Foto satelit/orbital, dibuat dari
satelit
2.
Citra
Non Foto
Citra non
foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera Citra non foto
dibedakan atas:
a.
Spektrum
elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra non foto
dibedakan atas:
1.
Citra
infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah
thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan
daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2.
Citra
radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistim aktif
yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan
dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
b.
Sensor
yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan,
citra non foto terdiri dari:
1)
Citra
tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
2)
Citra
multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit, yang terdiri dari:
·
Citra
RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam
bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.
·
Citra
MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak
maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
c.
Wahana
yang digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
1) Citra Dirgantara (Airborne Image),
yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara).
Contoh:
Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini
jarang digunakan.
2) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne
Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini
dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni:
a) Citra satelit untuk penginderaan
planet. Contoh: Citra satelit Viking (AS), Citra satelit Venera (Rusia).
b) Citra satelit untuk penginderaan
cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia).
c) Citra satelit untuk penginderaan
sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra
SPOT (Perancis).
d) Citra satelit untuk penginderaan
laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra MOS (Jepang).
Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2
proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian
atas fungsi objek.
a. Pengenalan objek melalui proses
deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau
tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di
sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi
benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara
langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara
atau satelit.
b. Identifikasi.
Ada 3
(tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam
oleh sensor yaitu sebagai berikut:
•
Spektoral
Ciri
spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
•
Spatial
Ciri
spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
•
Temporal
Ciri
temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
F.
Unsur
Interpretasi Citra
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam
foto udara, yaitu:
1.
Rona
dan Warna
Rona atau
tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada
foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada
biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada
keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu
pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya.
Pada foto
udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik
yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak,
spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan spektrum gelombang
tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan
objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan
rona pada foto udara berwarna.
2.
Bentuk
Bentuk-bentuk
atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka
suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat
dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. Contoh:
1) Gedung sekolah pada umumnya
berbentuk huruf I, L, U atau empat persegi panjang.
2) Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.
3.
Ukuran
Ukuran
merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.
Contoh:
Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang
tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m).
4.
Tekstur
Tekstur
adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang mengatakan bahwa
tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan
sedang Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak
bertekstur halus, Pabrik dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan
ukurannya yang besar, jauh lebih besar dari ukuran rumah mukim pada umumnya.
Pabrik itu berasosiasi dengan lori yang tampak pada foto dengan bentuk empat
persegi panjang dan ronanya kelabu, mengelompok dalam jumlah besar .
5.
Pola
Pola atau
susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan
manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran sungai menandai
struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Permukiman
transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya
seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi
mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur,
yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6.
Bayangan
Bayangan
bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun
demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh:
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong
asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Foto-foto
yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar
dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama
jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
7.
Situs
Situs
adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya permukiman
pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang
tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan
sebagainya.
8.
Asosiasi
Asosiasi
adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh:
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang).
9.
Konvergensi
Bukti
Konvergensi
bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya
menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu.
Contoh:
Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila
ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair
payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
BAB III
KESIMPULAN
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data
yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek,
daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979).
Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa
gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik
mekanik, atau elektronik dan dipasang pada wahana.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk
mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan
Komponen Penginderaan Jauh yaitu : sumber tenaga, atmosfer,
interaksi tenaga dengan objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan
data, dan dan berbagai penggunaan data.
penginderaan jauh dapat dibedakan menjadu dua bentuk yaitu
penginderaan jauh system pasif yang menggunakan energi yang berasal dari obyek.
Energi dapat berupa pantulan dari sumber lain, yang dalam hal ini umumnya
adalah matahari dan penginderaan jauh system aktif yang menggunakan energi yang
berasal dari sensor tersebut.
interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang
berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti
Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam
menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
·
Deteksi
ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.
·
Identifikasi
ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
·
Analisis
ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.
Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk
mengenali objek disebut unsur interpretasi citra yang meliputi : rona/ warna,
ukuran, bentuk, pola, tekstur, bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi
bukti.
DAFTAR
PUSTAKA
http://zuamahilma.blogspot.co.id/2011/06/makalah-penginderaan-jauh.html
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala
rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah
SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya
yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih
yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan
semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan
tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini
tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
MAKALAH
HAKIKAT
PENGINDERAAN JAUH
O
L
E
H
NAMA KELOMPOK
IV
Ø YUNITA SEPTIANA
Ø NELI HANDAYANI
Ø NUZUL WANDI
Ø SODIKIN
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penginderaan Jauh
B. Manfaat Penginderaan Jauh
C. Komponen Penginderaan Jauh
D. Sistem Penginderaan Jauh
E. Hasil Penginderaan Jauh
F. Unsur Interpretasi Citra
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
bagoes
BalasHapusNice
BalasHapusthanks
BalasHapus