BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belasan ribu pulau tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
baik yang berukuran besar maupun kecil. Jumlah pulau di wilayah Indonesia
seluruhnya mencapai 13.466 pulau. Luas wilayahnya mencapai 5.180.053 km2,
terdiri dari daratan seluas 1.922.570 km2 dan lautan seluas 3.257.483 km2. Ini
berarti wilayah lautannya tiga kali lebih luas daripada wilayah daratannya.
Jika kita perhatikan keadaan pulau-pulau di Indonesia,
tampak adanya berbagai macam bentuk muka bumi. Bentuk muka bumi pada umumnya,
dan Indonesia pada khususnya dapat dibedakan menjadi (1) dataran rendah, (2)
dataran tinggi, (3) bukit, (4) gunung, dan (5) pegunungan. peta fisiografi
Indonesia berikut ini memperlihatkan sebaran dari bentuk muka bumi di bumi
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Uraikan
bentuk muka bumi akibat vulkanisme !
2. Uraikan
bentuk muka bumi akibat seisme !
3. Uraikan
bentuk muka bumi akibat diatropisme !
C. Tujuan
1. Menguraikan
bentuk muka bumi akibat vulkanisme !
2. Menguraikan
bentuk muka bumi akibat seisme !
3. Menguraikan
bentuk muka bumi akibat diatropisme !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk Muka Bumi Akibat Vulkanisme
Gejala vulkanik terjadi karena penyusupan magma. Aktivitas
magma tersebut mampu mengubah bentuk muka Bumi menjadi berbagai bentuk,
sekaligus memengaruhi kehidupan manusia. Salah satu akibat kegiatan
vulkanik adalah gunung api, yang mempunyai bentuk kerucut. Pada sisi lerengnya
terdapat jurang-jurang yang merupakan jalan air atau lava menuju lembah.
Kebanyakan gunung di Indonesia berupa gunung api.
1. Aktivitas Magma
Gunung api terbentuk oleh proses
intrusi dan ekstrusi magma dari lapisan dalam kulit Bumi. Setelah sampai di
permukaan Bumi, magma pijar yang keluar kemudian membeku dan membentuk
timbunan. Magma keluar melalui proses letusan atau erupsi gunung api. Apabila
erupsi sering terjadi, magma akan membentuk lapis-lapis timbunan yang membuat
gunung api bertambah semakin tinggi.
1) Intrusi Magma
Magma dari dalam Bumi dapat mengalir menyusup di antara lapisan
batuan tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Setelah membeku, penyusupan magma
ini membentuk kenampakan sebagai berikut.
a) Batolit adalah batuan beku yang
terbentuk di dalam dapur magma.
b) Lakolit adalah batuan beku yang
terjadi pada dua lapisan litosfer dan bentuknya menyerupai lensa cembung.
c) Sills adalah sisipan magma yang
membeku pada dua lapisan litosfer berbentuk tipis dan lebar.
d) Diatrema adalah batuan hasil intrusi
magma yang memotong lapisan litosfer.
2) Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma terjadi bila magma keluar ke permukaan Bumi
akibat tekanan dari dalam Bumi. Aktivitas ini bisa menimbulkan letusan (erupsi)
pada gunung api. Dilihat dari bentuk lubang keluarnya magma, terdapat tiga
macam erupsi sebagai berikut.
a) Erupsi Linier atau Erupsi
Melalui Retakan Magma dari dapur magma mengalir menyusup
keluar melalui retakan memanjang pada kulit Bumi. Akibat erupsi ini terbentuk
deretan gunung api.
b) Erupsi Areal
Magma yang keluar dan meleleh pada permukaan Bumi dapat
terjadi karena letak dapur magma yang sangat dekat dengan permukaan Bumi.
Akibat erupsi ini terbentuk kawah gunung api yang sangat luas.
c) Erupsi Sentral
Erupsi sentral atau biasa kita kenal sebagai letusan gunung
api terjadi karena keluarnya magma melalui sebuah lubang di permukaan Bumi
hingga terbentuk gunung yang letaknya terpisah dengan gunung-gunung lainnya.
Proses
erupsi sentral dapat membentuk tiga macam bentuk gunung api, yaitu:
(1) Gunung Api Perisai (Tameng)
Gunung api ini terbentuk karena sifat magma yang keluar
sangat encer dengan tekanan yang rendah, hampir tanpa letusan. Lereng gunung
yang terbentuk menjadi sangat landai. Di Indonesia hampir tidak ada gunung yang
berbentuk perisai, sehingga magma mudah mengalir ke segala arah. Sebagian besar
gunung ini ada di Hawaii.
(2) Gunung Api Maar
Bentuk gunung api maar seperti danau kering. Jenis letusan
yang terjadi adalah jenis eksplosif sehingga membentuk lubang besar pada bagian
puncak (kawah). Letusan gunung api seperti ini terjadi karena ukuran dapur
magma kecil dan letaknya dangkal, sehingga letusan hanya terjadi satu kali
kemudian mati. Contoh Danau Klakah di Lamongan dan Danau Eifel di Prancis.
Bentuk-bentuk
gunung api hasil erupsi sentral
|
|
(3) Gunung Api Strato
Gunung api ini terbentuk akibat terjadinya erupsi eksplosif
dan erupsi efusif berselang-seling. Sebagian besar gunung api di alam ini
merupakan gunung api strato.
Contoh: Gunung api Merapi, Merbabu, Semeru, dan Kelud
di Indonesia, Gunung Fuji di Jepang, Gunung Vesuvius di Italia, serta Gunung
Santo Helens dan Rainier di Amerika Serikat.
Supaya kamu dapat mengetahui perbedaan dari ketiga bentuk
gunung api yang disebabkan erupsi sentral, amati gambar di samping ini.
Berdasarkan kekuatan letusan dan kandungan material yang
dikeluarkan, erupsi gunung api dibagi menjadi dua, yaitu:
Jenis
material yang dikeluarkan gunung api adalah:
a) Material Padat (Efflata)
Material
padat (efflata) terdiri atas:
(1) Bom (batu-batu besar).
(2) Terak (batu-batu yang tidak
beraturan dan lebih kecil dari bom).
(3) Lapili, berupa kerikil.
(4) Pasir
(5) Debu
(6) Batu apung
Menurut
asalnya, efflata dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) Efflata allogen, berasal dari
batu-batu di sekitar kawah yang terlempar ketika terjadi letusan.
(2) Efflata autogen (Pyroclastica),
berasal dari magma itu sendiri.
b) Material Cair
Bahan cair dari dapur magma akan mengalir keluar dari gunung
api jika magma cair dari dalam Bumi meleleh keluar dari lubang kawah tanpa
terhambat oleh sumbatan dan tidak terdapat sumbatan di puncaknya. Material cair
yang keluar ini terdiri atas:
(1) Lava, yaitu magma yang meleleh di
luar pada lereng gunung api.
(2) Lahar panas, yaitu campuran magma
dan air, sehingga merupakan lumpur panas yang mengalir.
(3) Lahar dingin, terbentuk dari efflata
porus atau bahan padat di puncak gunung menjadi lumpur ketika turun hujan lebat
dan mengalir pada lereng serta lembah. Contohnya, akibat letusan Gunung Merapi
tahun 2006 yang lalu telah menghasilkan sekitar 6 juta meter kubik timbunan
material yang akan membentuk aliran lahar dingin saat turun hujan.
c) Material Gas atau Ekshalasi
Material
gas atau ekshalasi terdiri atas:
(1) Solfatar, berbentuk gas belerang
(H2S).
(2) Fumarol, berbentuk uap air (H2O).
(3) Mofet, berbentuk gas asam arang
(CO2). Gas ini berbahaya bagi kehidupan karena bersifat racun. Selain itu, sifatnya
yang lebih berat dari oksigen menyebabkan gas ini lebih dekat dengan permukaan
tanah sehingga mudah dihirup oleh makhluk hidup. Contohnya, gas CO2 yang keluar
dari Gunung Dieng pada tahun 1979 telah membunuh 149 penduduk.
B.
Bentuk Bumi Akibat Seisme / Gempa
1. Penggolongan Gempa
Mengenali dan mengetahui berbagai
sifat bencana yang ditimbulkan merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali
dalam rangka mitigasi bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa,
sulit sekali dicegah dan ditentukan kapan dan di mana lokasinya, tetapi
pencegahan jatuhnya korban dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah
mengenali berbagai jenis gempa.
1) Berdasarkan kedalaman pusat gempa
atau hiposentrum:
a) Gempa dalam, jika hiposentrumnya
terletak 300–700 km di bawah permukaan Bumi.
b) Gempa intermidier, jika
hiposentrumnya terletak 100–300 km di bawah permukaan Bumi.
c) Gempa dangkal, jika hiposentrumnya
kurang dari 100 km di bawah permukaan Bumi.
2) Berdasarkan bentuk episentrumnya:
a) Gempa linier, jika episentrum berbentuk
garis. Contoh:
Gempa
tektonik karena patahan.
b) Gempa sentral, jika episentrumnya
berbentuk titik. Contoh: Gempa vulkanik dan gempa runtuhan.
3) Berdasarkan letak episentrumnya:
a) Gempa daratan, jika episentrumnya di
daratan.
b) Gempa laut, jika episentrumnya di
dasar laut.
4) Berdasarkan jarak episentrumnya:
a) Gempa setempat, jika jarak
episentrum dan tempat gempa terasa sejauh kurang dari 1.000 km.
b) Gempa jauh, jika jarak episentrumnya
dan tempat gempa terasa sekitar 10.000 km.
c) Gempa sangat jauh, jika jarak episentrum
dengan tempat terasa lebih dari 10.000 km.
2.
Gempa
di Indonesia
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber
gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia terbagi dalam enam daerah aktivitas:
1) Daerah Sangat Aktif
Wilayah sangat aktif memungkinkan terjadinya gempa dengan
kekuatan lebih dari 8 skala Richter. Meliputi wilayah Halmahera dan lepas
pantai utara Papua.
2) Daerah Aktif
Di wilayah ini kemungkinan gempa dengan kekuatan 8 sampai 7
skala Richter sering terjadi. Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, Kepulauan
Sunda, dan Sulawesi Barat.
3) Daerah Lipatan dengan atau Tanpa
Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter bisa
terjadi. Wilayah ini meliputi Sumatra, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Tengah.
4) Daerah Lipatan dengan atau Tanpa
Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter mungkin
terjadi. Wilayah ini meliputi pantai barat Sumatra, Jawa bagian utara, dan
Kalimantan bagian timur.
5) Daerah Gempa Kecil
Gempa dengan kekuatan kurang dari 5 skala Richter jarang
terjadi. Wilayah ini meliputi pantai timur Sumatra.
6) Daerah Stabil
Tidak ada catatan sejarah gempa di wilayah ini. Wilayah ini
meliputi Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian barat, serta pantai selatan
Papua.
3.
Dampak
Gempa
Seperti bahasan kita sebelumnya
bahwa gempa merupakan salah satu tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka
Bumi. Oleh karena itu, gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan Bumi.
Bentuk deformasi akan sangat tergantung pada arah dan kekuatan tenaga endogen
itu sendiri. Di permukaan Bumi dampak gempa juga dipengaruhi oleh kekuatan
gempa itu sendiri.
Kerusakan berat timbul dari gempa
berkekuatan tinggi. Banyak bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun
banyak berjatuhan. Memang benar gempa tidak hanya memberikan dampak bagi
lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Cobalah temukan
dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial.
Oleh karena dahsyatnya dampak yang
diakibatkan oleh gempa, maka kejadian gempa digolongkan sebagai salah satu
bencana yang harus diwaspadai karena dapat juga menyebabkan tsunami. Ya, gempa
menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tsunami. Akan tetapi, tidak semua
gempa menyebabkan tsunami.
Ada beberapa kondisi yang
menyebabkan tsunami, antara lain gempa berkekuatan besar seperti yang terjadi
di Aceh tahun 2004 (lebih besar 6 SR, pusat gempa berada di dasar laut dengan
pusat gempa yang dangkal, dan adanya dislokasi kerak Bumi bawah laut).
Gerakan vertikal pada kerak Bumi
dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang ada di atasnya. Pada akhirnya
menyebabkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai
akan menjadi gelombang besar yang disebut tsunami.
C.
Bentuk
Muka Bumi Akibat Gejala Diastropisme
1) Diastropisme adalah
proses pembentukan kembali kulit bumi melalui penampakan berupa patahan atau
lipatan. Penampakan tersebut dapat terjadi akibat pengangkatan dalam waktu lama
(epirogenesa) ataupun berlangsung agak cepat dan waktu yang relatif
singkat (orogenesa).
2) Patahan adalah
perubahan posisi batuan akibat bekerjanya gaya endogen pada batas lempeng.
Patahan bisa terbentuk saat terjadinya gerakan tektonik ataupun lama sesudah
itu.
Patahan
merupakan gejala yang sangat umum pada batuan, terutama pada batuan yang berlapis-lapis
seperti batuan sedimen. Bidang patahan merupakan tempat-tempat yang lemah pada
kerak bumi. Daerah patahan tidak hanya terdapat pada satu lokasi, tetapi dapat
meliputi daerah yang luas. Daerah patahan yang luas disebut zona patahan.
Patahan
yang terjadi di sepanjang kerak bumi yang mengalami pergerakan disebut sesar atau fault.
Sesar
umumnya disebabkan oleh tiga macam gaya yang meliputi tekanan (compression),
tegangan (tension), dan gesekan (shearing). Gaya-gaya penyebab
sesar seringkali ditemukan di wilayah batas lempeng.
Berdasarkan
penyebabnya, dikenal tiga macam sesar, yaitu sesar naik, sesar turun, dan sesar
mendatar.
Sesar
naik atau reverse
fault disebabkan oleh gaya tekanan (compression stress). Gaya
ini menyebabkan lempeng-lempeng pada kerak bumi saling bertumbukkan. Di daerah
yang mengalami sesar naik, biasanya ditandai oleh adanya sabuk pegunungan.
Sesar naik biasanya ditemukan disepanjang batas lempeng konvergen.
Sesar Turun atau
normal fault disebabkan oleh gaya tegangan (tensional stress). Gaya ini
mengakibatkan tertariknya kerak bumi kearah yang berlawanan. Didaerah yang
mengalami sesar turun, biasanya ditandai dengan adanya lembah dan lereng yang
curam atau punggung samudera. Sesar turun biasanya ditemukan di sepanjang batas
lempeng divergen. Sesar turun terkadang ditemukan berpasangan. Pada sesar turun
yang berpasangan, bagian lempeng yang berada antara dua sesar akan naik atau
turun disebut terban (graben). Adapun bagian yang tetap disebut sembul (horst).
Contoh sesar turun yang berpasangan terdapat di sesar Semangko (Sumatera),
Lembah Rhien (Eropa), dan lembah curam afrika timur (Afrika).
Sesar Mendatar atau strike-slip
fault disebabkan oleh adanya gaya gesekan (shear stress). Gaya
ini mengakibatkan lempeng-lempeng saling bergerak mendatar berlawanan arah.
Sesar mendatar ditandai dengan adanya perpindahan tempat (relative
displacement) secara horisontal. Sesar mendatar yang terkenal adalah sesar
San Andreas di Kalifornia, Amerika Serikat.
3) Lipatan adalah
bengkokan yang terjadi pada lapisan batuan. Lipatan terjadi pada lapisan
sedimen yang letaknya mendatar akibat tekanan-tekanan pada arah mendatar.
Lipatan
umumnya terbentuk dari dua unsur dasar yaitu Sinklin dan Antiklin
Sinklin merupakan
lipatan yang membentuk lembah (cekungan). Antiklin merupakan
lipatan yang membentuk busur.
Jenis
lipatan yang paling sederhana disebut monoklin, seperti yang terdapat di
sebelah selatan Utah (Amerika Serikat). Lipatan yang kompleks, umunya terdiri
atas gabungan beberapa sinklin dan antiklin.
Jenis-jenis
lipatan dibedakan berdasarkan posisi unsur-unsur pembentukan lipatan (sinklin,
antiklin, dan bidang simetri), secara umum dikenal lima jenis lipatan, yaitu
lipatan tegak, lipatan miring, lipatan rebah sesar sungkup, lipatan rebah, dan
lipatan isoklin. Posisi sebuah lipatan dapat diketahui dengan cara mengukur
kemiringan serta sudut lipatan. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
kompas geologi.
BAB
III
KESIMPULAN
Gejala vulkanik terjadi karena penyusupan magma. Aktivitas
magma tersebut mampu mengubah bentuk muka Bumi menjadi berbagai bentuk,
sekaligus memengaruhi kehidupan manusia. Salah satu akibat kegiatan
vulkanik adalah gunung api, yang mempunyai bentuk kerucut. Pada sisi lerengnya
terdapat jurang-jurang yang merupakan jalan air atau lava menuju lembah.
Kebanyakan gunung di Indonesia berupa gunung api.
Mengenali dan mengetahui berbagai sifat bencana yang
ditimbulkan merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali dalam rangka
mitigasi bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa, sulit sekali
dicegah dan ditentukan kapan dan di mana lokasinya, tetapi pencegahan jatuhnya
korban dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah mengenali berbagai jenis
gempa
Diastropisme adalah proses pembentukan kembali kulit bumi
melalui penampakan berupa patahan atau lipatan. Penampakan tersebut dapat
terjadi akibat pengangkatan dalam waktu lama (epirogenesa) ataupun berlangsung
agak cepat dan waktu yang relatif singkat (orogenesa).
DAFTAR
PUSTAKA
http://sobatgeo.blogspot.co.id/2017/01/bentuk-muka-bumi-akibat-gejala.html
http://www.materisma.com/2015/01/bentuk-muka-bumi-akibat-tenaga-vulkanik.html
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Bentuk Muka Bumi Akibat Vulkanisme
B.
Bentuk Muka Bumi Akibat Seisme
C.
Bentuk Muka Bumi Akibat Diatropisme
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
BENTUK MUKA BUMI AKIBAT
VULKANISME, SEISME DAN DIATROPISME
Disusun
Oleh
Nama Kelompok
SMAN 2
MASBAGIK
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar