BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggal 27 Agustus
1945
rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Mohammad Hassan sebagai
Gubernur Sumatera. Menanggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad Tahir
membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota Medan
terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945
dibawah pimpinan T.E.D Kelly.
Pendaratan tentara sekutu (Inggris)
ini diikuti oleh pasukan sekutu dan NICA
yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu
dan NICA ternyata memancing berbagai insiden.Sebuah insiden terjadi di hotel
jalan bali, medan pada tanggal 13 oktober 1945, saat itu seorang penghuni
expost )merampas dan menginjak injak lencana merah putih yang dipakai pemuda indonesia
hal ini mengundang kemarahan pemuda indonesia. Pada tanggal 13 Oktober
1945 barisan pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya
merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris
mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada
Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal 1 Desember
1945, Sekutu memasang papan yang tertuliskan "Fixed Boundaries Medan
Area" (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran kota Medan.
Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal 10 Desember
1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan.
Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Pada bulan April
1946,
Sekutu berhasil menduduki kota Medan. untuk sementara waktu Pusat perjuangan
rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Siantar,
sementara itu perlawanan para laskar pemuda dipindahkan keluar kota
medan,perlawanan terhadap sekutu semakin sengit pada tanggal 10 Agustus 1946 di
tebing Tinggi diadakan pertemuan diantara para Komandan pasukan yang berjuang
di Medan Area dan memutuskan dibentuk nya satu komando yang bernama komando
resimen laskar rakyat untuk memperkuat perlawanan di kota medan, setelah pertemuan
para komando itu pada tanggal 19 Agustus 1946 di Kabanjahe telah terbentuk
barisan pemuda indonesia (BPI)dan berganti nama menjadi Komando resimen laskar
Rakyat cabang Tanah Karo, dipimpin oleh Matang Sitepu. Sebagai ketua umum
dibantu oleh Tama Ginting, Payung Bangun, Selamat Ginting,Rakutta Sembiring,
R.M. Pandia, dari N.V mas Persada Koran Karo-karo dan Keterangan Sebayang. Di
dalam Barisan laskar rakyat ini semua potensi pimpinan pemuda dengan
berisan-barisan perjuangannya, dirangkul, bergabung ke dalam Barisan Pemuda
Indonesia termasuk bekas Gyugun atau Haiho seperti: Djamin Ginting, Nelang
Sembiring, Bom Ginting. Sedangkan dari Talapeta: Payung Bangun, Gandil Bangun,
Meriam Ginting, Tampe Malem Sinulingga. Dari N.V. mas Persada: Koran Karo-karo
. Dari Pusera Medan: Selamat Ginting, Rakutta Sembiring dan tampak sebayang.
B. Rumusan Masalah
1.
Latar Belakang Pertempuran Medan Area
3. Jalannya Pertempuran Medan Area
4. Peran Para Pemuda dalam Pertempuran Medan Area
5.
Ringkasan Kronologi
6. Akibat Pertempuran Medan Area
C. Tujuan
Untuk
mengetahui dan mempelajari sejarah tentang terjadinya pertempuran medan area
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 november 1945, pasukan Sekutu dibawah
pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti
oleh pasukan NICA. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI akan
melaksanakan tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar
Kota Medan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan
kembali dan dipersenjatai.
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
2.
Ulah
seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
3.
Ultimatum
agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
4.
Pemberian
batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan pembatas
yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan Area)” di
sudut-sudut pinggiran Kota Medan.
Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara qpemerintah Kerajaan
Inggris dan Kerajaan Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan
nama civil Affairs Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima
tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah
Belanda.
Dalam melaksanakan hal-hal yang
berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA
dibawah tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari
akan dikembalikan kepada Belanda. Inggris dan Belanda membangun rencana untuk
memasuki berbagai kota strategis di Indonesia yang baru saja merdeka. Salah
satu kota yang akan didatangi Inggris dengan “menyelundupkan” NICA Belanda
adalah Medan.
Sementara di tempat lain pada tanggal 27 Agustus 1945 rakyat
Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan
sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah
pimpinan Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 rencana dalam Civil Affairs
Agreement benar-benar dilaksanakan. Tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA
mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly.
Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di
Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang
(tentara Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada
tanggal 13 Oktober 1945.
Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan
menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini
mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan
terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945,
pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area
di berbagai sudut kota Medan.
Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan
Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di
kota Medan.
Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk
melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus
1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang
berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando
yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.
Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan
serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak
koraban di kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki
kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke
Pemantangsiantar.
Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan
Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan
initerus mengadakan serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh
wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan
Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang, Bukit tinggi dan
Aceh.
C.
Jalannya Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area dimulai dari bentrokan tanggal 13
Oktober 1945, baru empat hari setelah pasukan Inggris sampai di Medan, meledak
suatu konflik bersenjata antara para pemuda revolusioner dengan pasukan
NICA-Belanda. Peristiwa itu terjadi akibat adanya provokasi langsung seorang
serdadu Belanda yang bertindak merampas lencana merah putih (sudah disebutkan
di bagian sebelumnya) yang tersemat di peci seorang penggalas pisang yang
melintas di depan Asrama Pension Wilhelmina, Jalan Bali (sekarang Jalan
Veteran). Ratusan pemuda yang berada ditempat itu menyerang serdadu itu dengan
senjata pedang, pisau, bambu runcing, dan beberapa senjata api. Dalam peristiwa
itu timbul korban sebagai berikut : 1 orang opsir yaitu Letnan Goeneberg
dan 7 orang serdadu NICA meninggal. Beberapa warga negara Swiss luka dan
meninggal, dan 96 orang serdadu NICA luka-luka termasuk seorang laki-laki sipil
dan 3 orang wanita. Di pihak Indonesia gugur 1 orang (menurut prasasti yang
didirikan 7 orang) dan luka berat satu orang. Lokasi pertempuran saat ini
berada dekat dengan Pusat Pasar.
Peristiwa Jalan Bali itu segera tersiar ke seluruh pelosok
kota Medan, bahkan ke seluruh daerah Sumatera Utara dan menjadi sinyal
bagi kebanyakan pemuda, bahwa perjuangan menegakkan proklamasi telah dimulai.
Darah orang Belanda dan kaum kolonialis harus ditumpahkan demi Revolusi
Nasional. Akibatnya dengan cepat bergelora semangat anti Belanda di seluruh
Sumatera Timur. Diantara pemuda itu adalah Bedjo, salah seorang pemimpin laskar
rakyat di Pulo Brayan. Bedjo bersama pasukan selikurnya pada tanggal 16 Oktober
1945, tengah hari setelah sehari sebelumnya terjadi peristiwa Siantar
Hotel, menyerang gudang senjata Jepang di Pulo Brayan untuk memperkuat
persenjataan. Setelah melakukan serangan terhadap gudang perbekalan tentara
Jepang, Bedjo dan pasukannya kemudian menyerang Markas Tentara Belanda di
Glugur Hong dan Halvetia, Pulo Brayan. Dalam pertempuran yang berlangsung malam
hari, pasukan Bedjo yang menyerang Helvetia berhasil menewaskan 5 orang serdadu
KNIL. Serangan yang dilakukan oleh para pemuda di Jalan Bali dan Bedjo itu
telah menyentakkan pihak Sekutu (Inggris). Mereka mulai sadar bahwa para
pemuda-pemuda Republik telah memiliki persenjataan dan semangat kemerdekaan yang
pantas diperhitungkan.
Sementara itu, di simpang Jalan Deli dan Jalan Serdang yang
sekarang disebut Jalan Perintis Kemerdekaan, pecah bentrokan lain. Bentrokan
pecah di sebuah masjid di sana. Para pejuang yang dipimpin Wiji Alfisa dan Zain
Hamid bertempur dengan tentara Inggris pada 17 Oktober 1945. Mereka berhasil
bertahan dari gempuran Inggris hingga pada 20 Oktober 1945, Inggris memutuskan
untuk menghancurkan masjid tempat mereka bertahan. Setelah perang, masjid lain
dibangun diatasnya untuk mengenang perjuangan mereka. Masjid itu dinamai Masjid
Perjuangan 45.
Oleh karena itu sebagai tentara yang ditugaskan untuk
menjaga keamanan dan ketertiban, Komandan Inggris Brigadir Jenderal TED Kelly
pada tanggal 18 Oktober 1945 mengeluarkan sebuah ultimatum yang berbunyi sebagai
berikut, bahwa bangsa Indonesia dilarang keras membawa senjata, termasuk
senjata tajam, seperti pedang, tombak, keris, rencong dan sebagainya.
Senjata-senjata itu harus diserahkan kepada tentara Sekutu. Kepada para
komandan pasukan Jepang diperintahkan untuk tidak menyerahkan senjatanya kepada
TKR dan Laskar rakyat, dan harus menyerahkan semua daftar senjata api yang
dimilikinya kepada Sekutu. Pada tanggal 23 Oktober 1945, pasukan Inggris
kemudian melakukan penggerebekan di dalam kota Medan dan sekitarnya. Dalam
penggerebekan itu mereka berhasil mendapatkan 3 pistol, 1 senapan, 1 granat
kosong, 2 ranjau rakitan sendiri, 6 granat tangan, 3 senapan tiga kaki, 36
pedang, 10 pisau, 4 denator listrik, dan 6 tombak.
Sejak tentara Inggris melakukan razia di sekitar Medan,
kecurigaan masyarakat terhadap Inggris bertambah besar. Patroli tentara
Inggris sampai ke Sunggal, Pancur Batu, Deli Tua, Tanjung Morawa,
Saentis, bahkan ada serdadu-serdadu dan perwira Inggris yang berjalan-jalan
sendiri ke luar kota Medan dan Belawan. Di samping itu Komandan Inggris untuk
Sumatera, Mayor Jendral Chambers, menegaskan bahwa Pasukan Jepang diberikan
kekuasaan untuk mengamankan daerah-daerah di luar kota Medan, Bukit Tinggi, dan
Palembang. Kondisi itu akhirnya menimbulkan konflik bersenjata dengan para
pemuda Republik baik yang bergabung dengan TKR maupun dengan Laskar Rakyat.
Demikianlah pada tanggal 2 Desember 1945, dua orang serdadu
Inggris yang sedang mencuci trucknya di Sungai dekat Kampung Sungai Sengkol telah
diserang oleh TKR. Kedua serdadu Inggris itu tewas, dua buah senjata dan
trucknya dirampas. Dua hari kumudian, seorang perwira Inggris tewas
terbunuh di sekitar Saentis. Akibatnya pasukan Inggris terus melakukan
patroli di sekitar Medan, dan mereka mulai bertindak kasar. Pada tanggal 6
Desember 1945, tentara Inggris datang mengepung Gedung Bioskop Oranye di Kota
Medan. Mereka kemudian merampas semua filem di gedung tersebut. Tindakan
tentara Inggris itu menyebabkan para pemuda segera mengepung gedung bioskop
itu, sehingga timbullah pertempuran kecil, yang berakhir dengan tewasnya
seorang tentara Inggris.
Beberapa jam setelah peristiwa “Oranje Bioscop”, markas
Pesindo di Jalan Istana dan markas Pasukan Pengawal Pesindo di sekolah Derma
dirazia oleh tentara Inggris. Di sepanjang Jalan Mahkamah dan Jalan Raja,
tentara Inggris melakukan show of force. Tidak lama sesudah itu, markas
TKR di bekas restoran Termeulen diobrak-abrik dan penghuninya diusir oleh
tentara Inggris. Pada malam harinya para pemuda dan anggota TKR menyerang
gedung itu dengan granat botol, sehingga gedung itu terbakar. Pada tanggal 7,
8, dan 9 Desember 1945, siang dan malam hari di mana-mana asrama tentara
India-Inggris/NICA diserang oleh pemuda dan TKR. Akibat serangan itu tentara Inggris/NICA
pada tanggal 10 Desember 1945 menyerang markas TKR di Deli Tua (Two Rivers).
Tiga hari kemudian, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly kembali mengeluarkan
Maklumat yang meminta agar Bangsa Indonesia harus menyerahkan senjatanya kepada
tentara Sekutu dan barang siapa memegang senjata di dalam kota Medan dan 8,5 Km
dari batas kota Medan dan Belawan akan ditembak mati.
Untuk menindaklanjuti intruksi itu pada bulan Maret 1946
pasukan Sekutu/Inggris kembali melakukan razia ke basis-basis laskar rakyat di
sekitar Tanjung Morawa. Barisan Pelopor dan Laskar Napindo yang berada berada
di daerah ini kemudian mencegat pasukan Inggris sehingga terjadi baku tembak.
Pertempuran kemudian berkobar selama dua hari dan akhirnya pasukan
Inggris menarik pasukannya dari Tanjung Morawa. Namun demikian pasukan sekutu
terus melakukan razia di dalam kota. Akibatnya pada pertengahan April 1946,
Markas Divisi IV berserta seluruh stafnya dan Kantor Gubernur Sumatera dan
semua jawatan-jawatannya pindah ke Pematang Siantar.
Sejak pindahnya Komando Militer dan Pemerintahan Republik ke
Pematang Siantar pasukan Inggris setiap hari melancarkan serangan ke kubu-kubu
TRI dan Laskar Rakyat di sekitar Medan Area. Pada akhir bulan Mei, selama satu
minggu mereka menggempur habis kampung-kampung di sekitar kota Medan. Akibat
serangan itu tentu saja membuat penduduk sipil mengungsi ke luar kota, seperti
ke Tanjung Morawa, Pancur Batu, Binjai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan
sebagainya. Kampung-kampung seperti Sidodadi, Tempel, Sukaramai, Jalan Antara,
Jl. Japaris, Kota Maksum, Kampung Masdjid, Kampung Aur, Sukaraja, Sungai Mati,
Kampung Baru, Padang Bulan, Petisah Darat, Petisah Pajak Bundar, Kampung Sekip,
Glugur, dan sebagainya menjadi sepi. Meskipun demikian Inggris tidak leluasa
bergerak ke luar kota, karena laskar rakyat dan TRI siap menghadangnya.
Sampai akhir bulan Juli 1946 pasukan republik yang bertempur
di Medan Area bergerak tanpa komando. Karena itu pada bulan Agustus 1946
dibentuklah Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (K.R.L.R.M.A.). Kapten Nip
Karim dan Marzuki Lubis dipilih sebagai Komandan dan Kepala Staf Umum. KRLMA
membawahi laskar Napindo, Pesindo, Barisan Merah, Hisbullah, dan Pemuda
Parkindo. Setiap pasukan disusun dalam formasi batalion yang terdiri dari empat
kompi. Medan Area dibagi dalam empat sektor dan tiap sektor terdiri atas
dua sub-sektor. Markas Komando ditempatkan di Two Rivers (Treves).
Dalam pada itu Belanda mulai mengarahkan kekuatan
militernya ke Sumatera dalam rangka mengamankan sumber ekonomi yang vital di
Sumatera Timur. Untuk itu, maka pada awal bulan Oktober 1946 satu
batalion pasukan bersenjata dari negeri Belanda mendarat di Medan. Beberapa
hari kemudian diikuti dengan satu batalion KNIL dari Jawa Barat. Gerakan
militer pasukan Belanda ini tidak bisa dilepaskan dengan adanya rencana Inggris
yang ingin secepatnya meninggalkan Indonesia. Semua instasi penting yang
ada di Medan Area segera diserahkan kepada Komandan Militer Belanda. Pasukan
Belanda kemudian mengambil alih semua tugas penyerangan terhadap pangkalan
militer Republik di sekitar Medan Area. Unit-unit militer Republik, baik TRI
maupun laskar rakyat segera bereaksi menanggapi pengambilalihan Belanda dan
mulai meningkatkan serangannya terhadap patroli-patroli Belanda maupun Inggris.
Hingga akhir tahun 1946, berbagai bentrokan fisik antara kekuatan militer
Republik dengan Belanda terus terjadi di segala front Medan Area.
Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10
Oktober 1941 disetujui untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan
direbut di Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat
ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan adalah
kota Matsum yang akan jadi sasarannya. Rencana gerakan ditentukan, pasukan akan
bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan. Hari "H" ditentukan tanggal
27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB, sasaran pertama Medan Timur dan Medan
Selatan. Tepat pada hari "H", batalyon A resimen laskar rakyat di
bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan
batalyon B menuju ke Kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama.
Di Medan Barat batalyon 2 resimen laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik
bergerak menduduki Jalan Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.
Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak
Inggris telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat
sebagian pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan
Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan batalyon-batalyon
resimen Laskar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh pihak Inggris/Belanda.
Daerah Medan Selatan dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan kita membalas
tembakan dan berhasil menghentikannya.
D.
Peran Para Pemuda dalam Pertempuran
Medan Area
Para pemuda memegang peran penting dalam banyak peristiwa
bersejarah negara ini. Sebut saja, Proklamasi Kemerdekaan, Pertempuran
Surabaya, hingga Reformasi. Di Pertempuran Medan Area ini juga, peran pemuda
sangat kentara dalam setiap pertempuran.
Di awal bagian jalan pertempuran sebelumnya, terdapat kisah
mengenai insiden Jalan Bali. Jika ditilik pada prasasti penanda yang didirikan,
nampak bahwa para pemuda lah yang melakukan penyerbuan ke markas NICA di Gedung
Pension Wilhelmina. Selain itu, berbagai laskar rakyat yang ada dibentuk oleh
pemuda seperti Pemuda Republik Indonesia Sumatera Timur (Pesindo). Ada juga
organisasi pemuda yang terafiliasi ke partai seperti Napindo (Nasional Pelopor
Indonesia) dari PNI, Barisan Merah dari PKI, Hisbullah dari Masyumi dan Pemuda
Parkindo dari Parkindo. Selain itu, banyak dari tokoh pejuang yang berusia
dibawah 30 tahun. Contohnya, Brigjend. Bedjo dan Jend. Ahmad Tahir, 2 tokoh
pejuang yang terlibat dalam Pertempuran Medan Area yang saat itu terjadi, umur
mereka masih dibawah 30 tahun.
Ketika pertempuran yang terjadi belum terorganisir dengan
baik pada tahun 1945 – 1946, para pemuda selalu yang berada di garis depan dan
bertempur dengan heroik melawan Belanda. Semangat para pemuda pulalah yang
sering membuat Sekutu – baik Inggris maupun Belanda – kerepotan.
Apa yang membuat pemuda pejuang saat itu begitu kuat dan
sulit dilawan penjajah ? Menurut saya, itu semua akibat jiwa nasionalisme dan
darah muda mereka. Jiwa nasionalisme mereka membuat semangat mereka menggelora
untuk membela negerinya, dan darah muda mereka menambah semangat tersebut dan
membuat mereka semakin nekat.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peran pemuda dalam
Pertempuran Medan Area adalah :
1.
Ikut serta dalam setiap pertempuran
yang terjadi
2.
Pengobar semangat rakyat untuk
bertempur mempertahankan negaranya
3.
Ujung tombak bagi setiap kekuatan
pasukan Republik Indonesia
E.
Ringkasan Kronologi
1. Tokoh-tokohnya
: Brigjen
T.E.D. Kelly dan Achmad Tahir
2. Sebab
meletusnya : Tawanan perang yang dibebaskan sekutu dipersenjatai
& bersikap congkak sehingga menyebabkan terjadinya insiden di beberapa
tempat.
3. Jalannya
Peristiwa :
Pd tgl 18 Okt 1945, Sekutu mengultimatum rakyat Medan untuk menyerahkan
senjatanya. NICA melakukan aksi teror yg menyebabkan pecahnya pertempuran shg
banyak korban di pihak Inggris.
Tgl 1 Des
1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan
Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Pada bulan April 1946
pasukan Sekutu berhasil mendesak pemerintah RI keluar Medan. Pasukan Inggris
dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota
Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan
kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali.
4. Akhir
Peristiwa :
Pada tgl 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara
komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut
memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar
Rakyat Medan Area. Komando tersebut meneruskan perjuangan di Medan Area.
F.
Akibat Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area berakhir pada 15
Februari 1947 pukul 24.00 setelah ada perintah dari Komite Teknik Gencatan
Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Sesudah itu Panitia Teknik genjatan
senjata melakukan perundingan untuk menetapkan garis-garis demarkasi yang
definitif untuk Medan Area. Dalam perundingan yang berakhir pada tanggal
10 Maret 1947 itu, ditetapkanlah suatu garis demarkasi yang melingkari kota
Medan dan daerah koridor Medan Belawan. Panjang garis demarkasi yang dikuasai
oleh tentara Belanda dengan daerah yang dikuasai oleh tentara Republik
seluruhnya adalah 8,5 Km. Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah pemasangan
patok-patok pada garis demarkasi itu. Akan tetapi kedua pihak, Indonesia dan
Belanda, selalu bertikai mengenai garis demarkasi ini. Empat bulan setelah
akhir pertempuran ini, Belanda melaksanakan Operatie Product atau disebut
Agresi Militer Belanda I.
Ada beberapa akibat dari Pertempuran
Medan Area ini, yaitu :
1.
Terbaginya kawasan Medan oleh garis demarkasi
2.
Perpindahan pusat pemerintahan Provinsi
Sumatera ke Pematang Siantar
BAB II
KESIMPULAN
Pertempuran Medan Area
adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Medan,
Sumatera Utara.
Tahun 1945 – 1949 adalah momen krusial
bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Belanda,
yang dengan bantuan Inggris dapat kembali ke Indonesia, berusaha keras untuk
mendapatkan kembali ‘apa yang telah dirampas Jepang sebelumnya’ yaitu
Indonesia, walaupun saat itu Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya.
Disisi lain, Indonesia, sebuah negara yang baru saja memproklamasikan
kemerdekaannya (Indonesia adalah negara pertama yang memproklamasikan
kemerdekaan setelah Perang Dunia II), mati matian untuk mempertahankan
kemerdekaannya yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Tak ayal, terjadi banyak pertempuran di
berbagai daerah. Dengan semangat, para pejuang bertarung sekuat tenaga untuk
mempertahankan setiap jengkal tanah Republik yang baru berdiri ini. Tak
terkecuali di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.
Di Sumatera Utara, perjuangan untuk
mempertahankan kemerdekaan, bisa dibilang, dilakukan di segala medan tempur.
Mulai dari perbukitan Berastagi, kilang minyak Pangkalan Berandan hingga
jalanan Kota Medan. Kali ini, kita khusus membahas tentang Pertempuran Medan
Area yang bertujuan untuk membebaskan Kota Medan dari Sekutu.
Sekalipun nama pertempurannya ‘Medan
Area’ yang diambil dari kata kata di papan yang dipasang di perbatasan kota
Medan “Fixed Boundaries Medan Area”, pertempuran ini berkobar hingga ke
luar Kota Medan. Pertempuran ini dimulai pada 13 Oktober 1945 setelah insiden
Jalan Bali, dan penyerbuan terakhir para pejuang dilaksanakan pada 15 Februari
1947. Pertempuran ini, menurut sekretaris Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Ilmu
Sosial (PUSSIS) Universitas Negeri Medan, Erond Damanik, tidak kalah heroik
dibandingkan pertempuran Surabaya karena para pejuang dalam pertempuran ini
plural dan jangka waktunya yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
http://semuanyaaa-ada.blogspot.com/2014/02/pertempuran-medan-area.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Medan_Area
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A.
Latar Belakang.......................................................................................................
B.
Rumusan Masalah..................................................................................................
C.
Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A.
Latar Belakang Pertempuran Medan Area..............................................................
B.
Pertempuran Medan
Area
.......................................................................................
C.
Jalannya Pertempuran Medan Area.........................................................................
D.
Peran Para Pemuda dalam Pertempuran
Medan Area.............................................
E.
Ringkasan Kronologi...............................................................................................
F.
Akibat Pertempuran Medan Area............................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
A.
Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
Wah lengkap sekali sampai akar-akarnya terimakasih banyak sangat bermanfaat
BalasHapusya sama-sama
HapusBagaimama terjadinya pertempuran medan area ?
BalasHapussudah termasuk dalam latar belakangnya gan... cuman itu materi yang saya terima
HapusBagaimana terjadinya pertempuran di medan area
BalasHapusHasilnya apa bang
BalasHapustidak mudah melawan pasukan Inggris dan Belanda
BalasHapus