BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Integrasi berasal dari bahasa
inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Intergasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi
sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata
sosial.
Di Indonesia istilah integrasi masih
sering disamakan dengan istilah pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah
tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan,
integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara pembauran dapat berarti
penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan
(cultural traits) mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk
menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui
difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu
kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan
tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah konflik adalah melalui
modifikasi dan koordinasi dari unsur - unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah
yang disebut sebagai Integrasi Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam
Danandjaja, 1999).
Integrasi nasional adalah usaha dan
proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga
terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang
baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Agar penulis tidak menyimpang jauh
dari materi yang dibahas, maka penulis ingin menyusun makalah ini secara
sistematis. Dalam hal ini penulis ingin membahas mengenai integrasi nasional.
Agar masyarakat khusunya pelajar maupun mahasiswa dapat mengetahui betapa
pentingnya integrasi nasional bagi bangsa indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Integrasi Nasional ?
2. Apa Pentingnya Integrasi Nasional ?
3. Apa Maksud dari Pluralitas
Masyarakat Indonesia ?
4. Bagaimana Mewujudkan Integrasi
Nasional di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Pengertian Integrasi
Nasional.
2. Mengetahui Pentingnya Integrasi
Nasional.
3. Mengetahui Maksud dari Pluralitas
Masyarakat Indonesia.
4. Mengetahui Mewujudkan Integrasi
Nasional di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi berasal dari bahasa
inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Intergasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi
sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata
sosial.
Di Indonesia istilah integrasi masih
sering disamakan dengan istilah pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah
tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan,
integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara pembauran dapat berarti
penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan
(cultural traits) mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk
menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui
difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu
kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional
tertentu. Cara penanggulangan masalah konflik adalah melalui modifikasi dan
koordinasi dari unsur - unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah yang disebut
sebagai Integrasi Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam Danandjaja,
1999).
Integrasi nasional adalah usaha dan
proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga
terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang
baru.
B. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi
Nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa
senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan
bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan
bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan
mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan
bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional
dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah
Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Contoh Wujud Integrasi Nasional, antara lain sebagai berikut:
a) Pembangunan Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada
tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua
propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan
rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat,
tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
b) Sikap toleransi antarumat beragama,
walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita harus
saling menghormati.
c) Sikap menghargai dan merasa ikut
memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain,
misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang merupakan
salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia,
di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat bangunan tempat
ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk agama
Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama Hindu) dan
wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di
Indonesia baru 5 (lima) macam
C. Faktor-Faktor Penghambat Integrasi
Nasional sebagai berikut:
1) Masyarakat Indonesia yang heterogen
(beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing
kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2) Wilayah negara yang begitu luas,
terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3) Besarnya kemungkinan ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan
persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4) Masih besarnya ketimpangan dan
ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai
rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk
rasa.
5) Adanya paham “etnosentrisme” di
antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Contoh-Contoh Pendorong Integrasi Nasional :
a. Adanya rasa keinginan untuk bersatu
agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan datang.
b. Rasa cinta tanah air terhadap bangsa
Indonesia
c. Adanya rasa untuk tidak ingin
terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat
sulit.
d. Adanya sikap kedewasaan di sebagian
pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik mengalah agar
tidak terjadi perpecahan bangsa.
e. Adanya rasa senasib dan
sepenanggungan
f.
Adanya
rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya
kedamaian
D. Bentuk Integrasi Nasional sebagai
berikut :
1) Asimilasi, yaitu pembauran
kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan asli.
2) Akulturasi, yaitu penerimaan
sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli
Integrasi
nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah
dan wilayahnya (saafroedin bahar, 1998). “mengintegrasikan berarti membuat atau
menyempurnakan dengan jalan terpusah-pisah. Menurut howard wrigins (1996),
integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat
kecil yang banyak menjadi suatu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa
dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi suatu
masyarakat yang besar.
Tentang
integrasi, myron weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi
yaitu :
a. Integrasi menunjuk pada proses
penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam suatu wilayah dan proses
pembentukan identitas nasional, membangun rasa kebangsaan dengan cara menghapus
kesetiaan pada ikatan-ikatan yang yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah
pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat diatas unit-unit sosial yang
lebih kecil yang betanggotakan kelompok-kelompok sosial budaya masyarakat
tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah
menghubungkan antara pemerintah dengan yang diperintah. Mendekatkan
perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya
konsensus terhadap nilai yang minimum yang diperlukan dalam memelihara tertib
sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan
tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.
Sejalan
dengan definisi tersebut, myron weiner membedakan lima tipe integrasi nasional,
integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit massa, dan integrasi tingkah
laku (tindakan integratif). Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-bangsa
yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu bangsa.
Howard
Wriggins (1996) menyebut adanya pendekatan atau cara bagaimana para pemimpin
politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya
disebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu bangsa yaitu :
1) Adanya ancaman dari luar
2) Gaya politik kepemimpinan
3) Kekuatan lembaga-lembaga politik
4) Ideologi nasional
5) Kesempatan pembangunan ekonomi
Sunyoto
Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi
apabila :
1. Masyarakat dapat menentukan dan
menyepapakati nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama
2. Masyarakat terhimpun dalam unit
sosial sekaligus memiliki “croos cutting loyality”
3. Masyarakat berada saling
ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi.
E. Pentingnya Integrasi Nasional
Masyarakat yang terintegrasi dengan
baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan
kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara senantiasa
diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang
diderita, baik kerugian berupa fisik materill seperti kerusakan sarana dan
prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental
spiritual seperti perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan
mental yang berkepanjangan. Disisi lain banyak pula potensi sumber daya yang
dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan
pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai
konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya
memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat
disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau
pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat
seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan
kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila
perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang
tepat. Namun apapun kondisi integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat
dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu
perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat
berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah indonesia adalah sejarah
yang merupakan proses dari bersatunya suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa.
Ada semacam proses konvergensi, baik yang desengaja maupun tidak disengaja, ke
arah menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa.
(sumartana dkk, 2001:100)
F. Pluralitas Masyarakat Indonesia
Kenyataan bahawa masyarakat
indonesia merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan meminjam
istilah yang digunakan oleh clifford geertz, masyarakat majemuk adalah
merupakan masyarakat yang terbagi-bagi kedalam sub-sub sistem yang kurang lebih
berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam
oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial. (geertz,1963: 105 dst). Apa yang
dikatakan sebagai ikatan primordial disini adalah ikatan yang muncul dari
perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian
besar berasal dari hubungan kelurga, ikatan kesukuan tertentu, keangootaan
dalam keagamaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat kuat dalam
kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut pierre L. Van den
berghe masyarakat majemuk memiliki karakteristik (nasikun, 1993:33) :
a. Terjadinya segementasi kedalam
bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub-kebudayaan yang berbeda
satu sama lain.
b. Memiliki struktur sosial yang
terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer,
c. Kurang mengembangkan konsensus
diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar,
d. Secara relatif seringkali mengalami konflik
diantara kelompom yang satu dengan yang lainnya,
e. Secara relatif integrasi sosial
tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan dalam bidang
ekonomi,
f.
Adanya
dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
Walaupun karakteristik masyarakat
majemuk sebagaimana dikemukakan olehn pierre L. Van berghe sebagaimana diatas
tidak sepenuhnya mewakili kenyataan yang ada dalam mayarakat dalam masyarakat
indonesia, akan tetapi pendapat tersebut setidak-tidaknya dapat digunakan
sebagai acuan berfikir dalam menganalisis keadaan masyarakat indonesia.
Struktur masyarakat indonesia
ditandai oleh dua cirinya yang unik. Secara horizontal masyarakat indonesia
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan
suku bangsa, perbedaan agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
Secara vertikal struktur masyarakat indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam. (nasikun, 1993:28).
Dalam dimensi horizontal kemajemukan
masyarakat indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam suku bangsa
seperti suku bangsa jawa, suku bangsa sunda, suku bangsa batak, suku bangsa
minangkabau, suku bangsa dayak, dll. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang ada
di indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara para
ahli tentang indonesia. Hildred geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari
300 suku bangsa di indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya
masing-masing. Sedangkan skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di
indonesia dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku bangsa yang disebutkan oleh
masing-masing, dapat dikatakan bahwa masyarakat indonesia adalah masyarakat
yang majemuk.
Suku-suku bangsa ini biasa dinamakan
bangsa, seperti bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa bugius dan sebagainya.
Masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri, daerah tempat
kediaman nenek moyang suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya
dinyatakan melalui mitos yang meriwayatkan asal-usul suku bangsa yang
bersangkutan. Anggota masing-masing suku bangsa cenderung memiliki identitas
tersendiri sebagai anggota suku bangsa yang bersangkutan, sehingga dalam keadaan
tertentu mereka mewujudkan rasa setiakawan, solidaritas dengan sesama suku
bangsa asal. (bachtiar, 1992: 12).
Berkaitan erat dengan keragaman suku
sebagaimana dikemukakan diatas adalah keragaman adat istiadat, budaya, dan
bahasa daerah. Setiap suku bangsa yang ada di indonesia masing-masing memiliki
adat istiadat, budaya, dan bahasanya yang berbeda satu sama lain, yang sekarang
dikenal sebagai adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Kebudayaan suku
selain terdiri atas nilai-nilai dan aturan-aturan tertentu, juga terdiri atas
kepercayaan-kepercayaan tertentu, pengetahuan tertentu, serta sastra dan seni
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sebanyak suku bangsa yang ada di indonesia, setidak-tidaknya sebanyak itu pula dapat
dijumpai keragaman adat istiadat, budaya serta bahasa daerah indonesia.
Disamping suku-suku bangsa tersebut,
yang bisa dikatakan sebagai suku bangsa asli, di indonesia juga terdapat
kelompok-kelompok warga mayarakat yang lain yang sering dikatakan sebagai warga
peranakan. Mereka itu seperti warga cina, arab, dan india. Kelompok warga
masyarakat tersebut juga memiliki kebudayaanya sendiri, yang tidak mesti sama
dengan budaya suku-suku alsi di indonesia, sehingga muncul budaya orang-orang
china, budaya orang-orang arab, budaya orang-orang india. Dan lain-lain.
Kadang-kadang mereka juga menampakkan diri dalam kesatuan tempat tinggal,
sehingga dikota-kota besar di indonesia dijumpai adanya sebutan kampung
pecinan, kampung arab, dan lain-lain.
Keberagaman suku bangsa di indonesia
sebagaimana diuraikan diatas terutama disebabkan oleh keadaan geografis
indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang sangat
banyak dan letaknya yang saling berjauhan. Dalam kondisi yang demikian nenek
moyang bangsa indonesia yang kira-kira 2000 tahun SM secara bergelombang datang
dari daerah yang sekarang dikenal sebagai daerah tiongkok selatan, mereka harus
tinggal menetap di daerah yang terpisah satu sama lain. Karena ionisasi
geografis antara satu pulau dengan pulau yang lain, mengakibatkan masing-masing
penghuni pulau itu dalam waktu yang cukup lama mengembangkan kebudayaannya
sendiri-sendiri terpisah satu sama lain. Disitulah secara perlahan-lahan
identitas kesukuan itu terbentuk, atas keyakinan bahwa mereka masing-masing
berasal dari satu nenek moyang, dan memiliki kebudayaan yang berbeda dari
kebudayaan suku yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa
inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.Integrasi
nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif
bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak
atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun
selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah
yang baru.
B. Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan
oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional dapat mempersatukan
perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya konflik
perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini
berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara
yang satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca
dari Pengalaman Republik Rakyat Cina, gramedia, Jakarta.
Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi aksara, jakarta.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas
Sriwijaya. UPT Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Diakses pada tanggal 12 februari 2015.
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki)
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi Nasional
B.
Faktor-Faktor
Pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut:
C.
Faktor-Faktor
Penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut:
D.
Bentuk
Integrasi Nasional sebagai berikut :
E.
Pentingnya
Integrasi Nasional
F.
Pluralitas
Masyarakat Indonesia
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
INTEGRASI NASIONAL
Disusun
Oleh
HABIB RAHMAN
SMA NEGERI
1 MASBAGIK
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar