BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Nahdlatul Ulama’ yang berarti
(Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam) disingkat NU adalah
sebuah organisasi Islam besar di Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi. Keterbelakangan baik secara mental maupun ekonomi yang
dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi
telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa
ini melalui jalan pendidikan dan organisasi. Peranan NU sangatlah penting dalam
kehidupan masyarakat dari masa ke masa. Seperti semangat kebangkitan bangsa
Indonesia terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap
penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya,
munculah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan. Kalangan pesantren yang
selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut
dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan
Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Nahdlatul Fikri
(kebangkitan pemikiran) sebagai wahana
pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian
didirikan Nahdlatut Tujjar (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan
basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Setelah berkoordinasi dengan
berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang
bernama NU (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
1.2.Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah lahirnya NU ?
b.
Apa saja peranan NU di era reformasi ?
c.
Apa saja peranan NU di masa pasca reformasi ?
1.3.Tujuan
a.
Untuk mengetahui sejarah lahirnya NU
b.
Untuk mengetahui peranan NU di era reformasi
c.
Untuk mengetahui peranan NU di masa pasca reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Lahir dan Berdirinya
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab
1344 H (31 januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H Hasyim Asy’ari
sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H
Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (Prinsip Dasar), kemudian juga
merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Kedua kitab tersebut kemudian di
implementasikan dalam khittah NU yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga
NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Organisasi ini bertujuan untuk
menegakkan ajaran islam menurut paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal
Jama’ah ditengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah negara kesatuan
republik indonesia.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai
jenis usaha di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut :
- Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
- Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luar. Hal ini terbukti dengan lahirnya lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di pulau jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar negeri.
- Di Bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
- Di bidang ekonomi mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan badan keuangan lain yang telah terbukti membantu masyarakat.
- Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Presiden NU pertama lahir di era ini, yakni KH Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) seorang tokoh NU yang kontroversial (baca: pola pikirnya sulit
dipahami dan sering “nyleneh”). Dua presiden yang disegani oleh Amerika adalah
Bung Karno dan Gus Dur (red).NU dari tingkatan pusat hingga daerah semakin
tertata dalam “penggodogan” kader-kadernya untuk berkiprah membangun bangsa,
namun masih kurangnya respon distribusi kader (baca: mainstream penokohan) sehingga
sedikit terhambat dalam beberapa hal teknis dan kurang merata. Oleh karenanya
mari kita sebagai jam’iyah NU kembali merealisasikan cita-cita luhur dalam
pengembangan keagamaan dan kebangsaan. Memulai dari hal kecil untuk gerakan
yang lebih besar, dari NU untuk Indonesia.
Masa reformasi yang menjadi tanda berakhirnya kekuasaan
pemerintahan orde baru merupakan sebuah momentum bagi Nahdlatul Ulama untuk
melakukan pembenahan diri. Selama rezim orde baru berkuasa, Nahdlatul Ulama
cenderung dipinggirkan oleh penguasa saat itu. Ruang gerak Nahdlatul Ulama pada
masa orde baru juga dibatasi, terutama dalam hal aktivitas politiknya.
Pada masa reformasi inilah peluang Nahdlatul Ulama untuk
memainkan peran pentingnya di Indonesia kembali terbuka. Nahdlatul Ulama yang
merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia, pada awalnya lebih memilih sikap
netral menjelang mundurnya Soeharto. Namun sikap ini kemudian berubah, setelah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan sebuah pandangan untuk
merespon proses reformasi yang berlangsung di Indonesia, yang dikenal
dengan Refleksi Reformasi.
Refleksi reformasi ini berisi delapan butir pernyataan sikap
dari PBNU, yaitu :
1.
Nahdlatul Ulama memiliki
tanggung jawab moral untuk turut menjaga agar reformasi berjalan kea rah yang
lebih tepat.
2.
Rekonsiliasi nasional jika
dilaksanakan harus ditujukan untuk merajut kembali ukhuwah wathaniyah
(persaudaraan kebangsaan) dan dirancang kea rah penataan sistem kebangsaan dan
kenegaraan yang lebih demokratis, jujur dan berkeadilan.
3.
Reformasi jangan sampai
berhenti di tengah jalan, sehingga dapat menjangkau terbentuknya sebuah tatanan
baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.
Penyampaian berbagai
gagasan yang dikemukakan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, penuh kearifan
dan didasari komitmen bersama serta dihindari adanya pemaksaan kehendak.
5.
Kasus-kasus pelanggaran HAM
di masa lalu harus disikapi secara arif dan bertanggung jawab.
6.
TNI harus berdiri di atas
semua golongan.
7.
Pemberantasan KKN harus
dilakukan secara serius dan tidak hanya dilakukan pada kelompok tertentu.
8.
Praktik monopoli yang ada
di Indonesia harus segera dibasmi tuntas dalam setiap praktik ekonomi.
Pada perkembangan selanjutnya, PBNU kembali mengeluarkan
himbauan yang isinya menyerukan agar agenda reformasi diikuti secara aktif oleh
seluruh lapisan dan jajaran Nahdlatul Ulama. Himbauan itu dikeluarkan pada
tanggal 31 Desember 1998 yang ditandatangani oleh KH. M. Ilyas Ruhiyat, Prof.
Dr. KH. Said Agil Siraj, M.A., Ir. H. Musthafa Zuhad Mughni dan Drs. Ahmad
Bagdja.
Menjelang Nopember 1998, para mahasiswa yang merupakan
elemen paling penting dalam gerakan reformasi, makin menjadi tidak sabar dengan
tokoh-tokoh nasional yang enggan bergerak cepat dalam gerakan reformasi ini.
Pada tanggal 10 Nopember 1998 para mahasiswa merancang sebuah pertemuan dengan
mengundang KH. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Prof.Dr. Amien Rais
dan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tempat pertemuan ini dipilih di Ciganjur
(rumah KH. Abdurrahman Wahid), karena kondisi kesehatan KH. Abdurrahman Wahid
saat itu belum sembuh total dari serangan stroke yang menimpanya.
Keempat tokoh nasional pro reformasi tersebut membentuk
sebuah kelompok yang sering disebut Kelompok Ciganjur. Kelompok ini kemudian
mengeluarkan sebuah deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Ciganjur, yang
berisi delapan tuntutan reformasi, yaitu :
a. Menghimbau
kepada semua pihak agar tetap menjunjung tinggi kesatuan dan pesatuan bangsa.
b. Mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat dan memberdayakan lembaga perwakilan sebagai
penjelmaan aspirasi rakyat.
c. Mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat sebagai asas perjuangan di dalam proses pembangunan
bangsa.
d. Pelaksanaan
reformasi harus diletakkan dalam perspektif kepentingan yang akan datang.
e. Segera
dilaksanakan pemilu oleh pelaksana independent.
f.
Penghapusan dwi fungsi ABRI
secara bertahap, paling lambat 6 tahun dari tanggal pernyataan ini dibacakan.
g. Menghapus
dan mengusut pelaku KKN, yang diawali dari kekayaan Soeharto dan
kroni-kroninya.
h. Mendesak
untuk segera dibubarkannya PAM Swakarsa
Gerakan
reformasi harus dijalankan dengan cara-cara yang damai dan menolak segala
bentuk tindakan kekerasan atas nama reformasi. Di berbagai wilayah Indonesia
digelar istighosah yang bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar bangsa
Indonesia dapat segera terbebas dari krisis yang sedang melanda. Istighosah
terbesar yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama diadakan di Jakarta pada
bulan Juli 1999, yang dihadiri tokoh-tokoh nasional. Dengan penyelengaraan
istighosah, diharapkan dapat mempererat silaturahim dan mengurangi ketegangan
antar komponen bangsa.
Dengan tidak lagi menjadi parpol, NU sebagai organisasi
kemasyarakatan bisa lebih leluasa mengembangkan diri, memfokuskan pada visi dan
misinya di bidang-bidang sosial, kemasyarakatan, keagamaan dan pendidikan.
Makin banyak tantangan yang dihadapi, massa NU yang banyak bermukim di pedesaan
terutama di Jatim dan sebagian Jawa Tengah serta beberapa daerah mulai intensif
mendapatkan perhatian dari pimpinan NU. Sebagian besar nahdliyin di pedesaan
tak lepas dari belitan kemiskinan, namun organisasi-organisasi otonom NU
melakukan langkah-langkah lebih konkrit untuk berupaya mengatasi kemiskinan,
karena bila dibiarkan terus-menerus lama-kelamaan akan menggerus massa NU.
Dikhawatirkan akan banyak umat nahdliyn semakin renggang hubungan silaturahim,
fungsional dan strukturnya dengan NU.Organisasi-organisasi otonom NU adalah
Muslimat NU, GP Ansor, Fatayat, IPNU dan IPPNU, juga kalangan mahasiwanya yang
tergabung dalam PMII. Organisasi-organisasi otonom itu sebenarnya merupakan
potensi cukup besar yang bila dikelola maksimal akan menjadikan pohon NU lebih
subur, rindang dan akarnya juga semakin kuat.
Angkatan Muda NU semakin banyak yang menjadi intelektual
dalam berbagai bidang, bahkan mulai ada yang sudah diperhitungkan dalam forum
nasional maupun internasional. Pada 1985 mereka mendirikan Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU. Selain itu, sebetulnya NU
memiliki kelebihan dari warganya kalangan bawah yang menjadi wiraswasta
meskipun sebagian besar masih dalam skala usaha kecil. Tapi di sini sudah ada
modal dasar yakni jiwa wiraswasta mereka. Bila mereka terus dibina oleh NU
dengan dukungan pemerintah, mereka tidak akan sulit untuk ditingkatkan menjadi
wiraswasta tingkat menengah dan kemudian tinggi.
Misi NU yang tak kurang beratnya adalah bagaimana
mengantisipasi gerakan-gerakan radikal dari kalangan Islam sendiri, baik yang
berasal dari luar maupun dalam negeri. Mengantisipasi hal itu pada 2012 NU
membentuk Laskar Aswaja untuk merespons keresahan atas radikalisme berbasis
agama.
Pegangan yang dipakai NU sejauh ini tetap mempertahankan
paham ahlus sunnah wal jama'ah (aswaja) yang disesuaikan dengan kultur
masyarakat dalam bingkai kebangsaan dan NKRI. Menangkal gerakan radikal lewat
gerakan dakwah dan secara fisik bila dalam keadaan terpaksa dengan Laskar
Aswaja. Aswaja bila ditilik pengertiannya adalah aliran yang dianut siapa pun
umat Islam yang berpegang teguh pada Al Qur'an dan sunnah nabi. Dengan
pengertian itu maka sebenarnya NU bukanlah satu-satunya organisasi Islam di
Indonesia yang menganut paham Aswaja. Secara akidah NU menempatkan dirinya di
jalan tengah, tidak mengakomodasi ekstrimisme baik radikal maupun liberal.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Pada
masa reformasi inilah peluang Nahdlatul Ulama untuk memainkan peran pentingnya
di Indonesia kembali terbuka. Nahdlatul Ulama yang merupakan ormas Islam
terbesar di Indonesia, pada awalnya lebih memilih sikap netral menjelang
mundurnya Soeharto. Namun sikap ini kemudian berubah, setelah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan sebuah pandangan untuk merespon proses
reformasi yang berlangsung di Indonesia, yang dikenal dengan Refleksi
Reformasi.
Dengan
tidak lagi menjadi parpol, NU sebagai organisasi kemasyarakatan bisa lebih
leluasa mengembangkan diri, memfokuskan pada visi dan misinya di bidang-bidang
sosial, kemasyarakatan, keagamaan dan pendidikan. Makin banyak tantangan yang
dihadapi, massa NU yang banyak bermukim di pedesaan terutama di Jatim dan
sebagian Jawa Tengah serta beberapa daerah mulai intensif mendapatkan perhatian
dari pimpinan NU. Sebagian besar nahdliyin di pedesaan tak lepas dari belitan
kemiskinan, namun organisasi-organisasi otonom NU melakukan langkah-langkah
lebih konkrit untuk berupaya mengatasi kemiskinan, karena bila dibiarkan
terus-menerus lama-kelamaan akan menggerus massa NU. Dikhawatirkan akan banyak
umat nahdliyn semakin renggang hubungan silaturahim, fungsional dan strukturnya
dengan NU.Organisasi-organisasi otonom NU adalah Muslimat NU, GP Ansor,
Fatayat, IPNU dan IPPNU, juga kalangan mahasiwanya yang tergabung dalam PMII.
Organisasi-organisasi otonom itu sebenarnya merupakan potensi cukup besar yang
bila dikelola maksimal akan menjadikan pohon NU lebih subur, rindang dan
akarnya juga semakin kuat.
DAFTAR PUSTAKA
https://islami.co/sejarah-singkat-nahdlatul-ulama/
http://zakaaswaja.blogspot.co.id/2016/07/peranan-nahdlatul-ulama-dari-masa-ke.html
http://pengayaan.com/sejarah-lahir-dan-berdirinya-nahdlatul-ulama/
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana
telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan
materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGATAR.....................................................................................
DAFTAR
ISI.................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................
1.1.Latar
Belakang.......................................................................................
1.2.Rumusan
Masalah..................................................................................
1.3.Tujuan
.....................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN..............................................................................
2.1. Sejarah lahirnya NU ………………………………………………..
2.2. Peranan NU di era reformasi ………………………………………
2.3. Peranan NU di masa pasca
reformasi ……………………………..
BAB
III PENUTUP......................................................................................
A.
Kesimpulan
............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar