BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan
berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang
bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban
suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan
filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang
melembaga di dalam masyarakatnya.
Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat
modernisasi dapat pula menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung
dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu
perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu.
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat
yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaissance, sebagai pangkal timbulnya
pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan
harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia.
Dengan pengembalian pola pendidikan pada pengambilan
nilai-nilai masa lalu, esensialisme percaya bahwa keefektifan pembelajaran akan
tercipta. Esensialisme sangat menekankan pada pendidikan dimasa lalu dan
cenderung tidak mendukung dengan pola pendidikan masa kini atau yang sering
disebut sebagai modernisasi pendidikan. Bagi esensialisme pola-pola pendidikan
masa lalu lebih memberikan banyak kemutakhiran pola berpikir yang ada dalam
diri siswa. Modernisasi dianggap sebagai zaman yang hanya menambahkan banyak
nilai-nilai baru yang kalah dengan nilai-nilai lama dalam hal menghasilkan
siswa yang berkompeten, sehingga nilai-nilai lamalah yang mempunyai peranan
penting jika dilihat dari kacamata esensialisme.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan
mengenai aliran filsafat esensialisme.
B.
Rumusan Masalah
Uraikan
apa yang kamu ketahui tentang Aliran Essensialisme !
C.
Tujuan
Menguraikan apa yang kamu ketahui tentang Aliran
Essensialisme !
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Munculnya Aliran
Esensialisme
Esensialisme
muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri utamanya berbeda dengan
progresivisme. Progresif mempunyai pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai
sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang.
Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam segala bentuk
dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang
stabil dan tidak menentu.
Pendidikan
yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan
pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Berkaitan dengan hal itu pendidikan
haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar
dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-ailai itu perlu dipilih yang mempunyai
tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu.
B.
Ciri-ciri Utama
Bagi
aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara
kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para ahli
sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali kepada
kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya
bagi kehidupan manusia.
Esensialisme
percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan
kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan
sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari
kini dan masa depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran
para filosof ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu
mereka bersifat kekal dan monumental.
Kesalahan
dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan
gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan
warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang,
hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah
kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh
optimis dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia.
Pemikir-pemikir
besar yang telah dianggap sebagai peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini,
terutama yang hidup pada zaman klasik: Plato, Aristoteles, dan Democritus.
Plato sebagai bapak Objective-Idealisme adalah pula peletak teori-teori modern
dalam Essentialisme. Sedangkan Aristotes dan Democritus, keduanya Bapak
Objective-Realisme. Kedua ide filsafat itulah yang menjadi latar belakang
thesis-thesis Essentialisme. Yang amat dominan dalam Essentialisme tidak hanya
filsafat klasik tersebut. Malahan lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman
Renaissance, merupakan sokoguru aliran ini. Brameld menulis ciri utama
Essentialisme itu sebagai berikut:
“Pandangan-pandangan
filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad pertengahan tercermin
dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang, otoritas gereja yang dogmatis,
dimana pengikut Essentialisme modern bertujuan mengusahakan suatu sistematika,
konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat mungkin cocok bagi
kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern.”
Essensialisme
merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Praktek filsafat
pendidikan essensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan jika
ia hanya mengambil posisi sepihak dari salah satu aliran yang ia sintesiskan.
C.
Hakikat Aliran
Esensialisme
Esensialisme
merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang
warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan
manusia. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi
terhadap hidup yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan
materialistic. Selain itu juga didasari oleh pandangan-pandangan dari penganut
aliran idealisme dan realisme.
Esensialisme
juga merupakan konsep yang meletakkan sebagian dari cirri alam piker modern.
Sebagaimana halnya sebab musabab munculnya renaisans. Eensialisme pertama-tama
muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatisme abad
pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai
manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman modern.
Realisme
modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya
adalah mengenai alam atau dunia fisik. Sedangkan idealisme modern sebagai
ekspon yang lain, pandangannya bersifat spiritual. John Deonal Butler
mengutarakan secara singkat cirri dari masing-masing ini.
Idelisme
modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi
gagasan-gagasan atau ide. Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak
tebatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk
yang berpikirberada dalam lingkungan kekuasaan tuhan. Dengan menguji dan
menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai
kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.
Idealisme
modern dengan tokoh-tokoh utamanya di jerman pada abad ke 17 dan 18,
mengutarakan dan membahas pokok-pokok persoalan yang dekat dengan manusia,
diantaranya terolahnya kesan-kesan indera oleh akal dan proses penjelmaannya
nenjadi pengetahuan. Demikian pula oleh realisme, masalah-masalah tersebut juga
menjadi objek peninjauan seperti terbukti dari gagasan-gagasan dari
tokoh-tokohnya di inggris sebelum idealisme muncul.
D.
Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme.
1.
Desiderius Eranus,
belanda (abad 15/16) Berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanis dan
bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum
aristokrat.
2.
Johan Amos Comenius
(1592-1670) Berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak
sesuai dengan kehendak Tuhan karena pada hakekatnya dunia adalah dinamis dan
bertujuan.
3.
John Locke.
Inggris (1746-1827) Berpendapat bahwa pendidikan hendaknya sekala dekat dengan
situasi dan kondisi.
4.
Johann henrich pestalozzi
(1827-1946) Percaya bahwa sifat alam itu tercermin pada manusia dan manusia
juga mempunyai hubungan transendental langsung dengan Tuhannya
5.
Johan Freidrich Frobel
(1782-1852) Berkeyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
merupakan bagian dari ala mini sehingga manusia tunduk dan mengikuti
ketentuan-ketentuan hukum alam.
6.
G.W. Leibniz
Ia merumuskan bahwa semua kejadian dan fakta itu saling berhubungan dan
merupakan system yang harmonis, dan system ini telah ada sebagai pembawaan dari
alam semesta itu sendiri. Teori ini juga dijelaskan dengan adanya pengertian
modern.
7.
Immanuel kant
Tokoh ini sampai kepada pengakuan bahwa ilmu itu mengandung kebenaran dan budi
manusia dapat mencapai kebenaran tersebut. Menurutnya pengetahuan dapat
dipaparkan dengan putusan, dan putusan adalah merupakan rangkaian pengertian
subjek dan predikat.
8.
O.W.F. Hegel Berpendapat
bahwa ia mencari yang mutlak dari yang tidak mutlak. Dikatakan bahwa yang
mutlak itu adalah roh (jiwa)yang menjelma pada alam, maka sadarlah ia akan
dirinya. Roh mempunyai inti yang disebut idea atau berfikir.
9.
Arthur Schopenhaner
Ia berkesimpulan bahwa hidup ini penuh dengan kemurungan, yaitu tiada kepuasan
atas terwujudnya kemauan sepanjang hayatmanusia. Ia juga berpendapat bahwa
voluntas (kehendak) adalah motor (bagi manusia) untuk mencapai tempat atau
kedudukan penting.
10. Thomas
hobbes Berpendapat bahwa pengetahuan yang benar adalah
yang dapat dijangkau oleh indera. Jadi, pengetahuan tidak dapat mengatasi
(melampaui) penginderaan. Persentuhan dunia luar dengan indera, jadi bersifat
empiric, menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.
11. Davis
Hume
Mengemukakan analisa mengenai pengetahuan dan substansi. Pengetahuan adalah
sejumlah pengalaman yang timbul silih berganti. Masing-masing pengalaman itu
mengadakan impresi tertentu bagi orang yang menghayati substansiitu sebenarnya
tidak ada, karena sebenarnya adalah perulangan pengalaman yang tadi.
12. Francis
Bacon Tokoh utama inggris yang lain ini adalah pemegang
canang ilmupengetahuan modern. Dalam bukunya yang berjudul Novum Organum, bacon
mengatakan bahwa ,enurut pandangan dan kesimpulannya pada masa lampau dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan ini manusia bau sedikit hubungannya dengan dunia
luar. Padahal dunia luar ini adalah realita yang sesungguhnya.
E.
Pandangan-Pandangan Aliran
Esensialisme
1. Pandangan
mengenai realita
Sifat yang menonjol dari ontology
esensialisme adalah suatu konsesi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada
cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti
bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah
disesuaikan dengan tata tersebut. Di bawah ini adalah uraian mengenai
penjabarannya menurut realisme dan idealisme.
·
realisme yang mendukung esensialisme
disebut realisme objektif, karena mempunyai cara pandang yang sistematis
mengenai alam serta tempat manusia di dalamnya.
·
Idealisme objektif mempunyai pandangan
kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Yang dimaksud
dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh
dikatakan meliputi segala sesuatu., dengan landasn pikiran bahwa totalitas
dalam alam semesta ini pada hakekatnya adalah jiwa atau spirit, idelisme men
etapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.
2. Pandangan
mengenai pengetahuan
Pada kaca mata realisme, masalah
pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan dengan penelaahan bahwa
manusia perlu dipandang sebagai makhluk yang padanya berlaku hukum yang
mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai
pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang
adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara
makrokosmos dan mikrokosmos.
Bersendikan prinsip di atas
dapatlah dimengerti bahwa relisme memperhatikan berbagai pandangan dari tiga
aliran psikologi asosianisme, behaviorisme dan koneksionisme. Dengan
memperhatikan tiga aliran ini, yang pada dasarnya mencerminkan adanya penerapan
metode-metode yang lazim untuk ilmu pengetahuanalam kodrat, realisme
menunjukkan sikap lebih maju mengenai masalah pengatahuan ini dibanding dengan
idealisme.
3. Pandangan
mengenai nilai
Menurut realisme kwalitas nilai
tidak dapat ditentukan secara konseptual terlebih dahulu, melainkan tergantung
dari apa atau bagaimana keadaannya bila dihayati oleh subjek tertentu dan
selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut.
Teori lain yang timbul dari
realisme disebut determinisme etis. Dikatakan bahwa semua yang ada dalam ala
mini termasuk manusia mempunyai hubungan hingga merupakan rantai sebab-akibat.
Realisme berdasarkan atas keturunan dan lingkungan. Nilai keindahan adalah
suatu kenikmatan yang dihasilkan dalam pengalaman bila kognisi dan perasaan
bercampur atau saling berpengaruh. Yang dimaksud dengan kognisi disini adalah
persoalan persepsi sebagaimana dihubungkan dengan kenikmatan keindahan.
Kenukmatan seseorang mengenai keindahan itu merupakan perpaduan antara
pengalaman, persepsi, dan perasaan.
4. Pandangam
mengenai pendidikan
Pandangan mengenai pendidikan yang
diutarakan disini bersifat umur, simplikataf dan selektif, dengan maksud agar semata-mata
dapat memberikan gambaran mengenai bagian-bagian utama dari esensialisme.
Esensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi
diri sendiri sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari
sudut abad pertengahan.
5. Pandangan
mengenai belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup,
memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku.
Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah
memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif.
Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala
pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera memerlukan unsur apriori,
yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan
benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan
ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada
pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada
benda, tetapi benda-benda itu yang terarah kepada budi. Budi membentuk, mengatur
dalam ruang dan waktu.
Dengan mengambil landasan pikir
tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada
sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri
sendiri.
Seorang filosuf dan ahli sosiologi
yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup
mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang pasif, yang berarti
bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah tertentu yang diatur
oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu adalah sosial. Jadi belajar adalah
menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru
yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan di teruskan kepada angkatan
berikutnya. Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya
dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas:
1)
Determiuisme mutlak, menunjukkan bahwa
belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi
harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti
oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis.
2)
Determinisme terbatas, memberikan
gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan
terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya
penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
6. Pandangan
mengenai kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang
bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi
yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya
kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal
dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu
disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan
atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan
fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Bogoslousky, mengutarakan di
samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata
pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai
sebuah rumah yang mempunyai empat bagian:
1)
Universum
Pengetahuan merupakan latar
belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Di antaranya adalah
adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-Iainnya. Basis
pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
2)
Sivilisasi
Karya yang dihasilkan manusia
sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan
pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan
sejahtera .
3)
Kebudayaan
Kebudayaan mempakan karya manusia
yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran
dan penilaian mengenai lingkungan.
4)
Kepribadian
Bagian yang bertujuan pembentukan
kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang
ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan agar faktor-faktor fisik,
fisiologi, emosional dan ientelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang
harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal.
F.
Kelebihan
dan Kelemahan Aliran Esensialisme
1. Kelebihan:
a. esensialisme membantu untuk
mengembalikan subject matter ke dalam proses pendidikan, namun tidak mendukung
perenialisme bahwa subject matter yang benar adalah realitas abadi yang
disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban barat. Great Book tersebut dapat
digunakan namun bukan untuk mereka sendiri melainkan untuk dihubungkan dengan
kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini.
b. esensialis berpendapat bahwa
perubahan merupaka suatu kenyataan yang tidak dapat diubah dalam kehidupan
sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus
terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara terus-menerus. Perubahan
terjadi sebagai kemampuan imtelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan
untuk mengadakan amandemen cara-cara bertindak,organisasi,dan fungsisosial.
2. Kelemahan:
a. menurut esensialis, sekolah tidak
boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini
mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan sekolah
yang akan mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya
tidak memiliki kesatuan garis karena mereka berpedoman pada filsafat yang
berbeda. Beberapa pemikir esensialis bahkan memandang seni dan ilmu sastra
sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan
yang sukar adalah hal-hal yang benar-benar penting yang diperlukan siswa agar
dapat memberi kontribusi pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai
seorang yang menguasai lapangan, dan merupakan model yang sangat baik untuk
digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas
dibawah pengaruh dan pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan
ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
BAB
III
KESIMPULAN.
Idealisme
dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua
aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur
menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing.
Esensialisme
adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme
pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan
dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan
menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman
Realisme
modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya
adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai
eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual Dengan demikian
disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin yang menerima gambaran-gambaran
yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu
tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah, berarti bukan hanya
dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya.
Idealisme
modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi
gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak
terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai
makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan.
Menurut
pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide atau
gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang
dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala
sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan
menyelidiki semua ide serta gagasannya maka manusia akan mencapai suatu
kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada Allah SWT
DAFTAR
PUSTAKA
Barnadip, imam, filsafat
pendidikan, yogyakarta: andi offset, 1987
Khobir, Abdul,
filsafat pendidikan islam, pekalongan: STAIN PRESS, 2007.
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.htm
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala
rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah
SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang penulis beri judul “ALIRAN ESSENSIALISME “
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih
yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan
semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan
tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini
tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR _______________________________________________
DAFTAR ISI_______________________________________________________
BAB I PENDAHULUAN_____________________________________________
A.
Latar Belakang________________________________________________
B.
Rumusan Masalah_____________________________________________
C.
Tujuan_______________________________________________________
BAB II PEMBAHASAN______________________________________________
A. Latar
Belakang Munculnya Aliran Esensialisme____________________
B. Ciri-ciri
Utama _______________________________________________
C. Hakikat
Aliran Esensialisme_____________________________________
D. Tokoh-Tokoh
Aliran Esensialisme._______________________________
E. Pandangan-Pandangan
Aliran Esensialisme________________________
F. Kelebihan
dan Kelemahan Aliran Esensialisme_____________________
BAB III KESIMPULAN______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA________________________________________________
MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ESSENSIALISME
PRODI : PG-PAUD
O
L
E
H
NAMA KELOMPOK
1.
RISA YULIANI
2.
STKIP HAMZANWADI SELONG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar