KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
haturkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah menugasi dan memotifasi
saya untuk menyusun karya ilmiah (makalah) ini. Sehingga dapat mempermudah
dalam mepelajari seni teater dan
perannya dala lingkup sosial dan masyarakat.
Penulis
membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya; mempermudah
mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari seni teater. Selain itu, para pembaca juga bisa mengetahui peran dari
seni teater dalam kehidupan bermasyarakat.
Makalah
ini masi kurang
sempurna sehingga penulis memerlukan penyempurnaan dan perbaikan.
Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi oleh oleh penulis pada
saat menyusunnya. Karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca!
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I :PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penulisan
Tujuan Penulisan
Rumusan Masalah
Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
Seni teater
Pengertian teater
Sejarah perkembangan teater di Indonesia
Teater sebagai seni kolektif
Teater sebagai Imitasi Kehidupan
Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater
Persiapan Pementasan Teater
Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana.
Peran seni teater dalam lingkup
sosial masyarakat
BAB III: PENUTUP
3.1Kesimpulan
3.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang
kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia
selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya
dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni.
Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung
ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang.
Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi
perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah
kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita
menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal
ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan
para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam
memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar
belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini
adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya
untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin
disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan
sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial
yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral,
agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17
April 2013)
Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi
mengenai tetaer di makalah ini sengaja disusun dan di kemas dengan judul “Seni Teater dan
perannya dalam Masyarakat”. Seperti apa pembahasannya, mari kita telusuri pembahasan selanjutnya
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari
makalah ini adalah sebagai berikut;
Untuk mengetahui apa dan
seperti apa itu seni teater.
Untuk dijadikan bahan
pembelajaran.
Untuk memperoleh nilai
dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
Apa itu teater?
Bagaimana sejarah teater?
Bagaimana peran teater
dalam lingkup sosial masyarakat?
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika
dalam penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang berjudul
Pendahuluan yang menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan, tujuan
penulisan, rumusan masalah, dan sistematika Penulisan. Kemudian bab II yang
berjudul pembahasan, disini merupakan inti dari keseluruhan pembahasan.
Keseluruhan pembahasan ditutup dengan bab III yang berjudul Penutup, yang
mencantumkan kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Seni teater
Pengertian teater
Kegiatan
berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan
teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup
(kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga
hiburan. Setiap daerah
mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik
mengenai seni teater terutama
teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater
yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti
sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx diatas pentas, disaksikan oleh orang
banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku
dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah
satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni
pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan
tentang kehidupan manusia.(w.w.w.geoogle.com,diunduh 17 april 2013)
Sejarah perkembangan teater di Indonesia
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari
upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama,
lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa
dan cerita yang diucapkan dengan lantang,
selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.
1.
Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong, arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong, arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan
masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya
pada tahun 1891, yang pementasannya secara
teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah
drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal
sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang
berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun
1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan
lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak
suara,gerak bunyi
dan gerak rupa)
dan gerak rupa)
Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.
a. Teater
rakyat yaitu teater yang didukung oleh
masyarakat kalangan pedesaan , bentuk
teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya
spontan,improvisasi. Contoh :lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
c. Teater Urban atau
kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton teater jenis ini lahir dari
kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok
baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru sebagai
fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Sebagian
besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan berkembang secara turun menurun.
Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang tidak lepas dari unsur-unsur
ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan.
Misalnya : untuk memulai menanam padi harus diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan leluhur agar padi
yang ditanam subur, berkah dan
terjaga dari berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan upacara panen. Juga
peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran,
khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan
penampilan berupa tarian,nyanyian maupun cerita, denganacara, tatacara yang unik dan menarik.
Teater sebagai seni kolektif
Teater merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan karya pun
sangat panjang dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang banyak atau
berbagai kelompok yang membutuhkan
kerja sama sehingga mewujudkan suatu karya yang
maksimal. Adapun orang-orang yang terlibat langsung adalah actor/aktris, sutradara, produser, manager, art director dan penata teknis. Teater merupakan karya seni
yang istimewa karena kisahnya yang menunjukan kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari yang dapat
dinikmati oleh media audio visual. Teater juga karya
seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni suara dan seni sastra.
Teater sebagai Imitasi Kehidupan
1. Ciri-ciri teater sebagai imitasi kehidupan
Plot atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan manusia
Adanya suatu action sebagai pelukisan hidup manusia
Adanya hubungan bahasa pentas dan sastra
Pemeran (penokohan atau perwatakan)
Konflik manusia merupakan dasar lakon
Dialognya banyak berorientasi pada dialog hidup masyarakat
2. Ciri-ciri peran dramatis dalam pertunjukan teater
Peran merupakan kreasi yang dilakukan oleh actor atau aktris
Peran yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar
Peran disesuaikan dengan tipe,
gaya, jiwa dan tujuan dari pementasanny
Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur
penyajian teater
Sutradara
yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir
Pementasan. Sejak latihan dimulai sampai selesai. Maka
dari itu sutradara harus menguasai segi artistic dan segi teknis pementasan. Adapun tugas
dan peranan sutradara adalah :
Memilih pemain
Menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain
Menyusun rencana pembiayaan
Mendiskusikan rancangan tata
panggung, tata rias, dan tata cahaya
Menyusun program teaterikal
Melatih para pemain
Mewujudkan lakon di atas pentas
Memberikan dorongan moral dan mengamati
pertunjukan selama pertunjukan berlangsung
Persiapan Pementasan Teater
1.
Pemilihan peran
Aktor
dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima macam teknik
casting yaitu:
Casting by ability, yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran
yang sama atau
mendekati peran yang dibawakan
Casting ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain
Antitype casting, yaitu pemilihan peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan
dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran
Therapeutic casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan
psikologi dalam diri seseorang
2. Mengadaptasikan karakter peran sesuai
casting
Berperan adalah menjadi orang lain
sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana keterampilan seseorang actor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3.
Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran:
a.
Kreasi yang dilakukan actor atau aktris
b.
Peran yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c.
Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan.
d.
Peran yang dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan watak yang
harus direpresentasikan.
4. Menunjukan pola
permainan (blocking)
Dalam seni
peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan, suara, emosi dan semua situasi dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol
Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh pemeran, yaitu:
a.
Latihan tubuh
b.
Latihan suara
c.
Observasi dan imajinasi
d.
Latihan konsentrasi
e.
Latihan teknik
Gerak
tambahan yaitu gerakan yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan ekspresi dari drama.
Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana
1)
Memerankan karakterisasi peran
Karakter
berkaitan erat dengan penokohan dan perwatakan. Watak tokoh menjadi nyata terbaca dalam dialog dan
catatan samping.
Berdasarkan
peranan terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a.
Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b.
Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
c.
Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis maupun
antagonis).
Berdasarkan
peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a.
Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian
(protagonist dan antagonis).
b.
Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga disebut perantara tokoh sentral
(tritagonis).
c.
Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dari mata rantai cerita.
2). Mementaskan teater Nusantara
Pementasan
teater merupakan kerja atau karya kolektif. Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi juga melibatkan
berbagai unsur secara serentak dan kelompok yang mendukung pementasan.
Adapun
orang-orang yang terlibat dalam pementasan:
a. Aktor atau aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang
bertugas memimpin actor atau aktris dan pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan
biaya pementasan
d.
Manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.
e.
Penata pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di pentas, pengaturan pentas seperti pengaturan pentas,
dekorasi, Tata lampu (lighting), tata suara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas
f.
Penata artistic, yaitu yang mengatur secara artistic hal-hal yang banyak berhubungan dengan pemenyasan secara
langsung, seperti tata rias, tata busana, tata musik
dan efek suara.
Untuk mementaskan teater
Nusantara, selain adanya kerja sama yang baik di segala pihak, kita pun harus menentukan cerita apa yang akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan
dengan cerita di Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, Si Kabayan, Jaka Tarup, Bawang Merah Bawang Putih,
terjadinya Gunung Tngkuban Perahu, Danau Toba.
Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat
Pertunjukkan
teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada
amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud
menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan
teater rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang
diungkapkan dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani,
serta keadaan jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman
teater sebagai wakil dari nurani masyarakat pendukungnya.
Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.
a. Teater berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan
(presentasi estetis). Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman
lewat media teater. Bagaimana indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana
indahnya hidup berdampingan dengan alam. Kadang-kadang, ide-ide itu tidak
semuanya menyenangkan penonton. Bisa saja penonton setelah melihat pertunjukkan
teater merasa benci, marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh
menjadi perasaan tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan
teater adalah belajar menafsirkan ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh seniman
teater kepada khalayak. Oleh sebab itu, penonton dituntut untuk tidak hanya
menggunakan emosinya dalam menyaksikan pertunjukkan, tetapi juga pikirannya
agar bisa mengambil hikmah dari apa yang telah disaksikannya. Dalam sebuah
pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta pesan yang ingin disampaikan kepada
penonton. Menonton adlah proses belajar memahami gagasan atauide yang
disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan
teater tersebut tiada bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah
pertunjukkan, kamu harus sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan
pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya drama.
b. Teater berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program
pemerintah, propaganda politik, atau program-program yayasan tertentu yang
berhubungan dengan jasa layanan masyarakat. Program-program pembangunan yang
dicanangkan oleh pemerintah sering dititipkan pada pertunjukkan teater rakyat.
Misalnya, menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB), sadar hukum,
disiplin nasional, bebas narkoba, atau hidup sederhana.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam
suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi
dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau
munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah
dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat,
sumber dan tata-cara di mana teater tradisional
lahir. Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah
tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi
pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang
harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang
sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat
penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni
pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu
contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian
segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Saran
Makalah
ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan
mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak
hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa
sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat
dalam dunia seni.
.
DAFTAR PUSTAKA
diunduh 17 April 2013)
MAKALAH
PROSEDUR BERKARYA TEATER
OLEH
:
NAMA
KELOMPOK :
1.
M.
RIZALDI
2.
M.
ZAMRONI
3.
L.
SANRIADI
4.
L.
IRPAN RIZKI PUTRA
5.
BQ
DINA NURANI
6.
BQ
MEYLINA LAELA SAPUTRI
7.
HAERUNI
8.
AMELIA
SAFITRI
KELAS
: XII IPS-5
SMAN 1 MASBAGIK
TP.
2016/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar